Hari keempat hari Rabu.
Bunda membawa anak-anak ke pusat kawasan business- Rafles Place. Naik MRT pastinya. Duduk-duduk di taman dekat patung Rafles. Lalu kami jalan kaki ke tepi Singapore River. Awalnya Iqbal takut naik tradisonal boat. Tapi Aim insist. Kejadian di Volcano Island nyaris berulang disini. Kali ini Aim yang memaksa sedang Abang takut.
Bunda yang sudah pernah naik singapore boat yakin bahwa perjalanan ini aman kok, jadi Bunda rada memaksa Iqbal, sebab Aim begitu ngotot untuk naik.Lucunya Aim justru berani duduk sendiri di bangku tengah.Sedang Bunda dan Iqbal duduk di bangku belakang. Iqbal memelukku erat-erat. Terlebih jika boat kami oleng kena arus sungai. Dia ketakutan jadi nggak bisa enjoy.
Aim justru senang. Melihat gedung-gedung modern pencangkar langit. Bangunan-bangunan kuno peninggalan masa Rafles. Jembatan-jembatan baru maupun peninggalan jaman Rafles. Merlion park. Deretan restoran di Clarke Quay. Sungguh perjalanan lewat sungai yang menarik. Sayang banget Iqbal tidak menikmatinya.
Setelah makan siang Bunda minta gantian. Anak-anak kuminta mengalah. Bunda ingin ke Ikea. Setiap ke Singapore Bunda memang selalu mampir Ikea. Bunda senang mengkolesi aneka pernik rumah yang dijual disana. Walau tidak tertarik akan Ikea tapi anak-anak menurut. Kami nggak lama di Ikea. Hari masih sore kami sudah sampai ke hotel lagi. Anak-anak sempat tidur siang sebelum datang waktu magrib.
Ini hari terakhir Ayah training. Makanya malamnya sesuai rencana, kami pergi agak jauh. Safari Night! Dengan naik bus kami berempat menuju Safari Night.
Seperti umumnya tempat wisata di Singapore, Safari Night sangat tertib, bersih dan teratur. Untuk materi dan koleksi binatang nya sih Bunda yakin Taman Safari Cisarua lebih bagus dan komplit. Tapi Singapore bisa mengemas wisata ini dengan lebih menarik. Dengan naik kereta yang disediakan kami berputar-putar di lokasi Safari Night. Anak-anak senang sekaligus cemas. Takut juga malem-malem ditengah hutan begitu.
Sayangnya hujan turun dengan deras sehingga atraksi binatang yang seharusnya digelar malam itu dibatalkan. Bunda sedikit kecewa karena anak-anak kehilangan kesempatan melihat atraksi macan dan singa yang sudah include dalm tiket masuk yang cukup mahal.Tapi anak-anak tetap riang gembira saja tuh. Ya sudahlah. Kami akhirnya cuma berfoto-foto sebelum pulang.
Hari kamis hari terakhir.
Wah, belum punya oleh-oleh nih!! Akhirnya kami berempat ke China Town. Walau sebetulnya lebih murah naik taxi tapi Iqbal insist naik MRT, dia pikir ini kesempatan terakhir sebelum pulang ke Jakarta. Disana Ayah dan anak-anak lebih banyak duduk. Bunda membeli banyak souvenir lalu kami bergegas pulang ke hotel.
Ke Singapore tidak lengkap tanpa belanja di Orchard. Bunda tau anak-anak pasti bete kalo diajak shopping. Makanya mumpung anak-anak dijaga Ayah di hotel. Bunda buru-buru ke orchard. Beli oleh-oleh buat tante Dian.
Menjelang sore kami sudah di bandara Changi lagi. Kami bersiap pulang kembali ke Jakarta. Ini adalah The Great Holiday Ever untuk Abang dan Aim :-D
Thursday, August 31, 2006
Wednesday, August 30, 2006
The Great Holiday Ever !! (3)
Hari selasa hari ketiga.
Ini dalah hari yang sangat sibuk. Kami merencanakan pergi ke tiga tempat. Semuanya di Jurong. Pagi-pagi setelah sarapan, setelah Ayah pergi training, kami bertiga bergegas ke stasiun MRT. Kami melawan arus pekerja Singapore yang berbondong-bondong ke kawasan business.
Kami justru ke pinggir kota. Ke kawasan Jurong.Pertama kami ke Jurong Bird Park. Anak-Anak senang naik monorel yang membawa kami keliling area. Menoleh kiri kanan. Berkomentar. Ketawa ketawa liat koleksi yang ada disana.
Kami juga masuk ke wahana yang unik. Tempat Pinguin yang sedingin kutub, tempat Elang yang liar dan buas, tempat Burung Hantu dan burung malam lain yang dibuat gelap gulita seperti malam hari. Aim tanya "yang mana burung hantunya Harry Potter?" :-D
Terakhir kami melihat atraksi Bird Show di Amphi teather. Hampir samalah dengan atraksi di Taman Safari Indonesia. Walau bahasa pengantarnya English, tapi Iqbal tetap antusias menonton.Hanya Aim yang a little bit boring.
Lalu kami naik taxi ke Snow City. Snow city adalah bagian dari Singapore Science Center. Merupakan suatau tempat rekreasi yang didesign seperti dikutub.Padahal konsepnya lebih mirip kulkas raksasa . Suhunya dibawah NOL derajat . Dimana-mana es. Untuk masuknya saja harus meminjam jaket, celana panjang dan sepatu khusus. Ini pengalaman yang istimewa buat Aim dan Abang yang selama ini hanya melihat salju di film teve.
Di snow city mereka main dengan orang-orangan salju. Iqbal iseng memasukan salju ke jacket Bunda. Dia ketawa senang melihat Bunda panik kedinginan, Mereka ketawa-tawa Saling lempar gumpalans salju. Sebetulnya ada kesempatan meluncur di lereng salju buatan, tapi Bunda tidak mengijinkan anak-anak ikut. Takut cedera. Bermain dengan salju sajapun mereka sudah sangat exicited.
Bunda sudah bosan dan kedinginan. Sudah nyaris satu jam tapi anak-anak masih juga betah.sampai akhirnya sepatu booth Aim copot. Dia menginjak lantai es yang pastinya luar biasa dingin. Dia menangis. Minta digendong. Bunda merasa cukup sudah. Kami lalu keluar. Kembali ke realita bahwa kami penghuni negri tropis katulistiwa. No more snow boys!!
Kami makan siang di McDonals yang tersedia di komp Science Center. Bunda heran banyak rombongan anak2 sekolah yang juga makan siang. Rupanya mereka sedang karya wisata kesana. Makin membuat kami penasaran. Apa sih menariknya Science Center??
Kami berjalan kaki ke gedung utama Science Center . Bunda membeli tiket untuk kami bertiga. Bunda menahan nafas saat kami masuk ke dalam. Hebat betul!! Ini adalah tempat anak-anak mengenal Science dengan cara yang menyenangkan. Bermain sambil belajar. Kami menyusuri wahana fenomena fisika. Anak-anak mencoba. Terbahak-bahak melihat lucunya tipuan optikal.
Kami masuk ke stand biologi. Mereka takjub melihat detail tentang panca indra mereka. Ke stand kimia, penerbangan, minyak dan gas bumi, enstein, otomotif, tatasurya dan ugh!! masih banyak lagi. Kami Cuma punya waktu tiga jam sebelum tempat itu tutup. Kami berusaha mengunjungi setiap stand dengan komplit.
Tapi tidak bisa berlama-lama Ada 850 jenis model interaktif yang menggambarkan keajaiban dan keindahan ilmu pengetahuan.Bunda sampe kehausan karena harus mentranslate banyak keterangan yang ditulis disitu.Anak-anak melihat patung Enstein. Melihat sample otak manusia. Mereka kagum melihat mesin jet sumbangan Boeing yang dipamerkan disana. Sungguh pengalaman yang luar biasa!!
Lima belas menit terakhir dihabiskan di waterwork. Mereka berbaur dengan anak-anak sekolah singapore yang sedang study tour disana. Bermain air sambil belajar, bagaimana konsep pelangi. Bagaimana konsep hujan. Konsep embun dan masih banyak lagi.Mereka basah kuyup. Untung Bunda selalu menyiapkan baju ganti dalam ransel. Well, tiga jam rasanya kurang. Kayaknya butuh waktu seharian untuk mengesplorasi dengan detail setiap wahana yang ada disana.
Menurut Bunda Singapore Science Center adalah tempat yang benar-benar hebat! Duh ?! kapan ya Jakarta punya tempat seperti ini ??
Ini adalah hari yang paling melelahkan. Setelah naik MRT dengan jarak tempuh panjang, kami sampai juga ke hotel.
Malamnya kami berempat jalan kaki ke Lucky Plaza Orchard. Kami makan malam bersama teman kuliah Bunda -Oom Ananta. Kami lanjut ngobrol di Orchard Road. Saat itu memang upcoming Christmas 2005. Hiasan lampu dan pohon natal raksasa dimalam hari mempercantik kawasan shopping yang terkenal itu .
Ini dalah hari yang sangat sibuk. Kami merencanakan pergi ke tiga tempat. Semuanya di Jurong. Pagi-pagi setelah sarapan, setelah Ayah pergi training, kami bertiga bergegas ke stasiun MRT. Kami melawan arus pekerja Singapore yang berbondong-bondong ke kawasan business.
Kami justru ke pinggir kota. Ke kawasan Jurong.Pertama kami ke Jurong Bird Park. Anak-Anak senang naik monorel yang membawa kami keliling area. Menoleh kiri kanan. Berkomentar. Ketawa ketawa liat koleksi yang ada disana.
