Sunday, December 02, 2007

Aim dan Kacamata Baru

Satu sore jam pulang kantor, Aim ke RSPI periksa mata. Soalnya Aim sering kali mengeluh perih..perih. Tadinya bunda pikir paling cuma kering, tapi dibantu ditetesi obat yang berfungsi sebagai airmata buatan juga ngga bantu. Akhirnya Aim periksa di dokter mata RSPI.

Setelah melalui serangkaian uji membaca di kursi yang penuh dengan equipment test mata, disimpulkan ada kelainan genetis pada Aim. Perih itu cuma keluhan yang tidak pas. Maksudnya?? Dokter menyebut ini sebagai “lazy eyes” dimana image yang ditangkap tidak bisa pas jatuh di retina “ pake kacamata ukuran berapa pun nggak bisa melihat dengan sempurna” Begitu pak dokter mata bilang.

Bunda speechless. Duh…kalo pake kacamata kan nggak mungkin jadi pilot …sayang ?? Apa solusinya?? Pake kacamata slindris selama 6 bulan. Nanti control lagi kemajuannya. Ukuran slindris Aim langsung diatas 2, itu ukuran yang serius, harus segera dibantu dengan kacamata.

Di optic melawai cabang pondok indah Aim ribut memilih Frame antara snoopy dan mickey mouse..Alhamdulillah.. Aim kayanya nggak keberatan pake kacamata, malah cenderung exciting…penampilan baru ya Aim??

Aim rajin pake kacamata terutama kesekolah. Bu gurunya bilang “Ngga jadi culun kok..malah keren” ugh!! makin senanglah Aim dengan kacamata barunya.

Sempat Bunda mikir…Aim berkacamata remind me of something..apa ya?? Saat Aim pake celana panjang yang ada gambarnya, baru Bunda inget..Chicken Little!! Coba liat gambarnya..mirip kan??..he..he..

Satu pagi Bunda heran…kok mobil yang mengantar Abang dan Aim pergi sekolah baru pergi 5 menit jalan udah balik lagi ??..Heboh!!.Terdengar seruan Aim dari mobil “Mbak!!..Tolong kacamata Aim ketinggalan…. buruan Mbak.... ada di kamar!!”

Ah Aim, mudahan Aim bisa tetap menjalani masa kanak kanak yang berwarna dengan penuh sukacita…. walau harus berkacamata.

Aim dan Big Ears

“Hey..Big Ears”

Begitu Thara biasa memanggil Akbar-adiknya yang baru berumur dua tahun. Biasanya Akbar cuma tersenyum lebar dan mengucap kata favoritnya “ oh..No..” Kami tertawa. Kuping Akbar emang gede dan lebar. Aim nggak mau kalah seru dia ikutan meledek sepupunya itu dengan sebutan “Big Ears”

Bunda geli. Lha wong Aim sendiri juga “Big Ears” kok, soalnya Aim mewarisi kuping Bunda yang caplang bak parabola. Yo piye maneh?? Bunda Aim dan Papi Akbar kakak beradik, no wonder mereka punya Big Ears seperti kami.

Dalam keseharian Akbar hanya bermain dengan –Thara- kakak perempuannya yang anteng. Makanya kalo ada kesempatan ketemu Abang Aim, Akbar antusias banget. Aim udah kayak role model buat Akbar. Semua tingkahnya diikuti. Lari lari..teriak teriak..jumpalitan…ugh!! lincah banget kayak bola bekel.

Kami tertawa melihat polah dua bocah yang sama sama punya Big Ears itu.

Well, Kids…you’re so lucky have big ears…just like us….right Papi??

Abang dan Papi

Banyak yang bilang, Abang kini adalah Oom Bram jaman kecil dulu. Mirip banget. Muka oval, tone kulit sawo matang, mata lebar, alis tebal, hidung mancung. cuma bibir aja yang beda..soalnya Iqbal mewarisi bentuk bibir Bunda yang tipis-sinis. Sedang Oom Bram rada deket sama ttdj..he..he..

Gimana kalo dibalik ? Oom Bram kini adalah portrait Abang saat dewasa. Uhm, bisa jadi ya??. Jadi bisa ditebak akan seperti apa abang kelak…hih?? Penuh bulu gitu?? Bunda memang sering meledek papi dengan Rabul – Raja Bulu – Bukan cuma muka yang harus sering sering shaving tapi kakinya juga penuh bulu. “Kalo kaki nggak ada bulunya, namanya kaki meja” begitu Papi bilang dengan kalem..he..he..

Coba diliat foto Oom Bram dan Abang kini. Lalu bayangin Oom Bram saat kecil dan Abang ketika dewasa kelak….. mirip kali ya??

Aim dan Bandung Super Mall.

Setiap tahun – masih dalam suasana lebaran, Kami selalu ke Bandung. Ayah punya kerabat penting yang harus dikunjungi. Mereka adalah keluarga tempat ayah tinggal saat masa sekolah SMA di bandung. Walau Mamah dan Apa sudah lama sekali berpulang. Namun anak anak mereka yang duabelas bersaudara sudah seperti kakak buat ayah.

Udah tradisi tiap tahun, Aim merengek ke Bandung Super Mall. Sowan, sirahturahmi, adalah hal yang membosankan buat Aim. Makanya sebagai kompensasi ikut ke Bandung…Aim minta ke Bandung Super mall yang punya area permainan besar dan luas.

“Nggak ah, kita langsung pulang aja” begitu ayah menolak. Ayah emang paling males ke Mall, tanpa jelas apa yang mau dibeli

Aim mulai rewel..”BSM..BSM…”
Kalo mau ke “BSM…sama Bunda aja…BSM kan Bunda SuperMall
Aim langsung memeluk dan merayu Bunda “ Ya Bun??…Bunda SuperMall ya Bun??”

Hih?! Aim emang persistent. Akhirnya sebelum pulang Jakarta kami mampir Bunda..eh Bandung SuperMall. Dasar si Aim!!


Monday, October 08, 2007

Abang dan Pesantren Kilat.

Again?? Yeah kayaknya ini kali ketiga Bunda menulis tentang Abang dan pesantren kilatnya. Hih?? Emang penting?? Kan udah sering…Iya sih…tapi kalo dulu waktu SD pesantren kilat selalu diadakan di antara idul fitri dan idul adha…setelah sekolah di SMP inilah pesantren kilat abang diadakan pas ramadhan.

Berawal dari “ Bunda, Abang beliin baju muslim tiga stell dong, yang dirumah udah pada sempit”
“lho kok beli banyak sekaligus? “ tanya Bunda heran
“Abang mau pergi pesantren kilat… lusa”
“dimana?”
Bogor
Bogor mana persisnya?”
“Parung”
“Berapa lama”
“tiga hari , dua malem. Selasa sampai Kamis”
“Bunda perlu anter?”
“ngak usah… di drop aja di sekolah”
“yakin?”
“Iyalah..temen temen juga gitu”
“perlu Bunda tengok?”
“Nggak lah”

Seninnya Bunda mulai senewen. Apa lagi yang dibutuhkan Bang? Jangan sampai ada yang ketinggalan. Handphone jangan lupa dibawa. Padahal Abang tenang tenang aja. Ayah ketawa “ Selalu gitu deh. Abang mau yang pergi , Bundanya yang panik”. Duh? Gimana nggak cemas ? Abang akan pergi bersamaan dengan Ayah yang akan keluar kota..

Selasa malam. Rumah sepi saat Bunda pulang kuliah larut malam. Aim udah bobo. Abang ikut pesantren kilat di Bogor. Ayah jauh di Surabaya. Bunda berbaring dengan gelisah, membayangkan Ayah akan sahur sendiri. Abang akan sahur sendiri. Duh? Nggak enak betul??

Dua malam berlalu, rasanya lama betul!! Syukurlah kamis pagi Abang menelphon “ Bunda, Oom Heri suruh jemput Abang di sekolah ya” …alhamdulillah..Abang akan segera pulang. Bunda segera berpesan pada supir kami akan permintaan Abang.

Saat Abang udah dirumah Bunda bertanya “ acara di pesantren kilat apa yang berkesan?”
“Renungan tentang orang tua” jawab Abang pendek
“lho kenapa?”
“bikin nangis” jawabnya acuh
Bunda tertegun. Duh? Touching banget!!

