Wednesday, May 31, 2006

Spontaneous Singer

Perbedaan mendasar Aim dengan Iqbal adalah, Aim lebih pemberani dan mandiri.
Lebih ramah dan spontan dibanding Iqbal saat seusianya. No wonder, dia segera popular dikomplek dan sekolah. Semua kenal Aim.

Suatu saat Bunda mengantar Aim ke ulangtahun temannya. Tante MC mengundang siapa yang mau nyanyi ? Tanpa ragu Aim berdiri dan menyanyi solo dengan mike.
Aku terkejut!! Heh ? pede amat ??

Aku mengacungkan kedua jempol. Good!! Aim terkekeh senang.

Tak terduga kehebohan datang. Ada Badut datang meramaikan pesta ultah.
Aim berteriak histeris “ Bunda !! ada badut !! Aim takut !!”
Dia gemetar. Aku segera memeluknya sambil tersenyum geli.
Badan besar, tapi takut badut.... ih malu-maluin!!
Katanya pemberani ??

Tuesday, May 30, 2006

Bionicle Mania

Iqbal kenal Bionicle, sejak 2002-kelas 2 SD.
Mainan robot rakitan keluaran Lego ini memang sangat bagus.Merangsang creativity dan imajinasi, sayangnya lumayan mahal :)

Generasi awal adalah serie The Six Toa Hero yang menyelamatkan Matanui Island dari serangan robot Makuta. Mereka bernama Anuo,Pohatu, Tahu, Pohaka, Lewa, dan Gali. Iqbal mengkoleksi dengan lengkap.

Tahun kedua muncul –Serie Toa Nuva, dengan concept 3 robot bisa dirakit jadi 1 robot raksasa. Iqbal mengkoleksi beberapa . Well, Iqbal sih nggak pernah bosan, cuman ayah dan bunda merasa sudah too much. Lagipula Iqbal nggak penah bisa care dengan pernik-pernik Bioniclenya. Seringkali banyak kepingan yang hilang. Sayang banget!

“Iqbal , ayo buruan !!” seruku.
Saat itu Iqbal sedang berhenti depan window display di Toys City Pondok Indah Mall. Mengamati display Bionicle serie terbaru yang sedang di launch-of course- dengan harga yang terus melambung.
“Bentar Bun, Iqbal cuman liat. Nggak minta beliin deh, janji!! Liat doang,kok”
Hatiku tersentuh, iba dan bersyukur. Iqbal memang bukan anak yang demanding.

Makanya sebagai oleh-oleh dari Singapore kemaren ayah belikan Iqbal 1 robot Bionicle dari serie terbaru. Mata robotnya bisa menyala lho. Coba liat gambarnya. Keren kan ??

Sunday, May 28, 2006

Adik Muka Topi

Aim dan Iqbal foto bareng. Abang Iqbal iseng mendorong topi yang dipakai adik Aim. Klik !! jadilah gambar seperti ini. Mereka terbahak !! sejak saat itu Aim punya nama baru “ Adik muka Topi”
Kalo lagi rukun, memang ada-ada saja becandaan mereka.

Pesantren Kilat- Sebuah Pelajaran

Sudah lama aku mendengar tentang pesantren kilat di sekolah Iqbal.
Kegiatan yang rutin dilakukan menjelang ramadhan dan wajib diikuti oleh murid kelas 5.
“ Iqbal nggak mau ikut Bun” rajuknya, saat dia duduk di awal kelas 5
“ kenapa ?” tanyaku heran
“katanya tempatnya angker, trus makannya nggak enak, tempat tidurnya keras, nggak pake AC” banyak lagi yang dikeluhkan
Kutatap pangeranku yang ganteng itu lekat-lekat. Borju banget sih ?!Sekali-kalilah hidup prihatin…
“kelas 5 wajib Bang!" kataku tegas
“kata siapa ?” dia berusaha menawar.
“Kata Pak Guru ! “ tandasku
Iqbal terdiam.
Aku mendaftarkan Iqbal. Walau dalam hati kecilku aku ragu.
Bisakah dia hidup mandiri dalam empat hari?

Hari H Tiba. Tempat parkir sekolah penuh sesak kayak pasar malam. Macet Total. Jam dua tepat rombongan mulai bergerak. Bis yang dinaiki Iqbal lewat. Dia terlihat cemas untuk berpisah. Aku berusaha tegar.
“Bunda tengok nanti minggu ya ?” seruku sambil melambai.