Kami juga masuk ke wahana yang unik. Tempat Pinguin yang sedingin kutub, tempat Elang yang liar dan buas, tempat Burung Hantu dan burung malam lain yang dibuat gelap gulita seperti malam hari. Aim tanya "yang mana burung hantunya Harry Potter?" :-D
Terakhir kami melihat atraksi Bird Show di Amphi teather. Hampir samalah dengan atraksi di Taman Safari Indonesia. Walau bahasa pengantarnya English, tapi Iqbal tetap antusias menonton.Hanya Aim yang a little bit boring.
Lalu kami naik taxi ke Snow City. Snow city adalah bagian dari Singapore Science Center. Merupakan suatau tempat rekreasi yang didesign seperti dikutub.Padahal konsepnya lebih mirip kulkas raksasa . Suhunya dibawah NOL derajat . Dimana-mana es. Untuk masuknya saja harus meminjam jaket, celana panjang dan sepatu khusus. Ini pengalaman yang istimewa buat Aim dan Abang yang selama ini hanya melihat salju di film teve.
Di snow city mereka main dengan orang-orangan salju. Iqbal iseng memasukan salju ke jacket Bunda. Dia ketawa senang melihat Bunda panik kedinginan, Mereka ketawa-tawa Saling lempar gumpalans salju. Sebetulnya ada kesempatan meluncur di lereng salju buatan, tapi Bunda tidak mengijinkan anak-anak ikut. Takut cedera. Bermain dengan salju sajapun mereka sudah sangat exicited.
Bunda sudah bosan dan kedinginan. Sudah nyaris satu jam tapi anak-anak masih juga betah.sampai akhirnya sepatu booth Aim copot. Dia menginjak lantai es yang pastinya luar biasa dingin. Dia menangis. Minta digendong. Bunda merasa cukup sudah. Kami lalu keluar. Kembali ke realita bahwa kami penghuni negri tropis katulistiwa. No more snow boys!!
Kami makan siang di McDonals yang tersedia di komp Science Center. Bunda heran banyak rombongan anak2 sekolah yang juga makan siang. Rupanya mereka sedang karya wisata kesana. Makin membuat kami penasaran. Apa sih menariknya Science Center??
Kami berjalan kaki ke gedung utama Science Center . Bunda membeli tiket untuk kami bertiga. Bunda menahan nafas saat kami masuk ke dalam. Hebat betul!! Ini adalah tempat anak-anak mengenal Science dengan cara yang menyenangkan. Bermain sambil belajar. Kami menyusuri wahana fenomena fisika. Anak-anak mencoba. Terbahak-bahak melihat lucunya tipuan optikal.
Kami masuk ke stand biologi. Mereka takjub melihat detail tentang panca indra mereka. Ke stand kimia, penerbangan, minyak dan gas bumi, enstein, otomotif, tatasurya dan ugh!! masih banyak lagi. Kami Cuma punya waktu tiga jam sebelum tempat itu tutup. Kami berusaha mengunjungi setiap stand dengan komplit.
Tapi tidak bisa berlama-lama Ada 850 jenis model interaktif yang menggambarkan keajaiban dan keindahan ilmu pengetahuan.Bunda sampe kehausan karena harus mentranslate banyak keterangan yang ditulis disitu.Anak-anak melihat patung Enstein. Melihat sample otak manusia. Mereka kagum melihat mesin jet sumbangan Boeing yang dipamerkan disana. Sungguh pengalaman yang luar biasa!!
Lima belas menit terakhir dihabiskan di waterwork. Mereka berbaur dengan anak-anak sekolah singapore yang sedang study tour disana. Bermain air sambil belajar, bagaimana konsep pelangi. Bagaimana konsep hujan. Konsep embun dan masih banyak lagi.Mereka basah kuyup. Untung Bunda selalu menyiapkan baju ganti dalam ransel. Well, tiga jam rasanya kurang. Kayaknya butuh waktu seharian untuk mengesplorasi dengan detail setiap wahana yang ada disana.
Menurut Bunda Singapore Science Center adalah tempat yang benar-benar hebat! Duh ?! kapan ya Jakarta punya tempat seperti ini ??
Ini adalah hari yang paling melelahkan. Setelah naik MRT dengan jarak tempuh panjang, kami sampai juga ke hotel.
Malamnya kami berempat jalan kaki ke Lucky Plaza Orchard. Kami makan malam bersama teman kuliah Bunda -Oom Ananta. Kami lanjut ngobrol di Orchard Road. Saat itu memang upcoming Christmas 2005. Hiasan lampu dan pohon natal raksasa dimalam hari mempercantik kawasan shopping yang terkenal itu .
Tuesday, August 29, 2006
The Great Holiday Ever !! (2)
Hari senin hari kedua.
Pagi-pagi Ayah berangkat training di hotel yang sama. Bunda dan anak-anak ikut city tour naik bis. Banyak hal menarik yang disampaikan pemandu wisata kami, tapi karena Iqbal dan Aim nggak ngerti English- mereka tidak antusias mendengarkan. Mereka duduk berdua sambil ketawa-tawa sendiri.
Bunda mengawasi dari kusi lain di seberang mereka. Kami mampir ke ke tempat-tempat menarik. Merlion Park, Little India, China Town, Botanical Garden, Mariaman Temple. Anak-anak memang terlihat bosan. Tour ini kurang seru buat mereka. Hanya saja dengan ikut city tour paling tidak kami melihat keindahan kota Singapore dengan cukup lengkap.
Kami kembali ke hotel. Setelah makan siang Bunda bertanya “kemana lagi kita ?” anak-anak berseru kompak “ Sentosa !!” Walau Bunda mengeluh ... Again ??! tapi Bunda menurutinya. They’re my boss !! Memang tidak cukup hanya sehari ke Sentosa Island.
Kali ini kami naik bus. Di Jakarta anak-anak tidak pernah naik bus. Ini adalah pengalaman pertama naik bus untuk mereka
Kami langsung menuju wahana Volcano Island. Bukannya enjoy dua-duanya malah menangis karena Iqbal pengin masuk sedang Aim takut. Akhirnya Bunda mengajak mereka naik tram pantai. Kereta penumpang gartis yang membawa kami menyusuri pantai-pantai di Sentosa Island. Kami bisa turun dimana pun kami mau. Setelah bosan berkeliling dan melihat-lihat seluruh sudut sentosa dari kereta, akhirnya anak-anak minta turun di pantai. Mereka kembali rukun tertawa-tawa bermain pasir. Bunda cuma mengawas dari jauh sambil membaca.
Setelah cape bermain. Kami putuskan pulang. Kembali naik bus. Gawatnya Aim tertidur di bus!! Aduh ?? gimana nih ?? sampai bis masuk terminal belum juga bangun. Makanya Bunda minta Abang membawa ransel perlengkapan kami yang berat. Sedang Bunda mengendong Aim. Kami sama-sama kepayahan menuju shelter taxi. Untung kami tidak perlu antri lama. Kami segera dapat taxi ke hotel.
Malamnya, sepulang dari training Ayah bertanya “ Mau kemana kita ?” kali ini Bunda yang menjawab "Clarke Quay!!"
“Tempat apa tuh ? “ tanya Iqbal.” Tempat makan di pinggir singapore river, pokoknya bagus deh bang!!”kata Bunda meyakinkan. Anak-anak setuju.
Kami naik taxi ke Clarke Quay. Dimalam hari Clarke Quay memang tempat yang romantis. Sejak pertama kesana, Bunda selalu suka kembali ke Clarke Quay. Kami makan istimewa. Selesai makan kami lalu melihat wahana Bugee Jumping yang ada disitu. Aim dan Abang melongo. Ngeri banget!! Kami cuma nonton. Tidak punya nyali untuk mencoba. Malam sudah semakin larut dan kami segera pulang ke hotel.
Pagi-pagi Ayah berangkat training di hotel yang sama. Bunda dan anak-anak ikut city tour naik bis. Banyak hal menarik yang disampaikan pemandu wisata kami, tapi karena Iqbal dan Aim nggak ngerti English- mereka tidak antusias mendengarkan. Mereka duduk berdua sambil ketawa-tawa sendiri.
Bunda mengawasi dari kusi lain di seberang mereka. Kami mampir ke ke tempat-tempat menarik. Merlion Park, Little India, China Town, Botanical Garden, Mariaman Temple. Anak-anak memang terlihat bosan. Tour ini kurang seru buat mereka. Hanya saja dengan ikut city tour paling tidak kami melihat keindahan kota Singapore dengan cukup lengkap.
Kami kembali ke hotel. Setelah makan siang Bunda bertanya “kemana lagi kita ?” anak-anak berseru kompak “ Sentosa !!” Walau Bunda mengeluh ... Again ??! tapi Bunda menurutinya. They’re my boss !! Memang tidak cukup hanya sehari ke Sentosa Island.
Kali ini kami naik bus. Di Jakarta anak-anak tidak pernah naik bus. Ini adalah pengalaman pertama naik bus untuk mereka
Kami langsung menuju wahana Volcano Island. Bukannya enjoy dua-duanya malah menangis karena Iqbal pengin masuk sedang Aim takut. Akhirnya Bunda mengajak mereka naik tram pantai. Kereta penumpang gartis yang membawa kami menyusuri pantai-pantai di Sentosa Island. Kami bisa turun dimana pun kami mau. Setelah bosan berkeliling dan melihat-lihat seluruh sudut sentosa dari kereta, akhirnya anak-anak minta turun di pantai. Mereka kembali rukun tertawa-tawa bermain pasir. Bunda cuma mengawas dari jauh sambil membaca.
Setelah cape bermain. Kami putuskan pulang. Kembali naik bus. Gawatnya Aim tertidur di bus!! Aduh ?? gimana nih ?? sampai bis masuk terminal belum juga bangun. Makanya Bunda minta Abang membawa ransel perlengkapan kami yang berat. Sedang Bunda mengendong Aim. Kami sama-sama kepayahan menuju shelter taxi. Untung kami tidak perlu antri lama. Kami segera dapat taxi ke hotel.