Bunda bersyukur Abang punya kesempatan ikut pesantren kilat, punya waktu buat merenung tentang orang tua, dalam kondisi jauh dari orang tua, no wonder..bikin nangis.
Tapi duh? Jangan sering pergi jauh sayang…Bunda senewen!
!

Sunday, September 09, 2007

Happy Birthday, Abang !!

“Kalo nggak logis, gimana bisa mecahin masalah?”

Ayah dan Bunda terkejut.!! Kata kata itu terucap oleh Abang, saat kami otw ke PIM , satu siang di hari weekend. Waduh? Dalem banget ??

Saat itu Bunda dan Ayah lagi ngobrol soal logis dan tidak logis. Berawal dari cara Ayah dan Bunda mengappresiasi lagu . Sungguh berbeda. Ayah menikmati lagu karena iramanya, beatnya, musiknya bagus. Sedang Bunda bilang lagu itu bagus kalo liriknya bagus dan pas *halah*

Ayah mencela. Menurut Ayah lagu Peterpan koleksi Bunda yang diputar di 406 Ayah, liriknya nggak logis. Belum sempat Bunda menjawab, Abang sudah nimbrung dengan kalimat diatas. “Kalo ngga logis, gimana bisa mecahin masalah?” Uhm, Ayah dan Bunda bertukar pandang. Surprise juga dengan komentar Abang. Ngga nyangka banget gitu lho…

Abang memang tidak lagi secerewet Aim, memang tidak lagi selucu Aim. Dia memang tidak lagi kanak kanak yang manis. Dia berangkat remaja, No wonder kini dia berkata lebih kritis. Berpikir lebih logis.

September ini Abang genap 12 tahun, kelas satu SMP. Dia memang bukan lagi kanak kanak yang manis. Yang mau dipeluk cium didepan umum. Yang selalu ikut kemana Bunda dan Ayah pergi. Not..no anymore..dia lebih prefer pergi sama temen temennya. Berenang. Main futsal. Latihan Silat dan banyak kegiatan lain. Dia lebih enjoy ditengah teman teman sebayanya.

September ini, hari ini.. Abang genap 12 tahun, Happy Birthday Abang…smoga Abang selalu dalam lindungan Allah, dalam bergaul, dalam beraktivitas, dalam menapaki hari hari menuju masa remaja. Happy Birthday Sayang…smoga rahmat dan hidayah Allah selalu beserta Abang Iqbal

Buah Hatiku. Kebanggaan dalam hidupku. Love you so much!!

Tuesday, August 21, 2007

Matahari Hatiku..

Tahun ajaran baru sudah dimulai juli lalu

Smoothkah? Tidak Juga. Awal sekolah, pagi hari selalu diwarnai dengan debat “siapa diantar duluan ?”. Matahari pagi seakan menularkan semangat anak anak pergi sekolah.

Abang yang lebih antusias sekolah ngga pengin telat, disatu sisi sekolah Aim lebih jauh dan berlawanan arah dengan sekolah Abang. Abang ke Ciputat. Sedang Aim ke pondok pinang. Bunda Pusing!! Sepertinya perkara selepe, tapi Bunda tak ingin salah satu merasa di'anak tiri'-kan.

Awalnya kami prioritaskan Abang. Jadinya Bunda dengan tebal muka beberapa kali mengantar Aim yang telat ke kelas Belum lagi Aim bete habis kalo jalan padat merayap. Kadang kita sampai turun sebelum sampai sekolah dan jalan kaki,soalnya mobil ngga bisa tembus kemacetan. Piuh! Lama lama Aim ngambek, untung ngak sampe mogok sekolah..

Satu pagi – jam enam dari rumah- dicoba rute baru Aim diantar duluan. Dengan cemberut Abang patuh kata Bunda. Alhamdulillah nggak telat. Cuman Bunda aja mondar mandir kayak setrikaan soalnya kantor Bunda sebetulnya deket banget sama sekolah Aim. Tapi kalo Bunda di drop setelah Aim…waaah bisa bisa Abang ngamuk karena telat.

Berkali kali uji coba begitu, keduanya ngga telat. Namun emang Aim terpaksa datang pagi banget sedang Abang selalu pas pasan. How about Bunda? At the end ternyata paling enak dengan kondisi ini. Anak anak cukup berangkat sendiri sama supir. Antar Aim lalu Abang trus pulang lagi karena sekolah Abang memang lebih dekat ke rumah

Jadi Bunda sekarang nggak perlu buru buru pergi pagi. Setengah delapan dari rumah juga masih bisa nyampe kantor tanpa telat Uhm Thanks Kids. Belajar yang rajin ya, sayang...Love and proud of you both!! You’re the sunshine of my life

…Matahari hatiku…
Membuat cerah…Hari hari sedihku..

Monday, August 20, 2007

Satu Panggung Merah Putih

Hari sudah menjelang Isya saat Ayah dan Bunda sampai rumah. Ayah pulang golf dan Bunda baru kelar urusan kantor. Padahal ini weekend. Satu sabtu di bulan Agustus.

Sejak dijalan anak anak sudah menephon. Mereka sibuk bersiap untuk tampil di acara tujuhbelasan Komplek kami. Rumah sudah kosong saat kami tiba, makanya kami segera menyusul ke lokasi acara.

Kompleks kami adalah kompleks pensiunan yang sudah 30 tahun berdiri. No wonder semangat untuk merayakan tujuhbelasan begitu kurang. Sakit dan kelelahan hari tua membuat mojoritas tetangga kami memilih istirahat dirumah. Jikapun kali ini ada perayaan, seperti tahun tahun belakangan dimotori oleh para remaja yan merupakan cucu cucu penghuni komplek ini. Dengan budget yang terbatas, sebuah pangung berbendera merah putih di gelar depan aula, di lapangan basket komplek kami.

Untung Ayah Bunda sempat menyaksikan saat Abang dan Aim tampil. Dengan seragam paduan suara yang seadanya, pokoknya atasan merah dan rok/celana putih mereka menyanyi di panggung. Cukup surprise juga melihat Abang dan teman2nya dibarisan belakang Bersama teman teman sebayanya yang sudah SMP.Sedang Aim menyanyi dibarisan depan bareng gang mainnya yang sering lebih banyak becanda daripada seriusnya.

" Emang dimana mereka latihan?" tanya Bunda pada perempuan sebaya disebelahku-yang juga teman main Bunda saat kecil

"Kan dirumah lu. Pokoknya kalo kita liat carport dua mobil itu kosong, langsung deh dipake latihan"

Bunda bengong. Ah? Masa sih? ih, sungguh terlalu deh Bunda nggak tau!! Maaf anak anak, kesibukan dikantor emang telah menengelamkan Bunda

Kembali soal pertunjukan pangung merah putih kali ini. Mereka cukup kompak menyanyi "Hari Merdeka", "Sabang sampai merauke" dan terakhir "aku anak Indonesia". Aim terlihat sangat antusias-maklum doi kan banci tampil, sedang abangnya lebih cool. Uhm, satu panggung merah putih telah memberikan kesempatan mereka menyanyi bersama.Mengumandangkan kebanggaan jadi anak Indonesia.

Merdeka !!

Saturday, August 11, 2007

Aim sang Entrepreneur cilik

Aim dan Abang. Emang beda!!

Abang nggak pernah demanding sedang Aim menuntut banyak. Beli ini. Beli itu. Kesini. Kesitu. Seakan Ayah Bunda punya pohon uang yang ngga ada habisnya. Namun there is a good thing about Aim. Dia mau usaha cari uang sendiri. How’s that??

Berawal tahun 2005 saat Bunda mulai jualan fried chicken di kantin SMP Alix, sebelah stand Bunda jualan pop ice. Laris Manis. Saat itu Aim yang masih duduk di TK kecil tertarik. “Kita jual pop ice juga yuk Bun…”

“Dimana ?“ tanya Bunda, sebab sudah ada kesepakatan dalam kantin tersebut tidak boleh menjual product yang sama.“di rumah lah”jawab Aim cepat.

Bunda setuju. Bunda lalu membeli pop ice aneka rasa. Sedotan besar. Gelas plastik. Blender dikeluarkan dari dapur. Meja kecil dikeluarkan dari gudang.