Jumat & sabtu itu rasanya begitu panjang. Apakah dia baik-baik saja ? sangupkah dia bangun subuh ? gosok gigi tanpa perlu disuruh ? mengurus bajunya ? mengikat tali sepatu ? bagaimana kalo dia demam ? sakit perut ? terkilir ? digigit ular ? Aku benar-benar senewen!

Sampai tiba hari Minggu. Pagi sekali Ayah, Bunda dan Aim berangkat ke Megamendung. Membawa susu ultra dan snack kesukaan abang. Tiba di lokasi mereka sedang sarapan.
Walau terlihat kucel, Iqbal baik-baik saja. “ Gimana, Bang ? betah ?”
Iqbal menggeleng. Sedikit cemberut. “ capek !! bangun pagi banget , belajar ngaji terus, tiap dua kamar pak gurunya satu”
Hah!! Dia mewarisi sikapku. Selalu punya alasan untuk complain.
“kamu butuh apa ?” tanya ku berusaha menghibur
“Sandal putus, baju muslim habis, kemaren Iqbal jatuh, jadi kotor semua”
Aku mencatat baik-baik
“Udah ya Bun…kunci kamar minta aja sama pak guru…”serunya sambil berlari menjauh.
Aku menggelengkan kepala. Aku begitu kangen. Ternyata dia cuek aja.

Seperti yang kuduga kamar anak2 itu begitu semrawut. Baju kotor, kaos kaki dan sepatu basah, semua tumpang tindih dengan ransel dan bungkusan snack. Amit-amit baunya!!
Selagi aku melipat baju keempat anak dan beres-beres kamar , Ayah dan Aim memilih pergi naik kuda dekat lokasi pesantren.

Setelah itu kami turun ke bogor. membeli baju muslim dan sandal yang diminta Iqbal.

Saat kami kembali ke megamendung mereka sedang makan siang. Parkir penuh. Hari makin siang. Sudah semakin banyak orang tua yang menengok. Ternyata bukan cuma aku yang cemas. Hampir semua orang tua berpikir sama.

Iqbal cuma sebentar menenemui kami untuk mengambil perlengkapannya
Aku memeluk dan menciumnya.
Iqbal kelihatan risih. Dia malu. Sudah besar kok masih dipeluk cium?
Dia segera berlalu untuk bergabung bersama teman-temannya .
Aku tertegun. Aku masih ingin ngobrol banyak
Aku kangen. Kenapa dia tidak ?

Saat pulang, sepanjang jalan Tol aku terdiam.
Ayah mengoda “kecewa ya ? jauh-jauh datang anaknya cuek aja ?”
“paling nggak kita tau dia baik-baik saja…” kataku sambil mengingat kamar yang berantakan, sandal putus, kehabisan baju bersih!! Duh apa jadinya kalo kami tadi tidak menengok ?

“Dia sudah besar Bun. Nggak perlu kuatirlah. Biarlah dia belajar mandiri” kata ayah sambil terus menyetir.

Aku masih termenung. Dia belum lagi genap sebelas tahun..
Pesantren kilat ini barulah awal. Masih akan banyak kesempatan yang lain, dan aku harus belajar mempercayakan dia pergi. Demi membangun kemandirian dan menumbuhkan percaya dirinya bahwa dia mampu.

Begitulah proses kehidupan berjalan. Aku dan Iqbal sama-sama belajar.

Saturday, May 27, 2006

Great Combination


Bersama sepupu
yang sipit dan putih-Anak Ummi
yang belo dan sawo matang - Anak Bunda
yang belo dan putih - Anak Papi
what a GREAT combination!!

Thursday, May 25, 2006

Time is Running




















The clock is ticking,
Time is running,
The kids getting bigger,
And I am getting older :-)
Hopefully…wiser, too

All About Iqbal

Cute, Little Toddler

Talkative, Charming Kid

Smart, Generous Boy

That’s All About Iqbal

All About Aim

Sweet, Lovely Baby

Chubby, Healthy Toddler

Fun, Fearless, and Friendly Kid

That’s All About Aim

do u love me?