Malamnya, sepulang dari training Ayah bertanya “ Mau kemana kita ?” kali ini Bunda yang menjawab "Clarke Quay!!"
“Tempat apa tuh ? “ tanya Iqbal.” Tempat makan di pinggir singapore river, pokoknya bagus deh bang!!”kata Bunda meyakinkan. Anak-anak setuju.
Kami naik taxi ke Clarke Quay. Dimalam hari Clarke Quay memang tempat yang romantis. Sejak pertama kesana, Bunda selalu suka kembali ke Clarke Quay. Kami makan istimewa. Selesai makan kami lalu melihat wahana Bugee Jumping yang ada disitu. Aim dan Abang melongo. Ngeri banget!! Kami cuma nonton. Tidak punya nyali untuk mencoba. Malam sudah semakin larut dan kami segera pulang ke hotel.
Monday, August 28, 2006
The Great Holiday Ever !! (1)
Ke singapore. Ayah dan Bunda sih sudah sering. Sudah bosen!! Tapi anak-anak belum pernah. Makanya saat Ayah ada tiga hari training disana, Desember 2005 kami ikut jalan-jalan ke Singapore.
Antusiasme mulai berasa sejak kami naik Singapore Airlines. Mereka takjub. ”Kok dibelakang tiap kursi ada tevenya ?” begitu tanya Aim.
Hm, Bunda maklum. Selama ini mereka lebih sering merasakan penerbangan domestik kelas ekonomi. Jakarta –Jambi pp.
Begitu sampai di Changi mereka terheran-heran melihat airport yang begitu modern. Bagus dan bersih betul ? Mereka juga heran melihat orang meminum air langsung dari keran. Water tap. Iqbal dan Aim berebut mencoba. Bunda dan Ayah tertawa melihat tingkah mereka yang gumunan.
Hari Minggu hari pertama
Mandarin Oriental hotel masih seperti dulu saat Bunda pernah menginap disitu untuk business trip. Kali ini perjalanan yang berbeda. Bunda ikut Ayah membawa anak-anak pergi berlibur. Koper dibongkar. Perlengkapan dikeluarkan dan dipindah ke dalam ransel.Anak-anak istirahat sebentar sebelum kami memutuskan ke Sentosa Island.
Walau ke Sentosa Island paling seru naik cable car tapi kami tau Iqbal gamang akan ketinggian. Makanya kita pilih naik taxi saja kesana.
Kami mempelajari Map of Sentosa Island. Akhirnya kami putuskan mencoba wahana baru Lugeride. Kami lalu menuju wahana yang terletak diatas bukit. Kami antri untuk naik semacam gokart kecil tanpa mesin . meluncur dari atas bukit yang berkelok-keloak. Kami – lengkap dengan helm- terbagi dalam dua luge. Ayah tandem dengan Aim. Bunda dengan Abang. Dasar Ayah dan Aim seneng ngebut mereka melesat jauh didepan”Bunda nyetirnya kayak nenek-nenek” begitu kata Aim saat kami sampai dibawah. Bunda dan Iqbal cuma bisa ketawa.
Motto dari Luge ride adalah “once never enough” apa maksudnya ? oh ternyata tiap tiket berlaku untuk dua kali meluncur. Hanya saja untuk kembali ke atas bukit kami harus naik skyride. Semacam kursi gantung yang membawa orang yang mau ski ke atas lereng salju. kursi terbuka yang selalu bergerak mengangkut penumpang dari bawah ke atas bukit. Kami putuskan untuk mencoba naik.
Iqbal paling ngeri. Ugh!! Dia nyaris ketinggalan. Dia memeluk Bunda erat-erat sambil memejamkan mata. Bunda dan Ayah bertukar pandang. Sedikit cemas. Ternyata tinggi bener ya ? Cuma Aim yang enjoy. Tanpa takut dia menoleh ke kiri kanan dan bawah. Wah, Aim emang pemberani!!
Akhirnya sampai juga kami ke atas bukit, lalu menikmati kembali serunya kesempatan kedua meluncur dengan lugeride. Keluar dari wahana itu kami tertawa terbahak-bahak, menginggat betapa takutnya saat naik Skyride.
Hari semakin sore. Kami merencanakan melihat Musical Fountain yang spektakuler. Masing-masing Bunda dan Ayah sudah pernah melihat. Kami tau ini atraksi luar biasa yang tidak boleh dilewatkan.
Kami menunggu dengan menghabiskan waktu dipantai. Bunda dan Ayah cuma duduk duduk ngobrol. Anak-anak buka baju dan bermain di pantai yang bersih. Saat berbilas Aim jatuh terpeleset. Gubrak!! Untungnya cuma menangis sebentar.Ah, Aim memang jagoan kok!! Setelah itu mereka ganti baju yang kering.
Tiba saatnya melihat Musical Fountain yang terkenal. Walau pertunjukan masih sejam lagi, tapi tempat duduk hampir terisi penuh. Saat pertunjukan dimulai tempat sudah begitu sesak.
Seperti yang sudah kami duga Musical Fountain ini memukau anak-anak. Pemainan sinar laser dikombinasikan dengan air mancur dan animasi computer yang di projeksikan di air mancur mengundang decak kagum penonton. Aim langsung jatuh cinta pada Kiki. Mascot Sentosa Island yang menjadi tokoh utama dalam show. Sebelum pulang kami membelikan Aim boneka Kiki untuk kenang-kenangan.
Pulangnya kami naik MRT. Anak-anak –terutama Iqbal – benar-benar takjub. Hebat Betul!!. Kami mengajarinya membaca rute. Mengajarinya membeli ticket lewat mesin otomatis. Walau semua petunjuk berbahasa English Iqbal dengan cepat dapat mengusainya. Iqbal benar-benar kagum pada system MRT. Sampai dihotel kami segera tidur kecapekan Zzz…zZz…zzzz
Antusiasme mulai berasa sejak kami naik Singapore Airlines. Mereka takjub. ”Kok dibelakang tiap kursi ada tevenya ?” begitu tanya Aim.
Hm, Bunda maklum. Selama ini mereka lebih sering merasakan penerbangan domestik kelas ekonomi. Jakarta –Jambi pp.
Begitu sampai di Changi mereka terheran-heran melihat airport yang begitu modern. Bagus dan bersih betul ? Mereka juga heran melihat orang meminum air langsung dari keran. Water tap. Iqbal dan Aim berebut mencoba. Bunda dan Ayah tertawa melihat tingkah mereka yang gumunan.
Hari Minggu hari pertama
Mandarin Oriental hotel masih seperti dulu saat Bunda pernah menginap disitu untuk business trip. Kali ini perjalanan yang berbeda. Bunda ikut Ayah membawa anak-anak pergi berlibur. Koper dibongkar. Perlengkapan dikeluarkan dan dipindah ke dalam ransel.Anak-anak istirahat sebentar sebelum kami memutuskan ke Sentosa Island.
Walau ke Sentosa Island paling seru naik cable car tapi kami tau Iqbal gamang akan ketinggian. Makanya kita pilih naik taxi saja kesana.
Kami mempelajari Map of Sentosa Island. Akhirnya kami putuskan mencoba wahana baru Lugeride. Kami lalu menuju wahana yang terletak diatas bukit. Kami antri untuk naik semacam gokart kecil tanpa mesin . meluncur dari atas bukit yang berkelok-keloak. Kami – lengkap dengan helm- terbagi dalam dua luge. Ayah tandem dengan Aim. Bunda dengan Abang. Dasar Ayah dan Aim seneng ngebut mereka melesat jauh didepan”Bunda nyetirnya kayak nenek-nenek” begitu kata Aim saat kami sampai dibawah. Bunda dan Iqbal cuma bisa ketawa.
Motto dari Luge ride adalah “once never enough” apa maksudnya ? oh ternyata tiap tiket berlaku untuk dua kali meluncur. Hanya saja untuk kembali ke atas bukit kami harus naik skyride. Semacam kursi gantung yang membawa orang yang mau ski ke atas lereng salju. kursi terbuka yang selalu bergerak mengangkut penumpang dari bawah ke atas bukit. Kami putuskan untuk mencoba naik.
Iqbal paling ngeri. Ugh!! Dia nyaris ketinggalan. Dia memeluk Bunda erat-erat sambil memejamkan mata. Bunda dan Ayah bertukar pandang. Sedikit cemas. Ternyata tinggi bener ya ? Cuma Aim yang enjoy. Tanpa takut dia menoleh ke kiri kanan dan bawah. Wah, Aim emang pemberani!!
Akhirnya sampai juga kami ke atas bukit, lalu menikmati kembali serunya kesempatan kedua meluncur dengan lugeride. Keluar dari wahana itu kami tertawa terbahak-bahak, menginggat betapa takutnya saat naik Skyride.
Hari semakin sore. Kami merencanakan melihat Musical Fountain yang spektakuler. Masing-masing Bunda dan Ayah sudah pernah melihat. Kami tau ini atraksi luar biasa yang tidak boleh dilewatkan.
Kami menunggu dengan menghabiskan waktu dipantai. Bunda dan Ayah cuma duduk duduk ngobrol. Anak-anak buka baju dan bermain di pantai yang bersih. Saat berbilas Aim jatuh terpeleset. Gubrak!! Untungnya cuma menangis sebentar.Ah, Aim memang jagoan kok!! Setelah itu mereka ganti baju yang kering.
Tiba saatnya melihat Musical Fountain yang terkenal. Walau pertunjukan masih sejam lagi, tapi tempat duduk hampir terisi penuh. Saat pertunjukan dimulai tempat sudah begitu sesak.