Dicarport, ditengah antara parkir mobil ayah dan mobil bunda Aim mengelar dagangannya. Blender. Gantungan sachet popice aneka rasa, sedotan besar. Gelas plastic Didisplay di atas meja kecil. Bunda dan Aim yang menata. Cukupkah? Belum.. sebuah signage yang ditempel di pagar melengkapi project Aim kali itu.

Siapa target marketnya Aim? Temen temen Abang lah!! Ternyata betul, jualan Aim mendapat sambutan positif. Temen temen Abang yang kecapekan habis main bola, antri membeli. Emang Aim udah bisa bikin pop ice? Ya nggak lah!! Mbak Isti dikaryakan.

Dengan senyum senyum geli Mbak Isti membantu anak asuhnya melayani pembeli. Aim yang berpromosi sedang Mbak Isti dibagian produksi, merangkap kasir, merangkap bagian keuangan. Bunda geli. Duh Aim? Keuntungan jual pop kan tidak sebesar gaji Mbak Isti.

Bunda cuma mengawasi kegiatan Aim dibantu Isti dari dalam rumah. Senyum senyum geli dengan banyak komentar yang didengar. Seorang nenek tetangga mengantar tiga cucunya beli pop ice. Beliau menggoda “Wah Aim, Jualan pop ice buat beli mobil ya?” sambil melirik mobil ayah yang “cling”. Aim bilang “Iya dong”. Dalam kamar Bunda ketawa sampe sakit perut. Duh Aim? Jual pop ice mana bisa beli mobil.

Anyway kegiatan Aim jualan pop ice ini membuat bangga Ayah dan Bunda. Setelah dua bulan berjalan, akhirnya berhenti. Yang beli sudah jenuh. Yang jual sudah Bosan. Ya sudahlah. Mbak Isti menutup dan membereskan project Aim itu.

Kini-tahun 2007, Aim sudah kelas satu SD. Musim Panas datang, disambut dengan musim layangan. Aim melihat peluang bisnis baru. Dia merayu Ayah membeli layangan dan benang dalam partai besar di grosir dekat rumah Uti condet. Ayah membeli 50 layangan dan 5 gulung benang sebagai awal.

Ditempat yang sama. Meja yang sama. Aim mengelar dagangan yang berbeda. Kalo dulu Bunda bantu menata, kali ini Aim kerjakan seniri. Dua buah box bekas indomie diletakan diatas meja. Satu berisi layangan. Satu berisi gulungan benang. Sebagai “pemanis“Aim menaruh beberapa mainannya dimeja itu. Boneka. Mobil2an. Tak lupa sebuah celengan bergembok disiapkan. Buat tempat uang katanya.

Aim lalu ketak ketik di computer nulis pake word AIM JUAL LAYANGAN. Diprint hitam putih. Namun dia belum puas. Aim lalu merayu Bunda.”Bunda, bikinin pengumuman Aim jual layangan dong. Yang bagus ya”.

Bunda dan Aim lalu duduk depan computer. Ketak ketik di power point sambil ketawa tawa memilih gambar. Akhirnya jadi sebuah signage tentang Aim jual layangan.

Siapa target marketnya kali ini? Teman –temen Abang dan temen temen Aim. Laris manis. Abang yang tadinya nggak perduli, bantu bantu Aim menjual Layangan. Maklum sekarang kan sudah tidak ada Mbak Isti yang mengasuh Aim. Berita Aim jual layangan segera tersebar, pembeli bukan saja anak anak dalam Komplek, tapi juga dari luar Komplek.

Dalam dua hari weekend stock layangan menipis cepat. Senin siang Aim menelphon Ayah dengan panik “ Ayah, layangannya habis tapi masih ada yang mau beli. Gimana nih? Ayah beli lagi dong!!”

Bunda tertawa geli. Duh Aim..keuntungan jual layangan nggak sebandng sama bensin Ayah ke condet buat beli layangan. Tapi Ayah tak ingin Ayah kehilangan semangat. Ayah membeli lagi 100 layangan buat project Aim jual layangan.

“Assalamualaikum…”
“Walaikum salam…cari siapa?”
“Mau beli layangan tante…”
“Aim!! ada yang beli layangan tuh..”
Aim segera ngacir kecarport. Jual layangan.

Ah Aim, Ayah dan Bunda bangga pada Aim sang Entrepreneur cilik yang diusia dini mau belajar cari uang sendiri, walau dengan berjualan layangan.

“Aim uang hasil jual layangannya mana ?” tanya Bunda
“Buat beli teh botol di warung Bun..Aim kan cape” kata Aim santai
Bunda memeluk Aim. Ah, Aim emang pinter banget!!

Friday, May 18, 2007

Abang dan Bike To School

Setelah menjalani test dan wawancara selama 2 hari yang melelahkan, Akhirnya Iqbal di terima di SMP Tsanawiyah Pembangunan – Ciputat. Sekolah ini dibawah managemen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Walau awalnya Bunda ragu karena sekolah itu berlokasi di Ciputat Banten, tapi setelah sekolah tersebut menjelaskan bahwa secara administrasi mereka masuk ke DKI, baru Bunda setuju untuk menyekolahkan Iqbal disana.

“Sekolah itu bukan soal DIMANA, tapi GIMANA” gegitu sharing seorang teman sekantor Bunda. Perempuan cantik yang tinggal di Bintaro Sektor 9 itu menyekolahkan putra tunggalnya nya di Sekolah Pembangunan JAYA. Satu satunya sekolah yang dibangun JAYA property untuk penghuni Bintaro Jaya. “

"Dengan bersekolah dekat rumah, anak kita masih punya waktu buat les musik, berenang, main futsall, main sama teman temannya. Pokoknya yang fun fun deh..” katanya lagi. Well, Bintaro Jaya emang udah kayak kota mandiri. Fasilitasnya lengkap. Ugh!! Membuat Bunda ingat impian Bunda untuk tinggal di Bintaro Jaya.

Sekarang, seberapa jauh sekolah SMP Pembangunan itu dari rumah kami di cirendeu? Kalo lewat jalan utama –Lebak bulus I – Ps Jumat- Ciputat Raya sih bisa lima kilo, Lewat jalan pintas Univ Muhamadiyah-Ciputat Raya sekitar 4 kilo. Menariknya kalo lewat jalan tikus..paling cuma 2 kilo. Yup. Bunda dan Ayah udah pernah survey semua rute itu. Walau ribet dan berbelok belok, jalan tikus itu relative sepi, melewati banyak rumah dan ujug ujug sudah sampai di belakang sekolah, ngga pake lewat jalan Ciputat Raya yang rame dan luar biasa macet.

Makanya Ayah tiba tiba come up dengan ide “ Bike to School buat Abang”
“Hah?! Bunda nggak setuju”
“Why not? Sekarang ngetrend lagi Bike to work. Kalo mungkin Ayah juga pengin bisa Bike to work”
“No..No..jangan macem macem deh..kita punya extra mobil..kita punya supir..jangan pernah pikir buat bike to school apalagi bike to work.” Gimana kalo hari hujan, gimana kalo keserempet mobil. Gimana kalo jatuh ? Duh? Nggak deh!! Setelah debat panjang-seperti biasa- Bunda selalu speechless. Ayah terlalu otoriter buat dibantah.

Abang di sounding soal wacana bike to school-dasar anak Bunda-Iqbal menolak. Walau dia tau dengan bersepeda dia tak akan tergantung pada supir /jemputan, dia bisa kemana mana sendiri namun dia merasa belum siap untuk itu. “Iqbal takut kalo nyasar. Habis jalanya mbulet banget“ begitu alasannya

Bunda bilang ke ayah “ I know him better than you hah?” Gantian Ayah yang speechless. Begitulah. Walau Ayah otoriter dirumah, tapi kami tetap menyerahkan keputusan soal bike to school kepada Iqbal karena dia yang akan menjalaninya. Pada akhirnya Bike to School memang hanya sebatas wacana.