Aku ingat. Aku pernah bertanya pada Iqbal yang cerewet.
kala itu dia berumur 5 tahun. Lagi lucu-lucunya ngomong.
“Kenapa sih Iqbal sayang bunda ?”
“ Karena Bunda sayang Iqbal “ jawabnya cepat. Kupeluk dia penuh haru. Hebat !! Kecil-kecil dia sudah mengenal konsep sayang. Tiba-tiba dia balik bertanya Lugu “Tapi Bun,….. sayang itu apa sih ?” Aku tertawa melihat kepolosan yang terpancar dari bola matanya.

Itu dulu. Sekarang Berbeda. Jika aku memarahi Iqbal karena dia malas belajar, lupa bikin Pe-eR. Main melulu tanpa kenal istirahat, berantem sama Aim, dan sebagainya …Aku selalu mengakhiri omelanku dengan pertanyaan “ Sebenarnya Iqbal sayang nggak sih sama Bunda?”
Awalnya Iqbal hanya menjawab pendek “Ya”
Dan segera berlalu.

Tapi akhir-akhir ini dia lebih sering hanya memberikan jawaban tak acuh “ Hm..”
Kemudian berlalu masuk kamarnya.

Lama-lama aku jadi jengkel!
“Hm gimana ? Bunda tanya baek-baek ? kok cuman dapat Hm…? Apa maksudnya ? Bunda nggak ngerti ah! sayang nggak ?!" tanyaku sedikit memaksa.
Iqbal jadi tertular jengkel. Dia menjawab dengan sengit
“habis Bunda aneh banget deh !! udah bertahun-tahun pertanyaannya itu mulu. Bosen tau !! Bunda kan udah tau jawabnya. Kenapa nanya mulu sih ??”

Ups. Aku tertegun. Well, sepertinya aku berlebihan. Setelah semua omelan ku yang panjang lebar dan mungkin menyakitkan. Sebetulnya Aku ingin sekedar memastikan bahwa Iqbal tetap menyayangiku, seperti halnya aku akan tetap menyayanginya.

Kupeluk dia. Terselip rasa bersalah.
“So Iqbal, do you love me ?” bisikku, hanya dalam hati.

Epilog

Aim berbeda
Setiap kutanya “ Aim sayang bunda nggak ?”
Dia menjawab dengan mimiknya yang lucu “Enggak dong!!” .
Aku pura-pura sedih. “Ya udah…berarti nggak ke citos atau pondok indah mall lagi sama bunda ya ?”Aku mengodanya.
Aim segera memelukku “ huuuu….sayang deh….tapi kapan ke pondok indah mall nya ??" tanyanya lugu.
“Dasar cowok bensin!” kataku sambil menciumi pipinya yang tembem.
Dia berteriak kegelian. Kami pun tergelak bersama.

Anak Bawang












Aim bongsor. Dia kelihatan lebih tua dari umurnya yang baru lima tahun. No wonder dia berusaha gabung dengan teman-teman abangnya. Abang main bola, main monopoli, main catur, ngerakit robot, ngegame di computer, dia selalu berusaha ikut.

Temen-teman abang jadi il-fil. Annoying banget deh Aim, dia belum ngerti main catur, monopoli, apalagi ngerakit robot tapi selalu maksa ikut main. Abang juga jadi gerah. Suatu hari mereka ingin pindah main playstation di rumah Said. Mereka sepakat pergi diam-diam. Aim berusaha mengejar, tapi abang dan teman-temannya sudah lari ke blok belakang, hilang dari pandangan.

Aim menangis keras di depan rumah “Abang jahat !! Aim ditinggal !!” serunya marah. Bunda memeluk Aim yang terus terisak “ hu…hu….Bunda, Abang jahat ....Aim ditinggal”

Aduh, kasihan banget anak bawang ini.

Bunda mengambil kunci mobil. “Citos ? pondok Indah Mall ?” tawarku
Aim menyambut gembira. Dia segera ganti baju.
Sebelum Karimun kami keluar komplek, kami melihat Abang and the gang di teras rumah Said
Iqbal melambai “ Bunda mau kemana ?”
“Timezone-citos” kataku pendek
Aim meledek abangnya "sukurin nggak diajak, wek !!”
Iqbal keliatan kecewa.