Seperti yang sudah kami duga Musical Fountain ini memukau anak-anak. Pemainan sinar laser dikombinasikan dengan air mancur dan animasi computer yang di projeksikan di air mancur mengundang decak kagum penonton. Aim langsung jatuh cinta pada Kiki. Mascot Sentosa Island yang menjadi tokoh utama dalam show. Sebelum pulang kami membelikan Aim boneka Kiki untuk kenang-kenangan.
Pulangnya kami naik MRT. Anak-anak –terutama Iqbal – benar-benar takjub. Hebat Betul!!. Kami mengajarinya membaca rute. Mengajarinya membeli ticket lewat mesin otomatis. Walau semua petunjuk berbahasa English Iqbal dengan cepat dapat mengusainya. Iqbal benar-benar kagum pada system MRT. Sampai dihotel kami segera tidur kecapekan Zzz…zZz…zzzz
Sunday, August 27, 2006
Aim dan Mbak Isti
Kejutan!! Mbak Isti datang.
Kali ini dia datang bersama suaminya. Mengantar oleh-oleh. Emping pekalongan favorit Ayah. Mbak Isti cuma mampir sebentar tapi Bunda menahannya “Sebentar, tunggu Aim dulu. Kasihan dia kalo nggak ketemu.”
Bunda meminta Sinta memanggil Aim dan Dion yang sedang main ke rumah Alif di blok belakang.
Dari jauh Aim sudah melihat mbak Isti. Dia menjerit. Berlari dan segera memeluk Mbak Isti. Keliatan banget kalo Aim kangen.
“Mbak Isti..Mbak Isti…kapan kita ke AB ?”
Kami Semua tertawa. Isti kan sudah bukan baby Sitter Aim. Masa masih minta ke AB sama Mbak Isti ? Isti bilang dia dan suami ngontrak dekat sini. Suaminya Office boy seobuah kantor yang tak jauh dari sini.
Aim senang. “mbak Isti, main-main kesini ya” pintanya.
Bunda terharu. Ah Aim emang lengket banget sama mbak Isti.
Bunda bersyukur mbak Isti meninggalkan no handphone dan dia tinggal tidak jauh. Jadi kalo Aim kangen, paling tidak Bunda tau dimana harus mencari mbak Isti :-)
Kali ini dia datang bersama suaminya. Mengantar oleh-oleh. Emping pekalongan favorit Ayah. Mbak Isti cuma mampir sebentar tapi Bunda menahannya “Sebentar, tunggu Aim dulu. Kasihan dia kalo nggak ketemu.”
Bunda meminta Sinta memanggil Aim dan Dion yang sedang main ke rumah Alif di blok belakang.
Dari jauh Aim sudah melihat mbak Isti. Dia menjerit. Berlari dan segera memeluk Mbak Isti. Keliatan banget kalo Aim kangen.
“Mbak Isti..Mbak Isti…kapan kita ke AB ?”
Kami Semua tertawa. Isti kan sudah bukan baby Sitter Aim. Masa masih minta ke AB sama Mbak Isti ? Isti bilang dia dan suami ngontrak dekat sini. Suaminya Office boy seobuah kantor yang tak jauh dari sini.
Aim senang. “mbak Isti, main-main kesini ya” pintanya.
Bunda terharu. Ah Aim emang lengket banget sama mbak Isti.
Bunda bersyukur mbak Isti meninggalkan no handphone dan dia tinggal tidak jauh. Jadi kalo Aim kangen, paling tidak Bunda tau dimana harus mencari mbak Isti :-)
Friday, August 25, 2006
Cemburu Pertama Abang
Kelahiran Aim Februari 2001 memberikan warna baru di keluarga kami. Menghadirkan kesibukan baru yang menghapus rutinitas Ayah Bunda selama ini. Sejak kepulangan dari rumahsakit Bunda tak pernah bosan memandang bayi mungil yang terpaksa lahir dua minggu lebih dini itu.
Awalnya Aim adalah bayi yang tenang dan banyak tidur, tidak seperti bayi Iqbal yang rewel dan selalu membuat heboh, merawat Aim lebih mudah dan menyenangkan, mungkin juga karena Bunda sudah lebih berpengalaman.
Tetapi semua berubah saat Iqbal terserang batuk pilek dan langsung menulari adiknya yang baru berumur sebulan. Tak bisa dihindari, selama ini mereka tidur sekamar. Hari sudah larut saat Bunda sibuk menidurkan Ibrahim. Aim menyusu dengan gelisah, hidungnya penuh lendir, nafasnyanya berat. Sesekali dia batuk dan muntah. Bunda mulai panik menghadapi tangis Aim yang tak juga berhenti. Antara sedih dan bingung. Ayah mengambil alih menenangkan Aim. Bunda duduk di tepi tempat tidur.
Setelah melewatkan beberapa menit untuk diskusi memilih dokter. Kami memutuskan mereka harus dibawa ke dokter Staa besok-ini kondisi mendesak- tidak mungkin lagi mengantri di poli dokter Hari Martono. Kami sepakat, Bunda yang akan mengantar mereka ke RSPI dan Ayah akan menyusul dari kantor.
Saat itu baru kami tersadar, dalam keremangan lampu kamar sepasang mata mungil mengerjap dari sudut tempat tidur.Bunda bertanya heran "Iqbal belum tidur ?" "Kenapa Bang ?" tanya Ayah.
Iqbal berkata dengan suara memelas "Iqbal Iri Ayah dan Bunda ngurus Adik terus" . Kami tersentak. Kami nyaris melupakan dia. Rasa bersalah hadir.
Ayah lalu bilang " Udah Bunda temani Iqbal tidur gih, biar Aim Ayah yang gendong". Bunda beranjak naik ke tempat tidur. Kupeluk Iqbal . Kasihan, dia juga sedang berjuang mengatasi batuk pileknya. Pasti tidak nyaman tidur sendiri. Pengalaman ini memberika pelajaran baru kepada Ayah dan Bunda. Kami harus bersikap adil kepada mereka.
Awalnya Aim adalah bayi yang tenang dan banyak tidur, tidak seperti bayi Iqbal yang rewel dan selalu membuat heboh, merawat Aim lebih mudah dan menyenangkan, mungkin juga karena Bunda sudah lebih berpengalaman.
Tetapi semua berubah saat Iqbal terserang batuk pilek dan langsung menulari adiknya yang baru berumur sebulan. Tak bisa dihindari, selama ini mereka tidur sekamar. Hari sudah larut saat Bunda sibuk menidurkan Ibrahim. Aim menyusu dengan gelisah, hidungnya penuh lendir, nafasnyanya berat. Sesekali dia batuk dan muntah. Bunda mulai panik menghadapi tangis Aim yang tak juga berhenti. Antara sedih dan bingung. Ayah mengambil alih menenangkan Aim. Bunda duduk di tepi tempat tidur.
Setelah melewatkan beberapa menit untuk diskusi memilih dokter. Kami memutuskan mereka harus dibawa ke dokter Staa besok-ini kondisi mendesak- tidak mungkin lagi mengantri di poli dokter Hari Martono. Kami sepakat, Bunda yang akan mengantar mereka ke RSPI dan Ayah akan menyusul dari kantor.
Saat itu baru kami tersadar, dalam keremangan lampu kamar sepasang mata mungil mengerjap dari sudut tempat tidur.Bunda bertanya heran "Iqbal belum tidur ?" "Kenapa Bang ?" tanya Ayah.
Iqbal berkata dengan suara memelas "Iqbal Iri Ayah dan Bunda ngurus Adik terus" . Kami tersentak. Kami nyaris melupakan dia. Rasa bersalah hadir.
Ayah lalu bilang " Udah Bunda temani Iqbal tidur gih, biar Aim Ayah yang gendong". Bunda beranjak naik ke tempat tidur. Kupeluk Iqbal . Kasihan, dia juga sedang berjuang mengatasi batuk pileknya. Pasti tidak nyaman tidur sendiri. Pengalaman ini memberika pelajaran baru kepada Ayah dan Bunda. Kami harus bersikap adil kepada mereka.
Thursday, August 24, 2006
Aim dan Gokart
Aim dah nggak tertarik naik bombom car. Nggak challenge any more.Aim dan Ayah lalu pergi ke tempat bermain gokart. Dan kali itu Aim nggak mau tandem sama Ayah. Dia minta nyetir ndiri!!
Padahal batas tinggi minimal 120 cm dan Aim baru 118 cm. Itupun dia sudah bongsor untuk anak usia 5,5 tahun. Akhirnya dengan diganjal bantal nyampe juga dia nginjek rem dan gas. Lalu dia pake sarung tangan dan helm. Akhirnya dia bersiap buat nyetir gokart sendiri.
Duh Aim ? Gayanya udah kayak pembalap beneran!! Lucunya dia ngeluh “Ayah, Setirnya berat banget!! Nggak bisa dibelokin. Tangan Aim nggak kuat.”
Makanya sekarang kalo Aim males makan Ayah bilang “hayo makan yang banyak supaya tangannya kuat nyetir Gokart”. Aim langsung nurut :-)
Padahal batas tinggi minimal 120 cm dan Aim baru 118 cm. Itupun dia sudah bongsor untuk anak usia 5,5 tahun. Akhirnya dengan diganjal bantal nyampe juga dia nginjek rem dan gas. Lalu dia pake sarung tangan dan helm. Akhirnya dia bersiap buat nyetir gokart sendiri.
Duh Aim ? Gayanya udah kayak pembalap beneran!! Lucunya dia ngeluh “Ayah, Setirnya berat banget!! Nggak bisa dibelokin. Tangan Aim nggak kuat.”