Tuesday, May 08, 2007

Abang, Aim dan Nomat

"Ibu beli buat besok?" Begitu Bapak yang antri disebelah Bunda bertanya heran..
Bunda mengangguk sambil mengulurkan uang ke petugas ticket 21. Hari minggu itu 4 studio di PIM1 dan 2 studio di PIM2 memutar spiderman3. Saat itu baru jam satu tapi semua tiket sudah sold out. Tinggal buat yang jam tujuh. Makanya Bapak sebelah Bunda tadi jengkel. Lama banget kan kalo musti nunggu??

Bunda sih udah pengalaman yang begituan. Makanya Bunda sengaja datang cuma beli tiket. Nontonnya mah besok aja. Hari senin kan bisa dapat harga nomat. Nonton hemat. Lumayan bertiga “cuma” empat lima ribu.

Seninnya, Bunda dan Aim menjemput Abang disekolah, lalu meluncur ke PIM1. Anak anak protes. "Kok paling belakang Bun?!" Hush ini paling enak lagi. Studio penuh ampe depan. Isinya anak anak ABG yang pulang sekolah. Mereka bahkan masih pake baju seragam sekolah. Nonton Hemat. Emang sangat menarik buat para teenage itu.

Spiderman3 emang film remaja, untuk ukuran anak anak terlalu banyak cium, dan adegan “remaja” yang lainnya. Abang dan Aim antusias menonton. Paling seru kalo lagi adegan action. Waaah aim ampe tepuk tangan segala. Tapi nonton bareng ABG emang norak. Adegan cium di suit suitin. Adegan lucu disorakin. Adegan nangis malah diketawain. Duh? ABG ekspresif sekali sih??

Seru bang? Abang mengangguk. “Musuhnya tiga” kata Bang nyaris tak berkedip saat adegan laga. While lucunya Aim selalu tutup mata kalo ada adegan cium di layar lebar. Ehm, malu ya ??
Akhirnya.. yeah kita harus banyak maklumlah. Ini film remaja dan anak anak. Jagoan selalu menang. Musuh selalu kalah. Hitam dan putih. Belajarlah memaafkan. Belajarlah cinta damai. Belajarlah tolong menolong, Belajarlah untuk jantan dan tidak main keroyokan, Terakhir belajarlah untuk tidak naksir pada pacar sahabat ndiri (weeeiks..basi banget!!). Uhm ini sebuah film tentang superhero namun kental berisi pesan akan cinta damai.

Habis nomat enaknya ngapain ? Jajan dong Bun!! Weiiiiiks..Nontonnya mah hemat..jajannya boros. Namun Okelah sebelum pulang kita parkir di Bakmi GM. Uhm..Yummy..!!

Friday, May 04, 2007

Aim di Bogor, Abang di Jakarta

Bunda dan Aim mengedrop Ayah di lobby hotel. Kami melambai pada Ayah yang mau ikut workshop dua hari di Novotel Bogor. Mobil yang dikemudikan supir kami sudah sampai terminal baranangsiang saat Ayah menelphon “ Eh, Ayah dapat kamar sendiri nih. Ikut nginep yuk”. Aim langsung antusias. “Aim pengin Bun…Aim pengin”

Uhm, Bunda mikir mikir. Kasihan Abang euy. Kami memang ngak ada rencana ikut nginep, karena pikir Ayah bakal sekamar dengan Oom Bram, seperti kejadian saat training sebelumnya. “Nanti Bunda kabari..Bunda tanya abang dulu”. Aim dan Bunda meluncur ke Internusa buat makan siang. Bogor macet. Males jauh jauh. Cape main prosotan di AW. Aim ketiduran dipangkuan Bunda. Duh? Bunda kesemutan nih sayang..kelamaan duduk di Internusa.

Hari sudah sore saat Bunda menelphon Abang “ Bang..Aim sama Bunda mau nginep di Bogor ..gimana ? boleh Bang?
“Uhm..Besok Oom Heri (supir) datang pagi buat nganter abang sekolah nggak ?” tanya Iqbal
“Ya iyalah…nganter abang sekolah dulu baru siangnya jemput ke Bogor lagi” jawab Bunda
“Kalo gitu…Iya deh ngga pa pa…” jawab Abang.

Bunda merasa lega sekaligus heran. Lega karena Abang sudah berani ditinggal dirumah sama dua orang PRT. Heran karena…kok? Dia seakan lebih butuh supir kami dibanding Bunda ? Ah sudahlah…Bunda dan Aim lalu pergi ke Giant. Belanja baju tidur. Sikat gigi. Susu. Snack.dan pernak pernik lain. Ugh! begini deh kalo nginep tanpa preparation, tapi bagaimanapun spontanitas memang seru juga..

Setahu Ayah tidak semua peserta workshop dapat jatah kamar sendiri. Sebagian besar sharing berdua berdua. Makanya Bunda menelphon Oom Bram.”Papi sekamar sendiri?” Oom Bram menjawab pendek “ Ya..” Bunda becanda “ Malem ini titip Aim dong…”
Oom Bram menangapi serius “ Boleh..” Bunda ketawa..hih!! manalah kuat bayar fee babysitter kalo Oom Bram yang jagain Aim. Jangan jangan chargenya in US$..he..he..just kidding Bro..

Pagi paginya kami sarapan bareng. Ayah, Bunda, Oom Bram dan Aim. Beragam makanan tersedia, tapi melihat pilihan sarapan yang diambil Oom Bram sama persis dengan Bunda membuat Bunda berkomentar “I guess we grown up In the same familiy ..didn’t we ?" Oom Bram cuma nyengir…

Ayah dan Oom Bram segera pergi workshop usai sarapan. Aim lanjut berenang di kolam renang anak anak. Bunda cuma duduk nungguin. Uhm, sebetulnya kangen juga buat ikut berenang. Tapi sekarang, manalah mungkin ?? Aim bilang airnya dingin banget ..padahal pagi itu cerah ..sebetulnya serunya berenang di novotel Bogor adalah kalo pake bonus air hujan.. weeeiks!!

Habis berenang, balik ke kamar Aim ketiduran. Bunda duduk duduk di balkon kamar, menikmati kehangatan matahari pagi kota Bogor. Setelah Aim bangun Bunda berkemas dan langsung chek out. Begitu supir datang kami meluncur beli asinan dan roti unyil buat oleh oleh si Abang. Jalan Tol Bogor Jakarta sangat lancar. Dalam satu jam kedepan kami sudah sampai Jakarta. Nginep di Bogor tanpa diplanning jadi pengalaman seru buat Aim…

Saat malamnya Bunda dan Abang makan asinan bareng. Sepiring berdua. Bunda tanya “ Iqbal kok lebih Butuh Oom Heri dibanding Bunda?” Iqbal menjawab dengan tangkas “ Bukan begitu Bun…Iqbal tau nginep di hotel pasti enak….makanya ngga papa Bunda sama Aim nginep…Tapi kan Iqbal harus ada yang nganter sekolah..makanya nanya Oom Heri tetep datang pagi nggak?” Duh? Bunda terharu deh..ternyata Iqbal sudah bisa berjiwa besar...

Dan kekhawatiran Bunda bahwa Abang tak lagi butuh Bunda segera pupus, saat malamnya Abang bobo sama Bunda dia bilang “ Bunda... peluk dong…” Bunda tersenyum. “Udah gede…udah mau SMP..masih aja seneng peluk Bunda” Iqbal menjawab dari balik selimut “ habis.. enak sih…”

Thursday, May 03, 2007

Aim di hari Kartini

"Bun, kalo orang di amerika nggak punya baju daerah ya??” tanya Aim dengan lugu. Satu siang pulang sekolah dalam mobil karimun Bunda. Bunda speechless. Apa Iya Aim dah mudeng diceritain soal migrasi orang orang eropa ke benua baru bernama amerika…dan membentuk sebuah Negara besar yang bernama amerika kini, Ah, Aim pasti belum bisa nyambung. Makanya Bunda menjawab sepintas “Ya. soalnya daerahnya hampir sama”

Kenapa Aim concern soal baju daerah ? soalnya saat itu Bunda dan Aim on the way ke sebuah tempat penyewaan baju daerah untuk anak anak. Hari kartini sebentar lagi. Sekolah Aim bikin acara peragaan busana daerah. Dan siang itu kami meluncur ke cilandak hunting baju daerah.
“Mo pake baju apa Bu?” tanya petugas disana
“Apa ya ? yang nggak susah deh.. tahun lalu dia dah pernah pake baju jawa ugh!! Ribet” keluh Bunda



“Apa ya ?” Mbak petugas ikut bingung. Anak anak pake baju daerah. Pastinya ribet.
“Madura ada?” tanya Bunda. Rasanya simple tuh
“Waah Cuma satu dan udah dipinjam. Lagian kekecilan kalo buat si adik”
“Dayak gimana?”
“Ya..ya..ada beberapa pilihan warna dan ukuran..yuk dicoba”
Akhirnya kami pulang membawa satu stel baju dayak berwarna hitam. Alhamdulillah kayaknya sih nggak ribet.