Malamnya Aku ngobrol heart to heart sama Iqbal. Kalo dia nggak pengin ditinggal ke citos sama Aim dan Bunda, dia nggak boleh memperlakukan Aim semena-mena kayak tadi siang. Walau Aim cengeng, usil dan masih kecil, Abang harus bantu Bunda menjaganya. Aim satu-satunya adik Iqbal. Kalian harus saling menyayangi. Terimalah Aim jadi anak bawang diantara teman-teman Iqbal.

Iqbal keliatan cuek ajah!! Dia tidak banyak berkomentar.

Well, Mudah-mudahan dia mengerti maksudku.

Wednesday, May 24, 2006

Kelas Unggulan

Tahun ajaran Baru. Kelas Baru.
Seperti biasa Iqbal ke sekolah diantar Ayah. Cuma di drop.
Hari itu rasanya biasa saja. Seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sampai dengan malamnya Iqbal bilang “ Abang sekarang di 5C, Bun. kelas unggulan.”
Wow ! Suatu kejutan!!

Keesok paginya aku insist untuk mengantar Iqbal.
Setelah Iqbal turun di gerbang, kuparkir mobil.
Aku mengintip isi kelas unggulan itu. 5C yang istimewa, karena hanya anak-anak yang dikelas 4nya rank 1-5 yang bisa masuk kesana. Dari 5 kelas pararel @ 5 anak, total 25 anak dengan perbandingan cowo cewe yang berimbang.

Bunda bangga sekaligus cemas. Banyak wajah yang cukup bunda kenal, teman-teman Iqbal dikelas 1,2,3,4 yang pernah juara, hampir semua berkumpul disitu! Atmosphere kompetisi terasa begitu kuat.

Aku telp seorang kenalan lama
“apa kabar ? anak kita sekelas lagi nih”
Rosi tertawa “kelas unggulan ? Gue udah tau sejak kemarin. Waktu ngantar Indira….Project baru dari sekolah.. Bikin stress nih kayaknya”

Saat pembagian raport bayangan yang pertama kami ngobrol dikelas dengan wali kelas 5C.
Pak guru hanya tertawa ringan menangapi concern kami. “keliatannya justru ibu-ibu yang stress nih anaknya masuk kelas unggulan. Anaknya malah biasa saja”
Kami tertawa bersama.

Anehnya seorang Ibu diantara kami, bertanya bingung
“emang ini kelas unggulan ? sejak kapan?”
Banyak tatap sinis untuknya.
Tapi aku maklum. wanita karir yang sukses tidak akan cukup punya waktu buat anak-anaknya. Time Quality and not quantity sebatas slogan. Bukan hal yang mudah diterapkan.

Punya anak yang masuk kelas unggulan seperti kami, adalah suatu hal yang harus disyukuri dengan bijaksana.

Kami sanggat bangga padamu, Nak !

Tuesday, May 23, 2006

Ayah&Bunda, Aim's version


Ayah dan Bunda versinya Aim....duh? Cakep betul ?? Hebat deh Aim !!

Monday, May 22, 2006

Jago Matematika

“Piala apa nih Bang ?’ tanyaku sambil melihat piala baru dirumah. Saat itu Aku baru saja pulang dari kantor .Ini adalah Piala ketiga milik Iqbal.
"Cerdas cermat matematika “ sahutnya acuh.
“Kapan lombanya?”
“kemaren”
“Bagus juga”kataku enteng sambil berlalu ke kamar.
Kunjungan retail seharian tadi benar-benar membuatku capek!

Beberapa minggu berlalu. Aku duduk dikantin sekolah Iqbal. Barusan bayar SPP. Aku akan beranjak ke kantor saat seorang Ibu menyapa
“Mama Iqbal ? “ tanyanya
Aku mengangguk “Bunda Iqbal” Kataku tersenyum.mengoreksi.
“Ah ya….Iqbal itu hebat ya, Mbak”
Aku bengong. Ibu ini ngomong tentang apa sih ?
“Maksudnya ?” tanyaku kikuk
“Mbak nggak tau ?” Dia terlihat heran.
Aku mengeleng . Terselip rasa bersalah.

Ibu tadi lalu bercerita. Beberapa Minggu lalu pak guru kelas 6A marah. Beliau menulis soal di papan tulis. Sudah lima-enam anak dipanggil kedepan dan tidak satupun yang bisa mengerjakan. Pak guru jengkel, sebab mereka sedang mereview pelajaran kelas IV. Mengapa sudah kelas VI tapi tidak bisa mengerjakannya ?
Pak guru tersebut lalu menyuruh sang ketua kelas dengan perintah specific : pergi ke kelas IVD. Jemput seorang anak yang kemarin juara lomba cerdas cermat matematika. Namanya : IQBAL.