Makanya sekarang kalo Aim males makan Ayah bilang “hayo makan yang banyak supaya tangannya kuat nyetir Gokart”. Aim langsung nurut :-)
Wednesday, August 23, 2006
Intuisi Bunda
Intuisi Bunda pernah teruji saat Iqbal masih TK. Saat itu Bunda hadir di acara pertemuan orang tua murid di TK Iqbal yang biasa digelar sebulan sekali. Setelah sambutan dan basa-basi yang membosankan selesai kali ini diadakan pembagian hasil test IQ dan EQ yang telah dilakukan beberapa minggu sebelumnya.
Ketika dipanggil nama Iqbal, Bunda bergegas kedepan mengambil hasil, dengan antusias Bunda baca keterangan yang ada. Betapa bangga melihat hasil test IQ yang tertulis… angka-angka yang tertera disana menyatakan bahwa anak ini Superior, diatas normal !! Wah memang hebat anakku.
Begitu sampai hasil test EQ yang banyak mengulas aspek kepribadian kening Bunda berkerut….baris-baris demi baris diteliti…hey…kok rasanya anak yang digambarkan dari laporan itu asing bagi Bunda. Bunda cepat-cepat melihat kembali sampulnya, tertulis nama : M. Iqbal…benar kok ….tapi rasanya ini bukan Iqbalku…. guman Bunda
Mama Hayu yang duduk sebelah Bunda ikut membaca hasilnya. "Hebat ya…"begitu komentarnya ”.Iya sih…..tapi ini bukan Iqbalku”guman Bunda lagi Bunda hampiri Ibu Guru yang tidak sedang sibuk membagikan hasil, "Bu, rasanya ini bukan hasil test anak saya," kata Bunda.
Ibu Guru melihat sampulnya, sedikit terkejut "Aduh mama Iqbal - di sekolah ini semua Ibu dipanggil dengan nama anaknya :-) jangan-jangan ini punya Iqbal TK B (Abang Iqbal saat itu masih di TK A).. saya Ingat….untuk Iqbal TK A saya tulis nama lengkapnya Maulana Iqbal…nah Itu papanya Iqbal (TK B) baru datang……"
Ibu Guru melambai. Papa Iqbal mendekat. Bunda ulurkan hasil yang serba hebat itu padanya. "Maaf ya sudah saya baca duluan… soalnya namanya sama ". Bunda nggak enak hati sebab di sampul laporan tertulis rahasia hanya untuk orang tua murid ybs. Ternyata pembagian hasil yang sudah selesai baru untuk TK B, pantas saja hasil test punya Iqbal(ku) belum ada.
Bunda kembali duduk dengan perasaan lega. Ternyata walau tiap hari Bunda berangkat kantor pagi-pagi dan kembali ke rumah sudah malam, Bunda masih bisa "mengenali" Iqbal(ku). Bunda berharap hal ini bisa terus berlanjut hingga Iqbal berangkat dewasa kelak.
Ketika dipanggil nama Iqbal, Bunda bergegas kedepan mengambil hasil, dengan antusias Bunda baca keterangan yang ada. Betapa bangga melihat hasil test IQ yang tertulis… angka-angka yang tertera disana menyatakan bahwa anak ini Superior, diatas normal !! Wah memang hebat anakku.
Begitu sampai hasil test EQ yang banyak mengulas aspek kepribadian kening Bunda berkerut….baris-baris demi baris diteliti…hey…kok rasanya anak yang digambarkan dari laporan itu asing bagi Bunda. Bunda cepat-cepat melihat kembali sampulnya, tertulis nama : M. Iqbal…benar kok ….tapi rasanya ini bukan Iqbalku…. guman Bunda
Mama Hayu yang duduk sebelah Bunda ikut membaca hasilnya. "Hebat ya…"begitu komentarnya ”.Iya sih…..tapi ini bukan Iqbalku”guman Bunda lagi Bunda hampiri Ibu Guru yang tidak sedang sibuk membagikan hasil, "Bu, rasanya ini bukan hasil test anak saya," kata Bunda.
Ibu Guru melihat sampulnya, sedikit terkejut "Aduh mama Iqbal - di sekolah ini semua Ibu dipanggil dengan nama anaknya :-) jangan-jangan ini punya Iqbal TK B (Abang Iqbal saat itu masih di TK A).. saya Ingat….untuk Iqbal TK A saya tulis nama lengkapnya Maulana Iqbal…nah Itu papanya Iqbal (TK B) baru datang……"
Ibu Guru melambai. Papa Iqbal mendekat. Bunda ulurkan hasil yang serba hebat itu padanya. "Maaf ya sudah saya baca duluan… soalnya namanya sama ". Bunda nggak enak hati sebab di sampul laporan tertulis rahasia hanya untuk orang tua murid ybs. Ternyata pembagian hasil yang sudah selesai baru untuk TK B, pantas saja hasil test punya Iqbal(ku) belum ada.
Bunda kembali duduk dengan perasaan lega. Ternyata walau tiap hari Bunda berangkat kantor pagi-pagi dan kembali ke rumah sudah malam, Bunda masih bisa "mengenali" Iqbal(ku). Bunda berharap hal ini bisa terus berlanjut hingga Iqbal berangkat dewasa kelak.
Tuesday, August 22, 2006
Aim Kangen Mbak Isti
Baru 3 minggu mbak Isti resign, Aim sudah kangen.
Dia malas bangun pagi. Dia ogah-ogahan pergi sekolah. Telat mulu. Dia protes kalo Bunda bikinin susu "Nggak enak!! kayak udah basi nih" Bunda ganti bilang "Basi gimana? baru dibikin kok!"
"kalo Mbak Isti yang bikin lebih enak" jawabnya asal.
Ah, Aim memang kangen Mbak Isti.
Hm, memang selama ini Isti yang selalu membuatkan susu di botol Aim. Pagi bangun tidur, siang mau bobo, dan malam sebelum tidur. Nggak enak? paling masalah beda takaran. Atau sugesti doang ? Aim kangen mbak Isti, dan Bunda bingung :-(
Dia malas bangun pagi. Dia ogah-ogahan pergi sekolah. Telat mulu. Dia protes kalo Bunda bikinin susu "Nggak enak!! kayak udah basi nih" Bunda ganti bilang "Basi gimana? baru dibikin kok!"
"kalo Mbak Isti yang bikin lebih enak" jawabnya asal.
Ah, Aim memang kangen Mbak Isti.
Hm, memang selama ini Isti yang selalu membuatkan susu di botol Aim. Pagi bangun tidur, siang mau bobo, dan malam sebelum tidur. Nggak enak? paling masalah beda takaran. Atau sugesti doang ? Aim kangen mbak Isti, dan Bunda bingung :-(
Monday, August 21, 2006
This Year is Not His
Seperti tahun-tahun sebelumnya komplek kami selalu bikin acara panggung gembira tujuhbelasan. Anak-anak begitu antusias. Abang dan teman-teman beserta Aim yang anak bawang sudah pergi ke lokasi acara sejak lepas magrib. Mbak Leha mengawal mereka. Ayah dan Bunda yang tahu acara bakal ngaret baru datang jam setengah sembilan.
Acara sambutan dan potong tumpeng sudah lewat. Saat itu tiba giliran pembagian hadiah pemenang lomba-lomba tujuhbelasan. Banyak nama dipanggil. Banyak hadiah dibagikan. Tapi nama Iqbal tidak pernah disebut. Tidak ada hadiah untuknya.
Hampir semua teman nya punya kesempatan naik ke panggung. Jadi pemenang jenis lomba yang berbeda. Jami, Said, Fadli, Donni, Dio, Adit, Imron, Kiki. Bunda berusaha mengabsen. Ih kok ?! rasanya semua ya, kecuali Iqbal.
Padahal tahun lalu Iqbal masih kebagian juara catur. Tahun ini dia tidak jadi pemenang lomba apapun. Paku botol, jalan sehat, catur, balap karung, makan kerupuk, futsal beregu semua kalah. Hm, kasihan juga.
Ayah berbisik kepada Bunda ditengah riuhnya acara "This year is not his time to be a champion" . Kami mengawasi Iqbal and the gang yang bergerombol dekat panggung. Walau dia tidak mendapat hadiah apa-apa tapi dia tidak terlihat sedih. Masih saja tertawa-tawa bersama teman-teman bermainnya
Acara terus berlanjut. Operet selesai, lalu diteruskan penampilan band-band bintang tamu.
Begitu juga hidup, terus berlanjut. Walau tahun ini bukan tahun Iqbal menjadi pemenang lomba tujuhbelasan. Iqbal tidak perlu kecil hati. Masih banyak kesempatan di tahun-tahun mendatang. Good Luck Son!! We Love you!!
Acara sambutan dan potong tumpeng sudah lewat. Saat itu tiba giliran pembagian hadiah pemenang lomba-lomba tujuhbelasan. Banyak nama dipanggil. Banyak hadiah dibagikan. Tapi nama Iqbal tidak pernah disebut. Tidak ada hadiah untuknya.
Hampir semua teman nya punya kesempatan naik ke panggung. Jadi pemenang jenis lomba yang berbeda. Jami, Said, Fadli, Donni, Dio, Adit, Imron, Kiki. Bunda berusaha mengabsen. Ih kok ?! rasanya semua ya, kecuali Iqbal.
Padahal tahun lalu Iqbal masih kebagian juara catur. Tahun ini dia tidak jadi pemenang lomba apapun. Paku botol, jalan sehat, catur, balap karung, makan kerupuk, futsal beregu semua kalah. Hm, kasihan juga.
Ayah berbisik kepada Bunda ditengah riuhnya acara "This year is not his time to be a champion" . Kami mengawasi Iqbal and the gang yang bergerombol dekat panggung. Walau dia tidak mendapat hadiah apa-apa tapi dia tidak terlihat sedih. Masih saja tertawa-tawa bersama teman-teman bermainnya
Acara terus berlanjut. Operet selesai, lalu diteruskan penampilan band-band bintang tamu.