Hari H tiba. Ayah mengantar Aim ke sekolah, Bunda menyusul. Wow…salut!! Hampir semua anak dari semua kelas berpakaian daerah. Mulai dari jawa, padang, bugis, batak, betawi, madura, dayak, bali, bahkan ada yang berkostum polisi, cinderela dan pak ustadz.

Senang rasanya melihat bocah bocah yang masih imut imut itu memakai pakaian daerah beraneka ragam. Kebaya Kartini dan baju bodo jadi favorit anak perempuan. Sedang pakaian jawa dan abang betawi jadi favorit anak laki laki. “Hey..ke salon jam berapa ? “ tanyaku mengoda mama si Anya. Cewe kecil yang sering berantem sama Aim itu cantik bersanggul dan pake baju kartini, while si Putri yang jadi favorit Aim pilih pake baju bodo.
” Ma..Justin nggak mau pake rok ma..” Bunda geli mendengar cerita tentang Justin yang menolak pake kain beskap.




































Peragaan Busana dimulai. Diawali dengan tampilnya anak anak play group yang imut imut mengemaskan. Ugh!! Cantik cantik banget. Hih Bunda jadi berandai andai..seneng kali ya punya anak cewe. Bisa didandani kayak boneka…

Berikutnya anak anak TK A dan B yang sudah lebih besar. “Assalamulaikum..” seru seorang anak berpakaian abang Jakarta sambil mengangkat tangan dan mulai melangkah ke atas “catwalk” . Ibu ibu tertawa bangga ..duh? Abang Jakarta wanna be nih…

Kelas Aim B4 tampil paling belakangan. Setelah cewe cewe in action. Giliran Justin, Oza, Kinen, lalu Aim, disusul beberapa nama lagi. Anak anak itu berjalan dengan malu malu lalu memberi salam pada juri. … waaah kami berebut memfoto dari dekat….senyum sayang…senyum…hih heboh deh…

Gemas..gemas..itu yang Bunda rasakan melihat Aim dan temen temen berpakaian daerah di hari kartini. Melihat belasan gadis cilik cantik apik berpakaian baju bodo, kebaya kartini, baju bali, membuat Bunda kembali berandai andai..ah, menyenangkan kali ya punya anak perempuan. Bisa didandani kayak boneka. hey Aim…mo punya adik cewe nggak ??

Friday, April 20, 2007

Aim ke Ancol..

Ke Ancol. Aim sudah antusias sejak seminggu sebelumnya. Sekolah Aim merencanakan pergi ke ancol di di penghujung tahun ajaran ini. H-1 malam harinya Aim bilang "besok bangunin jam 4 ya Bun..supaya nggak telat kumpul disekolahnya" Hih. Aim yang sering telat datang ke sekolah, tumben banget begitu antusias buat sekolah.."What ? jam empat ? sekolah masih sepi lagi..."

Kamis pagi, Bunda dan Aim sudah stand by di TK Adhiyaksa Lebak Bulus. Lima bus sudah siap. Tiga bus untuk bu guru dan anak anakTK A dan B. Dua bus untuk para Ibu dan adik adik usia play group yang ingin ikutan. Aim di bis no 3. Bunda kebagian di bis no 5.

Agenda sekolah hari itu adalah pergi ke gelangang Samudra Jaya Ancol. Pertama rombongan kami melihat pentas singa laut. Bunda melihat dari jauh Aim bertepuk tangan gembira bersama teman temannya melihat betapa lucunya sepasang singalaut yang beratraksi. Berikutnya pindah ke pentas aneka satwa. Jumlah rombongan tidak sebanding dengan kapasitas yang ada. Bunda terpaksa berdiri dibelakang sedang Aim dan teman teman yang nggak kebagian duduk jongkok persis di pinggir pembatas pentas dan penonton. Sebuah pagar kaca menjaga agar pecikan air di pentas tidak membasahi penonton. Walau sudah basah berkeringat, Aim enjoy aja tuh..

Pertunjukan ketiga adalah pentas lumba lumba. Kali ini tempatnya luas. Pertunjukannya juga paling seru. Banyak kejutan. Anak anak senang. Terbahak bahak melihat seorang ibu disembur si lumba lumba. Setelah usai Aim bergandengan tangan dengan bu Guru dan teman teman menuju taman yang luas. Saatnya break. Take lunch. Anak anak mendapat paket McDonalds..sedang Ibu ibu pengembira dapat nasi padang. Sedaaap.. piknik bareng dibawah terik siang matahari ancol..

Setelah usai makan siang. Kami berbaris untuk masuk ke theater 4D. Antrian puanjang banget soalnya berbarengan dengan banyak rombongan dari sekolah lain. Ibu guru memberi briefing "Anak anak yang ada mamanya, digandeng sama mama ya.. kalo mama ato mbaknya ngga ikut..boleh gandeng bu guru.." well, kami maklum kondisi begitu crowded. Jumlah guru tak sebanding dengan anak anak. Akhirnya para murid mengantri bersama ibu masing masing.

Nyaris satu jam dalam antrian. Balum juga dapat giliran. Untung anak anak itu saling meledek dan berceloteh menghibur ibu ibu yang udah bete kecapekan. Seorang teman yang udah agak depan berseru "Ibu hamil nggak boleh masuk". Segera 5-6 Ibu dalam rombongan kami menitipkan anaknya ke Ibu lain dan keluar dari barisan. Aim cemas "Bunda nggak hamil kan? " tanyanya lugu. Dia mungkin takut kalo Bunda keluar barisan. Ibu ibu di dekat kami tertawa. Hih Aim, dengan perut nyaris rata gini (ehm) masa sih dibilang hamil ??

Akhirnya sampai juga giliran kami. Waaah!! ternyata bagus. Dengan kacamata khusus..binatang yang ada di layar seakan begitu dekat. Mereka serasa melompat keluar dari layar. Bunda paling serem waktu ada ular menjulur mendekati penonton. Meludah. Cuiiiih !! ih, berasa ada air mercik di muka. Rupanya didepan setiap kursi ada semprota air khusus yang pas di muka. Ugh!! seru..Kalo Aim pling seneng saat "Bun..Aim bisa tangkap ubur ubur..." wah pokoknya norak deh. Maklum ini pengalaman pertama kami.

Hari semakin siang kami bersiap pulang. Sebelum berpisah bis Aim bilang "Bun...kapan kapan kita ajak Abang ke 4D ya.. pasti Abang juga seneng" Ah, rupanya Aim sayang sama Abang. Saat bersenang senang dengan teman teman dan Bunda, dia tak lupa akan Abangnya...

Lima bis kembali meluncur ke TK Adhyaksa Lebak Bulus. Membawa anak anak dan ibu ibu yang udah teler kecapekan. Terimakasih bu guru..jalan jalan ke ancol ini pastinya berkesan buat Aim dan teman teman...

Thursday, April 12, 2007

Jangan Kecewa Bunda..Jangan Kecewa Abang..

"Kalo Abang nggak diterima di Labsky. Bunda jangan kecewa ya “ begitu Iqbal bilang. Matanya yang lebar menatap Bunda lekat lekat. Menanti jawab yang terucap.

Bunda menghela nafas panjang. “Ya nggak lah sayang. Sekolah di Labschool kan Abang juga yang akan ngejalanin. Diterima artinya Abang mampu sekolah situ. Nggak diterima ya kita cari sekolah lain.” Abang terlihat lega.

“Pokoknya yang penting usaha semaksimal mungkin Bang!!” kataku memberikan semangat. Abang memeluk Bunda “Iya Bun, Abang cuma nggak pengin bunda kecewa” Hiks. Bunda jadi terharu.