Aku menatap tak percaya. Ibu tersebut melanjutkan.
Iqbal mengerjakan soal di papan tulis dengan benar.
Didepan murid-murid kelas VI.. Pak guru kelas VI memujinya. kejadian ini dibicarakan dari mulut ke mulut.
Sejak itu. Dia jadi popular.
Aku tertegun! Kuucapkan terimakasih.
Ibu itu membalas dengan senyum tulus.


Malam harinya kuklarifikasi cerita itu
Iqbal cuman mengangguk acuh
"Kok Iqbal bisa?"
"Itu kan emang pelajaran kelas IV, Bun"
"Lha emang Iqbal nggak grogi ? didepan anak kelas VI gitu ? "
"Ya grogi sih. Tapi untung bener ya Bun"
Kupeluk Iqbal. Maafkan Bunda Nak.
Kalo saja aku punya banyak waktu,
Tentu Bunda tau lebih awal tentang kejadian istimewa ini.

Bunda benar-benar bangga pada Iqbal.


Epilog

Iqbal memang jago matematika. Tapi dia kartu mati di bahasa Indonesia. Seringkali dia mengeluh jika ada tugas meringkas cerita. Apalagi jika tugas mengarang bebas. Dia benar-benar mati angin.
Tidak pernah ada ide untuk mulai menulis sesuatu.

Sampai suatu saat bunda membelikannya diary,
"Buat apa ?" Tanya Iqbal
"Ya buat nulis"
"Nulis apa ?" tanyanya lagi
"Nulis apa aja. Misalnya hal-hal Yang lucu dan berkesan disekolah. Gampang kan ?" Kataku memotivasi.

Sejauh ini hanya satu moment yang ditulis, Cuma beberapa baris. bunyinya
Ada kejadian lucu di sekolah,
Si Rifkia pergi ke WC, dari WC resletingnya lupa ditutup.
Si Andri ngasih tau. sekelas ketawa semua.
Aku tersenyum membacanya.

Tak ada lagi cerita berikutnya
Saat kutanya "kenapa ?”
Dia hanya menjawab “ Malas !! kayak cewe aja nulis diary"
Dasar anak-anak!!

Sunday, May 21, 2006

Berantemnya Dua Jagoan


A. Mata Aim Merah

Aim menangis keras. Meraung-raung. Segera kutinggalkan tugas essay ku yang belum kelar. Menghambur ke kamar anak-anak
“Kenapa ?” seruku tak sabar
"Abang Nakal. Nakal Bun…Aim dilempar penghapus" teriak Aim sambil memegangi mata kirinya.” Mata Aim Sakit Bun” Protesnya lagi.
Aku segera mengecek. Mata Aim merah. Duh, bahaya betul!!
Aku melihat penghapus white board dilantai. Pasti itu penyebabnya. Keterlaluan!!

Segera kupukul pantat Iqbal dengan tanganku. Sekeras mungkin. Dua kali.
“Matikan teve. Beresin buku-buku ini. Tidur !! teriak ku pada Iqbal sebelum mengendong Aim ke kamar utama. Leha segera mbantuin Iqbal membereskan buku dan mainannya.

Aku terhuyung menahan berat badan Aim yang gendut. Kubaringkan dia di tempat tidur.Aim masih saja terisak dan mengaduh. Aku cemas soal matanya. Parahkah ? Aku berusaha menghibur dan menidurkannya.

Pintu diketuk. Mbak Isti masuk "Bunda, Biar saya aja yg tunguin Aim sampai Ayah pulang ..hm,Itu Iqbal nangis. Saya bingung” Tentu saja. Isti adalah baby sitter Aim. Aku lah “babysitter” Iqbal.

Bunda pindah ke kamar anak-anak menemui Iqbal. Dia masih saja terisak di keremangan kamar.
Kutanya “kenapa Nangis?”
“Kok Abang yang dipukul? Orang Aim yang nakal. Mainan Iqbal digangguin” dia mengadu.
Aku menyesal telah memukulnya. Kupeluk dia
“Kamu seharusnya hati-hati. Mata itu penting. Kalo adik Aim Buta. Bagaimana ?"
“Ngak sengaja Bun” isaknya lagi
“Ya udah!! jangan lagi deh. Kalo Aim nakal. Cepat panggil Mbak Isti supaya Aim dijauhin dari Abang, oke ?”
Iqbal masih saja terisak sampai tertidur.
Hah !! Ternyata sulit berlaku adil.