Begitu juga hidup, terus berlanjut. Walau tahun ini bukan tahun Iqbal menjadi pemenang lomba tujuhbelasan. Iqbal tidak perlu kecil hati. Masih banyak kesempatan di tahun-tahun mendatang. Good Luck Son!! We Love you!!
Sunday, August 20, 2006
Tentang Nama Iqbal
Bunda sedang hamil tua anak pertama. Bunda baru mau tidur siang. Diluar berisik banget. Ada anak kecil iseng masukin batu kerikil ke kotak pos didepan rumah. Satu demi satu. Klontang-klontang. Ugh!! Menganggu sekali...
Bunda tau karena ini sudah sering terjadi. Bunda jengkel. Bunda berseru dari jendela kamar“Hayo Ocil….jangan nakal”
Seorang anak kecil, umur 5 tahun berlari menjauh. Tertawa-tawa. Dia cucu tetangga disini.
Bunda ditemani Ayah sedang jalan kaki pagi keliling komplek. Hari kelahiran semakin dekat, Dokter menyuruh Bunda banyak jalan kaki. Kami lewat depan rumah nenek Ocil. Seorang perempuan tua padang yang yan ramah. Beliau menyapa “Udah siapin nama buat si kecil ?” tanyanya. Bunda bilang "Sudah.”
“Siapa ?” tanya sang nenek.
“Iqbal” kataku. Bunda dan Ayah memang sudah mendiskuikan soal nama ini sebelumya.
“Wah !! sama dong sama ocil”
What!! Bunda terkejut “Sama ? maksudnya ?”
“Ocil itu namanya Iqbal. Dia dipanggil Ocil awalnya karena dia kecil…cil..cil lama-lama jadi Ocil”. Sang Nenek dan Ayah tertawa.
Bunda tertegun.Oh, jadi si Ocil yang suka Bunda tegur itu namanya Iqbal ? ups! Bunda jadi menyesal. Anak-anak, memang lumrah kalo nakal.
Sekarang Iqbal kelas 6, Sedang bang Ocil alias Iqbal satunya sudah kelas 2 SMA. Bunda geli mengingat kedua Iqbal-keduanya dipanggil abang juga- yang bertetangga ini. Bunda nggak tau apakah bang Ocil alias Iqbal yang sudah SMA itu masih ingat, bahwa Bunda pernah menegur kenakalannya saat dia kecil.
"Hayo Ocil eh Iqbal..Jangan Berisik!!" :-D
Bunda tau karena ini sudah sering terjadi. Bunda jengkel. Bunda berseru dari jendela kamar“Hayo Ocil….jangan nakal”
Seorang anak kecil, umur 5 tahun berlari menjauh. Tertawa-tawa. Dia cucu tetangga disini.
Bunda ditemani Ayah sedang jalan kaki pagi keliling komplek. Hari kelahiran semakin dekat, Dokter menyuruh Bunda banyak jalan kaki. Kami lewat depan rumah nenek Ocil. Seorang perempuan tua padang yang yan ramah. Beliau menyapa “Udah siapin nama buat si kecil ?” tanyanya. Bunda bilang "Sudah.”
“Siapa ?” tanya sang nenek.
“Iqbal” kataku. Bunda dan Ayah memang sudah mendiskuikan soal nama ini sebelumya.
“Wah !! sama dong sama ocil”
What!! Bunda terkejut “Sama ? maksudnya ?”
“Ocil itu namanya Iqbal. Dia dipanggil Ocil awalnya karena dia kecil…cil..cil lama-lama jadi Ocil”. Sang Nenek dan Ayah tertawa.
Bunda tertegun.Oh, jadi si Ocil yang suka Bunda tegur itu namanya Iqbal ? ups! Bunda jadi menyesal. Anak-anak, memang lumrah kalo nakal.
Sekarang Iqbal kelas 6, Sedang bang Ocil alias Iqbal satunya sudah kelas 2 SMA. Bunda geli mengingat kedua Iqbal-keduanya dipanggil abang juga- yang bertetangga ini. Bunda nggak tau apakah bang Ocil alias Iqbal yang sudah SMA itu masih ingat, bahwa Bunda pernah menegur kenakalannya saat dia kecil.
"Hayo Ocil eh Iqbal..Jangan Berisik!!" :-D
Friday, August 18, 2006
Sama Tapi Beda
Sama-sama Anak Ayah dan Bunda
Sama-sama pake Seragam TK Adhyaksa
Sama-sama berfoto depan Peugeot Ayah
Tapi lihat!! Beda banget gayanya :-D
Abang dan Aim. Emang Beda!!
Thursday, August 17, 2006
Tentang Nama Aim
Sedikit orang yang tahu bahwa Aim punya nama Ibrahim.
Waktu dia ditanya petugas kasir di Hero “namanya siapa,dik ?”
Dia menjawab lantang “Aim!”
“Siapa ? Baim ?” kasir itu mengoda. Menyebut nama vocalis Ada Band yang ngetop.
“Bukan !! Aim !!” Jawabnya galak.
Duh…iya..iya..Baim eh..Aim.
Aim lahir di bulan Februari, beberapa hari sebelum Idul Adha. Jika saat itu kami mencari nama dengan huruf depan “ I ” tidak ada yang lebih pas dibandingkan Ibrahim. Tapi kok panjang banget ya ? Makanya supaya mudah, kami memanggilnya Aim.
Benar saja nama Aim lebih populer dibanding nama aslinya, Ibrahim.
Tapi dia udah mengerti kok. Jika ada yang tanya “nama panjangnya siapa ?’
Dia akan menjawab dengan tangkas. “Mustafa Ibrahim Ruswandi”
Duh Aim, eh Ibrahim emang pinter!!
Waktu dia ditanya petugas kasir di Hero “namanya siapa,dik ?”
Dia menjawab lantang “Aim!”
“Siapa ? Baim ?” kasir itu mengoda. Menyebut nama vocalis Ada Band yang ngetop.
“Bukan !! Aim !!” Jawabnya galak.
Duh…iya..iya..Baim eh..Aim.
Aim lahir di bulan Februari, beberapa hari sebelum Idul Adha. Jika saat itu kami mencari nama dengan huruf depan “ I ” tidak ada yang lebih pas dibandingkan Ibrahim. Tapi kok panjang banget ya ? Makanya supaya mudah, kami memanggilnya Aim.
Benar saja nama Aim lebih populer dibanding nama aslinya, Ibrahim.
Tapi dia udah mengerti kok. Jika ada yang tanya “nama panjangnya siapa ?’
Dia akan menjawab dengan tangkas. “Mustafa Ibrahim Ruswandi”
Duh Aim, eh Ibrahim emang pinter!!
Wednesday, August 16, 2006
Iqbal dan Kereta Api
Berbagai macam mainan dimiliki Iqbal dan Aim. Mobil-mobilan, pesawat, Lassy, Lego, Robot, Gameboy, Bionicle,Monopoli, catur, karambol, puzzle. Semua masih terbagi dalam beberapa jenis. Kalo Aim prefer yang langsung bisa jalan, Abang senang yang dirakit dulu. Makanya kami menjuluki Iqbal, tukang insinyur cilik. Sayangnya mainan –mainan itu jarang yang awet. Mereka cepat Bosan.
Herannya ada satu set mainan yang sudah bertahan cukup lama. Dibeli pertama kali saat Iqbal berumur 4 tahun, well, jadi sekarang udah berumur 7 tahun. Lebih tua dari Aim.
Sejak dibeli. Koleksinya terus bertambah. Bukan hanya di beli di Plasenta, Pasaraya, PIM, MTA, atau KGMall, tapi juga dibelikan Ayah & Bunda sebagai oleh-oleh dari Singapore, Kuala Lumpur, Tokyo, Hongkong, dan Bangkok. Sepanjang 7 tahun ini.
Mainan Kereta api bermerk Tomy ini memang hebat, dengan beragam type rel yang dikoleksi , memungkinkan banyak design rel kereta yang bisa dibangun. Tidak pernah sama. Iqbal benar-benal all out dengan kreativitasnya dalam merakit jalur rel. Kemampuan ini telah diasah bertahun –tahun. Tidak ada kata bernama bosan.
Dokumentasi tentang Kereta Api Tommy dan Abang, Aim dan sepupu ini dibuat tahun 2004, saat Aim 3 tahun dan Abang 9 tahun.
Hm, Entah sampai kapan mereka akan terus bermain kereta api ini. Bisa jadi sampai si tukang insinyur cilik itu jadi insinyur beneran :-D
Herannya ada satu set mainan yang sudah bertahan cukup lama. Dibeli pertama kali saat Iqbal berumur 4 tahun, well, jadi sekarang udah berumur 7 tahun. Lebih tua dari Aim.
Sejak dibeli. Koleksinya terus bertambah. Bukan hanya di beli di Plasenta, Pasaraya, PIM, MTA, atau KGMall, tapi juga dibelikan Ayah & Bunda sebagai oleh-oleh dari Singapore, Kuala Lumpur, Tokyo, Hongkong, dan Bangkok. Sepanjang 7 tahun ini.
Mainan Kereta api bermerk Tomy ini memang hebat, dengan beragam type rel yang dikoleksi , memungkinkan banyak design rel kereta yang bisa dibangun. Tidak pernah sama. Iqbal benar-benal all out dengan kreativitasnya dalam merakit jalur rel. Kemampuan ini telah diasah bertahun –tahun. Tidak ada kata bernama bosan.
Dokumentasi tentang Kereta Api Tommy dan Abang, Aim dan sepupu ini dibuat tahun 2004, saat Aim 3 tahun dan Abang 9 tahun.