LabSky alias labschool kebayoran, adalah impian seribu anak yang lulus SD di Jakarta selatan tahun ini. Tarakanita Barito. Al Adzar pusat di kebayoran. Tidaklah sefavorit Lab school kebayoran. Perjuangan masuk kesana sudah dimulai sepuluh minggu lalu saat Bunda kesekolah Abang dan mendengar ajakan..“Mbak, Iqbal minat ke labschool nggak? Ada lho bimbingan intensif khusus masuk labschool. Yang ngadain Visi kebayoran”

Iqbal setuju untuk mendaftar. Ikut program 10 minggu bimbingan belajar khusus buat menghadapi test di labschool. Setiap sabtu pagi Bunda mengantar dan Ayah menjemput sorenya. "Gimana Lesnya, Bang ?" tanya Bunda
"Ugh!! Kepala rasanya berasap. Susah bener!! keluh Abang . Dirumah dia juga berlatih mengerjakan soal dan Bunda mengoreksi. Seperti dulu dan dulu, Iqbal memang sering ceroboh. Sebetulnya bisa tapi tetap banyak yang salah. Ugh!! semua ini memang butuh perjuangan. Well, hidup ini, memang tidak mudah.. sayang. Bersiaplah . Kerasnya persaingan datang lebih dini.

Akhirnya pada hari H Bunda mengantar Abang test di SMP labschool. Rasanya kami datang sudah sangat pagi, tapi parkir sudah luber!! Seribu anak akan bersaing memperebutkan dua ratus kursi di kelas 1 SMP . Beragam jenis seragam SD Jaksel yang dikenakan membaur disitu. Bakti Mulia. Al adzar. Al idzar. Harapan Ibu. Tarakanita. Mahdania. Dan banyak lagi!!

Anak anak sih terlihat tenang.. Yang cemas justru para orang tua.. Dan hal itu ternyata menular. Ugh!! Senewen .Melihat betapa banyak peserta test kali itu. Duh? Adakah satu tempat tersisa buat Abang-ku tersayang ??

Siangnya. Bunda menjemput lagi. Iqbal terlihat exhausted."Gimana bang ? bisa ?"
"Susah Bun .." jawabnya lesu

Bunda speechless. Iqbalku. Abangku. Sulungku itu anak yang pintar. Jika dia bilang susah, means test masuk itu emang benar benar susah.

Tiga hari kemudaian kami lewati dengan harap harap cemas. Ugh ?? masuk nggak ya? Rabu malam jam sepuluh saat kami sudah bersiap tidur Oom Kalis mengirim SMS “ Berapa no test Iqbal? Hasil labschool sudah keluar” Segera Ayah dan Bunda melompat dari tempat tidur. Menghidupkan computer. Mengakses web labschool.

Dengan penuh harapan kami menelusuri no yang ada disitu dua ratus nomor dan limabelas cadangan. Ada? Uhm, sayangnya TIDAK....Ayah dan Bunda mengSMS teman masing masing yang anaknya sama sama test di labschool. Mereka juga bergegas mengakses internet. Bertukar kabar. Ada juga sih yang diterima. Banyak juga yang gagal.

Ayah dan Bunda berpandangan. Speechless. Kami memang berharap banyak Iqbal masuk labschool namun kenyataan tak seperti harapan. “Sudahlah, Kita sudah usaha kok. Memang ketat sekali persaingannya” Paginya. Kami bilang ke Iqbal soal pengumuman SMP lab school.

“Iqbal kecewa ?” tanya Bunda
“Sedikit “ jawab Iqbal hambar
Uhm, Dia memang sudah berusaha. Kerasnya persaingan memang berujung tak sesuai harapan.
“Nggak usah kecewa, Ayah dulu juga nggak diterima di Labschool” kata Ayah sambil nyengir. Uhm, pasti deh iseng, pikir Bunda

“Lho ? emang Ayah SMP di Jakarta . Bukannya di Jambi?” tanya Iqbal heran
“Makanya..Ayah nggak diterima soalnya emang nggak pernah daftar ke lab school” kata Ayah ngeles. Kami terbahak. Ah, sudahlah. Kini saatnya kembali berusaha. Perjuangan dan persaingan mencari SMP yang bagus masihlah panjang…

Hidup ini memang tak mudah, sayang... Jangan kecewa Bunda…jangan kecewa Abang…bersiaplah , karena kehidupan masih punya banyak kejutan..

Wednesday, April 11, 2007

Kalo Aim Udah Bisa Baca...

"Ayah, Aim mau ke pizza Hut.."
"Ya, nanti kalo Aim udah bisa baca.."
"Bunda, Aim mau ke time zone.."
"Ya, nanti kalo Aim udah bisa baca.."
"Abang, yuk kita nonton mr Bean the movie.."
"Ya, nanti kalo Aim udah bisa baca.." kata Abang sambil nyengir..

Selalu begitu jawab yang kami berikan kalo Aim minta sesuatu. Lama lama Aim jengkel. “Aim sebel deh kalo rencannya gitu terus!! Aim tendang nih sampe mental ke ruang angkasa”
Abang terbahak. Membayangkan Aim bisa nendang sampe luar angkasa ? Hebat betul imaginasi Aim?

Aim mulai frustasi. Menangis. Merengek. Marah marah. Annoying banget lah pokoknya. Akhirnya dibalik. Dibuat kesepakatan baru. Aim boleh ke pizza hut, boleh ke timezone, asal mau belajar baca dan nurut sama bu Guru. Deal. Aim senang. Kami juga lega.

Tapi kalimat itu kayaknya membekas dalam pada Aim, berikutnya kejadian gini
"Ayah, Aim pengin ikut Thara berenang.."
Belum sempat Ayah merespon dan berkata apapun. Dengan tangkas Aim sudah menjawab pertanyaannya sendiri…
"Ya. Nanti kalo Aim udah bisa baca…"
Gaya ngomongnya itu lho..persis banget Ayah!!

Kami terbahak!! Ah, Aim…makanya rajin sekolah sayang. Biar cepet bisa baca. Nanti kita ke Pizza Hut, Timezone, Citos, PIM, Kidsport, berenang sama Thara, Nonton, jalan jalan..seru!!

Friday, April 06, 2007

Jangan bikin Ayah Marah, sayang...

Bu guru Aim complain. Saat Bunda membayar SPP bulan ini Ibu Guru Aim mengeluhkan prilaku Aim di sekolah.
“Aim selalu telat”
“Aim selalu menolak belajar baca, ada aja alasannya pusing…bosen..”
“Aim kalo latihan menulis nggak pernah sampai kelar”
Untungnya masih ada berita bagus.
“Aim cuma antusias kalo pelajaran berhitung” Weeeeiks Abang banget deh!!
Setelah terdiam cukup lama Bunda bilang “ ya nanti saya minta ayahnya kasih tau , Bu…cuma Ayahnya yang bisa ngebilangin dia…”

Duh?? Bunda lemas. Aim emang beda banget sama abangnya. Aim terlalu santai. Nggak pernah perduli sama sekolahnya. Harus diakui Ayah dan Bunda emang tidak menuntut anak anak belajar serius saat TK. Dulu kami juga tidak pernah mempush Abang. Namun Abang punya kesadaran sendiri. Sejak kecil dia punya accountability yang baik. Motivasi untuk sekolah juga tinggi.

Well, ternyata perlakukan yang sama tidak berlaku sama untuk anak yang berbeda. Aim emang nggak antusias untuk sekolah. Setiap pagi kudu digendong dari tempat tidur ke kamar mandi. Nonton ini itu dulu. Main ini itu dulu. Akhirnya, telat deh kesekolah. Ayah sering jengkel “ Aim !! Ayah jadi telat terus ke kantor nunggu kamu siap” Biasanya kalo udah dengar celoteh lucu Aim, Ayah luluh juga. Ah, Aim emang anak ayah.

Tapi tidak malam itu, saat Bunda sampai rumah pulang kuliah… .Bunda bilang pada Ayah soal complain Bu Guru. Ayah marah besar !! Aim mengkeret diatas tempat tidur mendengar ayah marah marah. Dia mulai menangis. “Udah..Aim bobo sendiri aja!! teriak Ayah.

