Saat kecil. Apakah kamu punya cita-cita ? Bunda punya. Walau cita-cita Bunda itu selalu berubah sesuai dengan perkembangan umur. Semakin besar semakin kompleks cita-cita Bunda. Tapi paling tidak Bunda kecil punya cita-cita.
Apakah Bunda sekarang berprofesi sesuai cita-cita itu ? Jelas tidak. Tapi paling tidak punya cita-cita membuat Bunda kecil rajin belajar.Hal itu yang tidak Bunda dapatkan pada Iqbal.
Sejak kelas empat, jika Bunda tanya cita-citanya. Dia menjawab acuh "Tau… " Dan di setiap kesempatan lain selalu kudapat jawaban yang sama “tau deh”.Bunda heran.Nggak habis pikir.
Menurut Bunda punya cita-cita itu penting. Punya mimpi. Punya tujuan. Itu penting untuk menumbuhkan motivasi belajar. Apapun cita-cita itu. Bagaimana pun motivasi itu.
Bunda sering ngobrol sama Iqbal. Tentang banyak pilihan profesi yang makin beragam. Cita-cita tidak terbatas pada pilihan standard jadi dokter, Insinyur atau guru, tapi masih banyak profesi lain yang bisa dipilih. Tapi tetap Iqbal menjawab acuh “Tau..” . Jika Bunda bertanya akan cita-citanya.
Ugh!! Salah dimana ya ?? Apakah kami terlalu memanjakannya dengan limpahan materi sehingga dia tidak terpikir satu hari nanti dia harus hidup mandiri? Apakah dia tidak terpikir bahwa suatu hari kelak dia harus bisa menghidupi dirinya sendiri? Berdiri diatas kakinya sendiri tanpa bantuan orang lain ?
Kemandiriannya kelak. Adalah harapan besar kami sebagai orang tuanya.
Well, rasanya Bunda dan Iqbal masih butuh banyak kesempatan mengobrol sebelum tidur. Dibalik selimut, dibawah temaramnya lampu kamar dan hembusan AC yang dingin.
Obrolan panjang tentang …sebuah cita-cita.
No comments:
Post a Comment