Hm, Entah sampai kapan mereka akan terus bermain kereta api ini. Bisa jadi sampai si tukang insinyur cilik itu jadi insinyur beneran :-D
Monday, August 14, 2006
Bintang AFI Masa Depan
Aim suka banget dengan acara Akademi Fantasi Indosiar.
Dia selalu ikut bernyanyi, bergaya, jika lagu thema song AFI "Menuju Puncak" muncul diteve
Menuju puncak gemilang cahaya
Mengukir cita seindah asa
Menuju puncak impian di hati
Bersatu janji kawan sejati
Pasti berjaya di akademi fantasi
Gaya Bintang AFI masa depan bisa diliat nih
Dia selalu ikut bernyanyi, bergaya, jika lagu thema song AFI "Menuju Puncak" muncul diteve
Menuju puncak gemilang cahaya
Mengukir cita seindah asa
Menuju puncak impian di hati
Bersatu janji kawan sejati
Pasti berjaya di akademi fantasi
Gaya Bintang AFI masa depan bisa diliat nih
Iqbal dan Lomba Catur
Agustus tahun lalu oom Iif tetangga kami dirumah protes pada panitia tujuh belasan komplek. "kok di final gue ketemu Iqbal. Kalo menang malu, kalo kalah apa lagi..”
Saat itu peminat lomba catur memang sedikit. Tentu saja Iif malu harus melawan catur Iqbal yang berbeda umur 23 tahun.
Akhirnya memang Iif menang dan Iqbal juara dua.
Agustusan tahun ini peminat lomba catur lebih banyak. Anak anak, remaja dan dewasa mendaftar. Iqbal antusias,tapi ini tidak berlangsung lama. Dia tersingkir di babak awal.
Dia cemberut saat Bunda tanya "kalah sama siapa?"
"Donni." Donni seorang anak SMP tetangga kami juga.
Bunda tersenyum melihat dia terduduk lesu didepan televisi. Bunda memeluknya.
Ah Iqbal. Begitulah hidup sayang.... Kadang ada kalah dan menang. Begitulah hidup,nak….kamu akan lebih banyak belajar tentang hidup dari kehidupan itu sendiri .
Pada akhirnya memang Donni yang jadi juara satu catur tujuhbelasan tahun ini :-)
Saat itu peminat lomba catur memang sedikit. Tentu saja Iif malu harus melawan catur Iqbal yang berbeda umur 23 tahun.
Akhirnya memang Iif menang dan Iqbal juara dua.
Agustusan tahun ini peminat lomba catur lebih banyak. Anak anak, remaja dan dewasa mendaftar. Iqbal antusias,tapi ini tidak berlangsung lama. Dia tersingkir di babak awal.
Dia cemberut saat Bunda tanya "kalah sama siapa?"
"Donni." Donni seorang anak SMP tetangga kami juga.
Bunda tersenyum melihat dia terduduk lesu didepan televisi. Bunda memeluknya.
Ah Iqbal. Begitulah hidup sayang.... Kadang ada kalah dan menang. Begitulah hidup,nak….kamu akan lebih banyak belajar tentang hidup dari kehidupan itu sendiri .
Pada akhirnya memang Donni yang jadi juara satu catur tujuhbelasan tahun ini :-)
Sunday, August 13, 2006
Aim dan Cewe
Berbeda dengan Iqbal yang allergy sama cewe. Aim justru sebaliknya.Dari hasil memantau teman-teman sekolahnya ada 2 orang gadis cilik yang selalu berurusan dengan Aim.
Yang satu cantik, galak dan bete-an. Mereka terus bertengkar dan bertengkar. Saling meledek dan berseru. Duh ? Bunda sampai nggak enak sama mama Anya, saat bu Guru mengadu Aim pernah mengigit lengan Anya, sampai Anya menangis keras. Untung mama Anya tidak complain ke Bunda. Dia mengerti anaknya memang galak. Mama Anya hanya minta di TK-B Anya dipisah dari Aim. Akhirnya mereka berbeda kelas di TK B.
Yang satu manis, kalem dan pendiam. Mereka bergandengan tangan saat bermain, berpelukan di saat baris. Duh ? Bunda jadi nggak enak sama mamanya Putri. Bu Guru juga bilang Putri cuma main bermain sama Aim, sebab Aim sangat care sama Putri. Saat naik ke TK-B, Putri dan Aim dipisah kelas oleh Bu Guru. Katanya supaya Putri bisa lebih bergaul dengan anak lain. Sudah cukup Aim dan Putri satu jemputan. Mereka memang tinggal di kompleks yang sama. Mama Putri adalah teman mainku saat kecil.
Tadi pagi Putri lewat depan rumah bersama pengasuhnya, kayaknya mau ke warung. Aim memanggil dari pagar.”Putri...Putri..!!” Putri melambai. Yang membuat Bunda terkejut Aim memberikan Kiss bye…Pengasuh Putri tertawa geli. Duh ? Aim ? siapa yang ngajarin ? Hm, rupanya begitulah Aim sama cewe :-D
Yang satu cantik, galak dan bete-an. Mereka terus bertengkar dan bertengkar. Saling meledek dan berseru. Duh ? Bunda sampai nggak enak sama mama Anya, saat bu Guru mengadu Aim pernah mengigit lengan Anya, sampai Anya menangis keras. Untung mama Anya tidak complain ke Bunda. Dia mengerti anaknya memang galak. Mama Anya hanya minta di TK-B Anya dipisah dari Aim. Akhirnya mereka berbeda kelas di TK B.
Yang satu manis, kalem dan pendiam. Mereka bergandengan tangan saat bermain, berpelukan di saat baris. Duh ? Bunda jadi nggak enak sama mamanya Putri. Bu Guru juga bilang Putri cuma main bermain sama Aim, sebab Aim sangat care sama Putri. Saat naik ke TK-B, Putri dan Aim dipisah kelas oleh Bu Guru. Katanya supaya Putri bisa lebih bergaul dengan anak lain. Sudah cukup Aim dan Putri satu jemputan. Mereka memang tinggal di kompleks yang sama. Mama Putri adalah teman mainku saat kecil.
Tadi pagi Putri lewat depan rumah bersama pengasuhnya, kayaknya mau ke warung. Aim memanggil dari pagar.”Putri...Putri..!!” Putri melambai. Yang membuat Bunda terkejut Aim memberikan Kiss bye…Pengasuh Putri tertawa geli. Duh ? Aim ? siapa yang ngajarin ? Hm, rupanya begitulah Aim sama cewe :-D
Friday, August 11, 2006
Iqbal dan Punishment
“Jika kamu sayang sama anak. Sekali-sekali mereka harus dipukul “ begitu sebuah nasehat kuno peninggalan oma dan opa Belanda. Sekarang jaman sudah berubah. Banyak buku mengajarkan anak tidak boleh dikerasi, mereka harus selalu merasa aman dan nyaman dalam pelukan.
Ah, tapi itu kan teori. Bagaimanapun anak-anak bukan malaikat. Mereka tetap anak-anak yang membangkang, menuntut dan memaksakan kehendak. Merengek, mengamuk dan tak terkendali. Tanpa pukulan, bagaimana mendisplinkan mereka ?
Kalau Iqbal sudah begitu keterlaluan , Bunda memukulnya. Jika Aim kelewatan, tugas ayah menghukumnya karena Aim tidak takut blas sama Bunda. Aim bukan cuma dipukul di pantat. Dia juga dikurung di kamar mandi. Itu pun sulit membuatnya jera.
Mereka bertambah besar. Pukulan memang diperlukan. Tapi tidak bijaksana jika sampai umur tertentu. Hm, Bunda juga ingat Bapak berhenti memukul Bunda menjelang lulus SD. Bukan berarti Bunda tidak lagi bandel :-) Tapi Bapak tau bahwa memukul sudah tidak pada tempatnya. Dimarahi sih tetap berlanjut…
Iqbal sudah besar. Dia memang anak-baik-baik, tapi tetap saja suka bikin jengkel. Bunda jadi bingung. Bagaimana menghukumnya ? Bunda tidak ingin memukulnya lagi . Dia sudah besar.
Seorang teman sharing. Dia juga setuju konsep menghukum anak dengan pukulan. Tapi hanya sampai usia tertentu. 8-10 tahun, berbeda untuk kondisi anak yang berbeda. Setelah itu perlu dibuat hukuman lain. Menyapu dan mengepel lantai. Menyita mainan kesayangan. Melarang nonton teve. Mengurangi uang saku. Dan masih banyak lagi.
Well, aku setuju akan itu. Makanya semalam Bunda menyita gameboy Iqbal. Dia menangis, tapi Bunda bersikeras “Cukup!! Jangan main terus sepanjang hari. Sepanjang minggu. Abang harus belajar. Udah kelas 6!"
Besoknya Aim bertanya “Bunda, dimana gameboy?”
Bunda bilang disimpan. Dia protes keras “Masa Aim nggak boleh main juga. Aim kan nggak harus belajar ?”. Bunda terpaksa memberikan gameboy itu pada Aim. Duh ? gimana kalo Iqbal tau ? pasti dia ganti protes keras.
Jadi orang tua memang menyenangkan. Tapi sungguh, bukan hal yang mudah. Ini amanah yang tidak mudah :-)
Ah, tapi itu kan teori. Bagaimanapun anak-anak bukan malaikat. Mereka tetap anak-anak yang membangkang, menuntut dan memaksakan kehendak. Merengek, mengamuk dan tak terkendali. Tanpa pukulan, bagaimana mendisplinkan mereka ?
Kalau Iqbal sudah begitu keterlaluan , Bunda memukulnya. Jika Aim kelewatan, tugas ayah menghukumnya karena Aim tidak takut blas sama Bunda. Aim bukan cuma dipukul di pantat. Dia juga dikurung di kamar mandi. Itu pun sulit membuatnya jera.