Aim turun dari tempat tidur dan berusaha memeluk Ayah. Tapi Ayah menolak!! “Nggak.. bobo sendiri aja”. Bunda sebetulnya kasihan. Tapi gimana lagi? Kalo Bunda belain Aim, pasti Bunda ketularan dimarahin deh. Ah, biarlah. Aim emang sudah terlalu nyaman. Sekali kali perlu dimarahi Ayah. “ Pokoknya nggak ada McD, nggak ada pizza hut, timezone..sampai Aim mau nurut sama bu Guru!!” seru Ayah. Aim makin keras menangis.

Akhirnya Aim mau disuruh naik ke tempat tidur. Bobo sambil terisak isak. Ayah dan Bunda bertukar pandang. Nggak tega euy. Ayah lalu ngelonin Aim. Bunda nyusul Abang bobo di kamar anak anak.

Paginya. Saat bangun tidur. Masih terkantuk kantuk Aim langsung naik ke pangkuan Ayah yang lagi nonton Star Sport. Minta peluk. Uhm, Aim emang anak Ayah. Makanya, jangan suka bikin Ayah marah sayang…

“Gimana Aim? Emang enak dimarahin ayah?”
“Capek deeeeeh “ kata Aim lucu.

Sunday, April 01, 2007

Lagu Cinta Untuk Mama - Sebuah Pentas Maulid

Jumat Sore pulang sekolah Iqbal bilang “Bun, besok pentas disuruh pake Jeans”

Bunda yang lagi PMS dan boboan di kamar ngeluh. “Duh ? kenapa dadakan terus sih, Bang? Butuh besok, hari ini baru bilang” Bunda tau Iqbal nggak punya celana panjang jeans. Dia tidak suka. Bunda tau itu. Pastinya kudu beli baru. Tapi Ugh!! Dengan kondisi PMS gini, rasanya males banget nyetir mobil. “Ntar maleman ya Bang….”
“ya Bun..soalnya janjian kostumnya berubah rubah terus. Baru tadi diputuskan pake jeans."

Habis Magrib Bunda, Aim dan Abang pergi ke AB Swalayan di cirendeu. Cari jeans yang pas bukan hal mudah. Soalnya postur Iqbal nangung. Terlalu besar buat anak anak. Terlalu kecil buat dewasa. Duh? Masa perlu ke Matahari Citos. Males macetnya!!

Setelah bolak balik ngepas di fitting room. Dapat juga. Sebuah jeans dewasa bernomor 30. Kepanjangan pastinya. Tapi sudahlah, yang penting ada dulu. Kami buru buru pergi ke tempat permak Jeans depan AB, ternyata tutup. Udah malem sih.

Sampai dirumah akhirnya Bunda sendiri yang memotong dan menjahit jeans baru Iqbal. Pokoknya asal bisa dipake dulu deh, besok besok toh bisa dirapihin di tukang jahit. Sambil nemenin Ayah nonton HBO, Bunda berkutat sama jarum jahit. Demi kostum pentas Iqbal besok.

Sabtu pagi, hari masih subuh saat Iqbal yang bobo sama Bunda udah sibuk ngebangunin Bunda. “Ayo Bun..anter jam enam dong..kan nggak ada supir” uhm, sabtu gini emang supir kami libur. Duh? Rasanya males banget ningalin kenyamanan tempat tidur. Tapi gimana lagi? Iqbal perlu datang pagi buat acara final GR.

Disaat Ayah kembali bobo ngelonin Aim. Bunda mengantar Abang ke sekolah. Dijalan Bunda iseng tanya “ Emang pentas nanti nyanyi lagu apa sih Bang?”
Iqbal ngeles.“Adalah…nanti Bunda nonton kan? Sekalian njemput ya Bun?”

“Kok nggak ada pemberitahuan dari sekolah soal acara ini?” tanya Bunda Heran.

"Orang tua emang ngak diundang. Ini acara peringatan Maulid Nabi. Sekolah ngundang dan ngumpulin anak anak yatim di pondok pinang. Paling yang datang orang tua yang pengin nonton aja”. Bunda cuma mengucap “oh” sebelum mengedrop di sekolah yang sudah rame walau ini hari libur dan hari masih pagi. Bunda segera memacu mobil pulang kerumah

Setelah Ayah dan Aim mandi, sarapan dan bersiap, jam sembilan kami meluncur ke SD Harapan Ibu pondok pinang. Saat kami tiba pas banget Iqbal dan teman temannya mengawali acara dengan menyanyi. Padamu Negri. Udah ? gitu doang? Bunda menyusul ke balik panggung. “Tampilnya cuma satu lagu Bang? Bentar amat?” Ih?! padahal nyari kostumnya ribet betul…
”Nggak Bun..Nanti lagi…Tunggu aja”
“Lho? Jadi tadi apa? Pemanasan?”
“Tadi Iklan, Tante..” jawab seorang teman Iqbal..
Bunda tertawa geli. Ah, anak anak sekarang. Udah pinter ngejawab...

Bunda kembali ke depan panggung menunggu penampilan berikutnya. Setelah beberapa acara berlalu. Paduan suara Iqbal dan teman temannya muncul kembali. Kali ini membawakan satu lagu yang sangat menyentuh “Lagu cinta untuk Mama…”

Hanya ini kunyayikan ... Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana.... Lagu cintaku untuk mama…

Berbagai rasa tumpah tindih dihati. Haru dan Bangga. Iqbal-ku. Si Abang yang berpikir pinter dan berkata kritis, tampan tapi item, cuek berpenampilan, ada disana. Diatas panggung, menyanyikan lagu tentang kecintaan pada seorang mama. Seorang Bunda. Hih!! Bunda jadi berkaca kaca… Segala kecapekan mempersiapkan kostum dadakan. Rasanya terbayar lunas seketika.

“udah Bang? Selesai ? udah boleh pulang ?” tanya Bunda setelah mereka turun panggung.
“Belum Bun, nanti terakhir nyanyi lagi” katanya sambil belalu menyusul teman temannya.

Oh…rupanya masih ada ceramah maulid dari seorang dai yang diundang sekolah. Setelah itu baru acara puncak yaitu pembagian sumbangan untuk anak anak yatim yang tinggal disekitar sekolah. “….acara ini akan ditutup dengan penampilan anak anak kelas 4D, 5D dan 6D..” begitu kata MC..Uhm, rupanya ini paduan suara campuran dari anak anak kelas unggulan.

Dengan diiringi piananika dan rebana . Anak anak itu kembali menyanyi. Sebuah lagu dari Bimbo yang begitu popular “dunia akhirat”.

Rosul menyuruh kita mencintai anak yatim…
Rosul menyuruh kita mengasihi orang miskin…

Uhm, Bunda kembali tersentuh. Semoga mereka-Iqbal dan teman temannya- bisa mengamalkan makna inti dari lagu itu , kini hinga dewasa kelak….

Tuesday, March 27, 2007

Piala Keempat Abang

Abang pulang sekolah. Aim menjerit jerit antusias. “Bunda..Bunda..Abang dapat piala….” Aku bergegas meninggalkan tugas kuliahku yang sparo kelar dikomputer.

Aim buru buru membuka piala yang masih dibungkus dengan plastik, dan memberikannya pada Bunda untuk dibaca. Tulisannya “Juara I Lomba Murottal. Pekan Maulid Nabi 2007. SD Harapan Ibu.”

Iqbal sendiri ngga terlalu perduli. Dia sibuk mencopot kaos kaki dan menyimpan tas sekolahnya. Bunda memeluk Iqbal, menciumnya “Selamat ya sayang…” Uhm, I am proud of you son. Iqbal cuman mengangguk.

Bunda mengsms Ayah. Berbagi kebanggaan. Ayah mereply “ Ayah lagi meeting nih. I am really proud of him…”

Aim membantu Bunda memajang piala keempat Abang di lemari. Sedikit mengoda Aim “Kok Aim belum punya piala ??”
“ Aim juga pengin Bun…”
“Makanya sekolah yang rajin..jangan banyak bolos..”

Ayah mengsms Ibunya. Adik adiknya. Semua membalas dengan kebanggaan yang sama. Cucu pertama. Keponakan tertua. Membuat mereka bangga.