Mereka bertambah besar. Pukulan memang diperlukan. Tapi tidak bijaksana jika sampai umur tertentu. Hm, Bunda juga ingat Bapak berhenti memukul Bunda menjelang lulus SD. Bukan berarti Bunda tidak lagi bandel :-) Tapi Bapak tau bahwa memukul sudah tidak pada tempatnya. Dimarahi sih tetap berlanjut…
Iqbal sudah besar. Dia memang anak-baik-baik, tapi tetap saja suka bikin jengkel. Bunda jadi bingung. Bagaimana menghukumnya ? Bunda tidak ingin memukulnya lagi . Dia sudah besar.
Seorang teman sharing. Dia juga setuju konsep menghukum anak dengan pukulan. Tapi hanya sampai usia tertentu. 8-10 tahun, berbeda untuk kondisi anak yang berbeda. Setelah itu perlu dibuat hukuman lain. Menyapu dan mengepel lantai. Menyita mainan kesayangan. Melarang nonton teve. Mengurangi uang saku. Dan masih banyak lagi.
Well, aku setuju akan itu. Makanya semalam Bunda menyita gameboy Iqbal. Dia menangis, tapi Bunda bersikeras “Cukup!! Jangan main terus sepanjang hari. Sepanjang minggu. Abang harus belajar. Udah kelas 6!"
Besoknya Aim bertanya “Bunda, dimana gameboy?”
Bunda bilang disimpan. Dia protes keras “Masa Aim nggak boleh main juga. Aim kan nggak harus belajar ?”. Bunda terpaksa memberikan gameboy itu pada Aim. Duh ? gimana kalo Iqbal tau ? pasti dia ganti protes keras.
Jadi orang tua memang menyenangkan. Tapi sungguh, bukan hal yang mudah. Ini amanah yang tidak mudah :-)
Thursday, August 10, 2006
Aim dan Cita-Cita
Aim merayakan ulang tahun disekolah. Dia ditanya bu guru yang jadi MC. "Aim kalo sudah besar cita-citanya jadi apa ?"
"Jadi pilot !!" begitu jawabnya lantang.
Uti condet tersenyum bangga.Wah cucu mamah bakal jadi pilot nih !!
Ayah dan Bunda bertukar pandang. Nyengir. Si gendut yang jago nyanyi dan doyan tampil itu pengin jadi pilot ? Wow hebat !
Kali lain Aim ditanya papa temennya "Aim kalo udah besar mau jadi apa ?" Aim menjawab tanpa ragu "Anak Band !!"
Ayah garuk-garuk kepala. Kok anak band ya ??
Aku tertawa. Pasti Aim terinspirasi jingle ajang kompetisi "Dream Band" yang sedang digelar di TV7
Aku ingin jadi anak band..yeah!!
"Jadi pilot !!" begitu jawabnya lantang.
Uti condet tersenyum bangga.Wah cucu mamah bakal jadi pilot nih !!
Ayah dan Bunda bertukar pandang. Nyengir. Si gendut yang jago nyanyi dan doyan tampil itu pengin jadi pilot ? Wow hebat !
Kali lain Aim ditanya papa temennya "Aim kalo udah besar mau jadi apa ?" Aim menjawab tanpa ragu "Anak Band !!"
Ayah garuk-garuk kepala. Kok anak band ya ??
Aku tertawa. Pasti Aim terinspirasi jingle ajang kompetisi "Dream Band" yang sedang digelar di TV7
Aku ingin jadi anak band..yeah!!
Wednesday, August 09, 2006
Abang dan Sebuah Cita-Cita
Saat kecil. Apakah kamu punya cita-cita ? Bunda punya. Walau cita-cita Bunda itu selalu berubah sesuai dengan perkembangan umur. Semakin besar semakin kompleks cita-cita Bunda. Tapi paling tidak Bunda kecil punya cita-cita.
Apakah Bunda sekarang berprofesi sesuai cita-cita itu ? Jelas tidak. Tapi paling tidak punya cita-cita membuat Bunda kecil rajin belajar.Hal itu yang tidak Bunda dapatkan pada Iqbal.
Sejak kelas empat, jika Bunda tanya cita-citanya. Dia menjawab acuh "Tau… " Dan di setiap kesempatan lain selalu kudapat jawaban yang sama “tau deh”.Bunda heran.Nggak habis pikir.
Menurut Bunda punya cita-cita itu penting. Punya mimpi. Punya tujuan. Itu penting untuk menumbuhkan motivasi belajar. Apapun cita-cita itu. Bagaimana pun motivasi itu.
Bunda sering ngobrol sama Iqbal. Tentang banyak pilihan profesi yang makin beragam. Cita-cita tidak terbatas pada pilihan standard jadi dokter, Insinyur atau guru, tapi masih banyak profesi lain yang bisa dipilih. Tapi tetap Iqbal menjawab acuh “Tau..” . Jika Bunda bertanya akan cita-citanya.
Ugh!! Salah dimana ya ?? Apakah kami terlalu memanjakannya dengan limpahan materi sehingga dia tidak terpikir satu hari nanti dia harus hidup mandiri? Apakah dia tidak terpikir bahwa suatu hari kelak dia harus bisa menghidupi dirinya sendiri? Berdiri diatas kakinya sendiri tanpa bantuan orang lain ?
Kemandiriannya kelak. Adalah harapan besar kami sebagai orang tuanya.
Well, rasanya Bunda dan Iqbal masih butuh banyak kesempatan mengobrol sebelum tidur. Dibalik selimut, dibawah temaramnya lampu kamar dan hembusan AC yang dingin.
Obrolan panjang tentang …sebuah cita-cita.
Apakah Bunda sekarang berprofesi sesuai cita-cita itu ? Jelas tidak. Tapi paling tidak punya cita-cita membuat Bunda kecil rajin belajar.Hal itu yang tidak Bunda dapatkan pada Iqbal.
Sejak kelas empat, jika Bunda tanya cita-citanya. Dia menjawab acuh "Tau… " Dan di setiap kesempatan lain selalu kudapat jawaban yang sama “tau deh”.Bunda heran.Nggak habis pikir.
Menurut Bunda punya cita-cita itu penting. Punya mimpi. Punya tujuan. Itu penting untuk menumbuhkan motivasi belajar. Apapun cita-cita itu. Bagaimana pun motivasi itu.
Bunda sering ngobrol sama Iqbal. Tentang banyak pilihan profesi yang makin beragam. Cita-cita tidak terbatas pada pilihan standard jadi dokter, Insinyur atau guru, tapi masih banyak profesi lain yang bisa dipilih. Tapi tetap Iqbal menjawab acuh “Tau..” . Jika Bunda bertanya akan cita-citanya.
Ugh!! Salah dimana ya ?? Apakah kami terlalu memanjakannya dengan limpahan materi sehingga dia tidak terpikir satu hari nanti dia harus hidup mandiri? Apakah dia tidak terpikir bahwa suatu hari kelak dia harus bisa menghidupi dirinya sendiri? Berdiri diatas kakinya sendiri tanpa bantuan orang lain ?
Kemandiriannya kelak. Adalah harapan besar kami sebagai orang tuanya.
Well, rasanya Bunda dan Iqbal masih butuh banyak kesempatan mengobrol sebelum tidur. Dibalik selimut, dibawah temaramnya lampu kamar dan hembusan AC yang dingin.
Obrolan panjang tentang …sebuah cita-cita.
Tuesday, August 08, 2006
Aim Nonton Bareng
Ayah suka pergi nonton bareng teman-temannya. Antara lain jika ada balap F1. Ayah menjagokan team Ferrari. Sudah disepakati sore menjelang malam itu Ayah mau pergi ke Front Row Cafe di Senayan. Aim ikut.
Bunda dan Abang dirumah. Bunda nggak mudeng soal balap F1. Bunda nggak interest ikut dan Abang prefer menemani Bunda di rumah.
Selesai mandi Aim sudah ready duluan. Pake kaos kuning spongebob dan celana coklat. Last minute Ayah bersiap. Aim baru menyadari Ayah pakai kaos merah saat mereka sudah di mobil. Dia merengek minta ganti baju. Bunda heran. Kenapa ?
Aim lari ke dalam rumah. Kususul dia. Di kamar anak-anak Bunda lihat dia sedang dibantu mbak Leha pakai baju merah juga. Ups !! Rupanya Aim nggak mau salah costum. Mereka pendukung Ferrari. Mereka seharusnya pake warna merah. Warna Ferrari.
Ah Aim. Kecil-kecil sudah ngerti soal Brand Image.Untung dia nggak salah costum soalnya saat acara dia maju ke depan buat ikutan quiz.
Ah dasar Aim emang seneng tampil :-D
Bunda dan Abang dirumah. Bunda nggak mudeng soal balap F1. Bunda nggak interest ikut dan Abang prefer menemani Bunda di rumah.
Selesai mandi Aim sudah ready duluan. Pake kaos kuning spongebob dan celana coklat. Last minute Ayah bersiap. Aim baru menyadari Ayah pakai kaos merah saat mereka sudah di mobil. Dia merengek minta ganti baju. Bunda heran. Kenapa ?
Aim lari ke dalam rumah. Kususul dia. Di kamar anak-anak Bunda lihat dia sedang dibantu mbak Leha pakai baju merah juga. Ups !! Rupanya Aim nggak mau salah costum. Mereka pendukung Ferrari. Mereka seharusnya pake warna merah. Warna Ferrari.
Ah Aim. Kecil-kecil sudah ngerti soal Brand Image.Untung dia nggak salah costum soalnya saat acara dia maju ke depan buat ikutan quiz.
Ah dasar Aim emang seneng tampil :-D
Subscribe to:
Posts (Atom)