Piala emang soal kebanggaan. Soal pengakuan bahwa anak unggul dalam satu bidang tertentu. Menyadarkan orang tua bahwa si anak punya potensi lebih yang bisa dikembangkan. Juara Murottal-membaca Quran- bukan saja memberi kebanggan didunia, namun menciptakan harapan jauh kedepan. Agar Iqbal kelak jadi anak yang shaleh, dan bisa mendoakan Ayah dan Bunda..

Piala Pertama

Dirumah, ada empat piala milik Abang. Piala keempat lomba murotal, piala ketiga lomba matematika, piala ke dua lomba adzan, bagaimana dengan piala pertamanya ??

Cerita piala pertama abang ini sudah pernah dimuat di web Bunda jadul...menarik juga saat dibacalagi :-)

Hari Sabtu di tahun 2000 itu masih pagi. Dan aku sudah berada di aula TK Iqbal. Mengamati deretan gambar tanpa nama. Pameran hasil lomba mewarnai.
"Yang mana milik Iqbal ya..kok cuma no peserta yang dicantumkan ?" pikirku.
Segera Ketelphon rumah. Babysitter Iqbal yang mengangkat.
"No peserta Iqbal berapa ya ? “
Kesibukanku di kantor membuatku luput akan hal itu.
"No sepuluh Bu “ sahut Mbak Ida.
Kututup handphone. Kulihat hasil peserta no sepuluh. Glek !! Jelek bener. Mungkin yang terburuk dari seluruh peserta Lomba. Tapi aku tak tak berkecil hati. Iqbal memang tidak suka mengambar dan mewarnai.

Setahun berlalu. Tahun 2001
Kembali kuamati deretan hasil lomba si aula sekolah Iqbal. Seminggu yang lalu dia bilang, sesuai undian yang dibagikan bu guru Iqbal kebagian ikut lomba cipta karya, dengan no peserta 22. Untuk seluruh murid ada 6 macam lomba dan setiap lomba diikuti 25-28 peserta.
Lomba cipta karya adalah murid diminta menyusun pot0ngan kertas lipat yang telah digunting berbentuk segitiga, bulat, segiempat dan bentuk dasar lainnya, kemudian di lem diatas kertas putih, sehingga tercipta gambar kreasi mereka.
Aku melihat dari jauh. Pada umumnya peserta membuat benda yang diliat dari keseharian mereka. Warna-warni kertas lipat memberikan kombinasi warna yang menarik.

Dengan santai kulewati dinding dimana hasil pemenang lomba dipajang. Aku langsung menuju tempat dimana peserta yang tidak menjadi juara, dipamerkan hasilnya.Kuurut No yang ada…20, 21..lho kok langsung 23 ? Ups !! Maafkan Bunda sayang…bisikku reflek menengok ke dinding dimana 5 hasil terbaik dipasang.Setengah berlari aku mendekat kesana.

Mataku berbinar. Ternyata no 22 ada disana, menempati urutan terbaik kelima !! Sebuah rumah, pagar, mobil, matahari dan awan merupakan hasil cipta karyanya. Aku terharu. Kutahan airmataku. Malu sama bu guru euy….Aku beranjak. Mengintip kelas Iqbal dari jendela, dia sedang asyik bermain bersama kawan-kawannya.

Kini Tibalah saat mengumumkan para juara, Semua murid dikumpulkan di aula bersama para ibu yang diundang untuk hadir menyaksikan.Setelah pemenang lomba melukis, kini giliran lomba cipta karya. Semua peserta berbaris rapi didepan. Iqbalku yang munggil berada diantara mereka. Aku menatap dengan bangga.

Juara 1,2,3 dan harapan satu dipanggil…berikutnya…"Untuk harapan dua diperoleh peserta dengan no 22".Iqbal terlihat terkejut. Dia menoleh kearah Ibu gurunya. Ibu Fat mengangguk meyakinkan. Iqbal berjalan kedepan untuk menerima piala.
Aku melambai. Dia tersenyum.

Piala-piala dibagikan. Walau dia mendapat piala terkecil... Namun piala itu berarti sangat besar buat diriku dan dirinya.

Piala pertamanya itu meningkatkan rasa percaya dirinya. Membuatku sadar bahwa dia siap bersaing untuk menang. Dia sudah besar sekarang, untuknya masih banyak piala-piala lain yang menunggu untuk diraih.

Iqbal menghambur kepelukanku sambil memegang piala pertamanya itu erat-erat.

Monday, March 26, 2007

Harapan Bunda di Harapan Ibu

Al Fath
Ha-I
Al fath
Ha-I…
Al fath
Ha-I

Ih..apaan sih? Bersaut sautan kayak suara tokek ??

Itulah debat panjang Aim dan Bunda saat memilih sekolah. Aim ingin bareng putri -sohib perempuan kesayangannya di TK untuk melanjutkan ke SD al-Fath di cirendeu, soalnya kakak si putri-Reza, udah duluan sekolah di sana. Padahal well, Bunda ingin Aim masuk ke sekolah abang di Ha-I – Harapan Ibu –pondok pinang.

Emang apa salahnya masuk Al Fath? Toh banyak teman teman sekompleks yang menyekolahkan anaknya disana. Uhm, iya sih.. tapi sekolah itu masuk wilayah Banten. Bunda sih mikir jangka panjangnya. Susah kalo mo masuk SMP di Jakarta kalo SD nya dari tangerang- banten. Makanya Bunda membujuk, merayu, memohon Aim agar mau bersekolah di Harapan Ibu..

Nanti Aim boleh ikut drumband deh..
Nanti Aim juga bisa ikut pentas di sekolah
Nanti kan Aim bisa ikut paduan suara juga

Pokoknya Bunda dukung deh kalo Aim ingin tampil di acara pentas Harapan Ibu..

Akhirnya Aim mau ikut test disana. Abangnya bertanya heran “ Gimana mau test?? Baca aja belum bisa kan?” Berbeda dengan Abang yang emang serius belajar , dia udah bisa baca sebelum lulus TK, Aim emang rada nyatai..

"Hey Abang.. jangan gitu dong.. biar Aim test dulu” kata Bunda

Bunda mengantar Aim pergi test. Aim menjalani test tertulis dengan diawasi seorang guru. Seusai test Bunda bertanya “ Gimana Bu kira kira. Dia bisa nggak?

"Belum bisa baca ya Bu” tanya bu Guru
Bunda nyengir innocent “ Belum…”
“Tapi berhitungnya bener semua kok. Dan lagi umurnya sangat mencukupi. Dia udah keliatan mandiri kok. Nanti kita liat juga hasil psikotestnya ya.."

" Uhm, Bagaimana kira kira kansnya Bu..” Bunda sedikit mendesak
“Tunggu aja pengumumannya. Ada yang lulus. Ada yang cadangan. Ada yang tidak lulus. Harap maklum Bu kita cuma buka 5 kelas. Dua kelas bilingual udah penuh. Yang masih sisa kelas regular."
"Saya memang ndaftarkan Ibrahim untuk kelas regular Bu.."
"Tetap aja Yang ikut test dua kali lebih banyak dari kapasitas penerimaan murid baru…tungu aja hasil testnya ya Bu…

Masya Allah!! Hari gini, tenyata persaingan masuk SD saja sudah begitu ketat. Padahal Harapan Ibu sekolah swasta yang cukup mahal. yup, paling tidak untuk standard Ayah dan Bunda.

Seminggu kemudian. Setalah menanti dengan harap harap cemas, keluar juga pengumumannya. Alhamdulillah. DITERIMA. Bunda berucap Syukur. Senang banget Aim bisa masuk ke HI, walau belum bisa baca hi..hi..

Ayah segera melunasi uang pangkal yang diminta. Diskusi dan debat panjang soal Al Fath dan Ha-I berakhir sudah. Besar harapan Bunda, Aim suka bersekolah di SD Harapan Ibu sebagaimana Abang telah menghabiskan hampir 6 tahun bersekolah disana…

Iqbal adalah abangku. Rajin dan senang main bola (eh, harusnya belajar ya?)
Dengan menyandang tas dibahu, riang menuju sekolah...
Berhitung, menulis membaca, tak lupa diulang dirumah
Ingin akupun demikian, serajin Iqbal abangku..
(plesetan dari lagu anak anak- Ruli-Abangku)

Begitu harapan Bunda buat Aim yang akan bersekolah di Harapan Ibu..