B. Hidung Abang berdarah

Beberapa hari berlalu. Tiba-tiba Kudengar Iqbal memekik “ Bunda !! Abang mimisan”
Kulempar Koran yang sedang kubaca.
Seingatku, hanya Aim yang sering mimisan. Iqbal tidak pernah.
“Kok Bisa ?” buruku berlari kekamar anak-anak
“Hidung Abang ditendang Aim.” Katanya pendek.
Aku terbelalak. Itu bukan mimisan. Segera kusuruh Leha mengambil es untuk kompres.
“Aim !! apa-apan sih ini ?!" bentakku keras
Aim mengkeret takut. Berlindung dibelakang Isti “ habis… Abang nakal”
Kata Aim membeladiri
Aku dan Leha berusaha menghentikan pendarahan di hidung Iqbal. Aku benar-benar cemas. Apakah ada tulang yang patah ? untung darah yang keluar dapat berhenti tanpa perlu ke rumah sakit.
Iqbal Nyengir menahan sakit. Kubaringkan dia
Aku benar-benar jengkel.
“Aim !! Nggak boleh tendang tendang Abang ! “
“Biarin ! habis abang nakal!” Dia membantah
“Eh, awas ya. kalo Aim nggak nurut nanti Bunda bilang Ayah.
Supaya Aim dikurung di kamar mandi” aku mengancam.
“Habis abang nakal…..abang nakal, bun.” rengek Aim mulai menangis.
Isti segera mengendongnya keluar kamar.

Duh! Kapan sih dua jagoan ini berhenti berantem ?
Kadang aku frustasi karena mereka terus berantem, tapi aku jadi ingat kisah berikut

C. Hari baru untuk Besyukur.

Sudah jam sebelas malam, tapi aku masih menelphon dari balik selimut
"Ayah, aku minta pindah VIP”bisikku
“Kenapa ?“tanya suamiku terdengar mengantuk. Dia dirumah. Aku di Rumah Sakit Pondok Indah. Dua hari yang lalu aku melahirkan Adik Iqbal
“ sebel !! Pasien sebelah ini ngobrol terus sama tamunya. Aku nggak bisa tidur. Berisik banget.”. Aku meringis menahan sakit pasca operasi Caesar.
Pengin istirahat. Tapi kok sebelah heboh banget ngobrolnya!!
“Well,. Kalo Bunda Mau pindah VIP. Kita harus bayar kelebihannya. Kantor hanya cover bunda di kelas I.
Aku nggak perduli soal uang “ oke aja. nggak masalah kan ?”
” of course!!. Besok Ayah carikan kamar VIP. Sekarang sabar dulu. Baca –baca doa deh. Nanti juga ngantuk” hiburnya.

Aku berusaha memejamkan mata. Pasien tetanggaku ini keterlaluan sekali sih.
Dari obrolan kita sebelumnya aku tau dia Single. Perawan Tua tepatnya.
Wanita karir sukses berusia40 tahunan.

sehari sebelum aku, dia menjalani operasi pengangkatan kandungan, Dokter bilang ada kangker dirahimnya. Aku tidak tau apa persisnya. Tapi yang aku tahu ,sejak kita sekamar banyak sekali teman2nya datang. Silih berganti. Tidak perduli diluar jam berkunjung yang ditetapkan rumah sakit. Ngobrol ngalor ngidul. Cekikian. Benar-benar menganggu. Aku terus mengomel dalam hati sampai akhirnya tertidur.

Menjelang subuh aku terbangun. AKu mendengar suara aneh. Kutajamkan telingga. ups !! ternyata pasien disebelahku menangis. Aku merinding. Wanita karir yang tegar disebelah ranjangku itu terisak-isak. Aku tertegun. Ya Allah. Ampuni Aku!!

Aku jadi mengerti kenapa banyak temannya yang datang seilih berganti. Dia butuh dihibur. Dia butuh ditemani. Saat ini dia sendiri. pasti dia baru merasakan kesedihannya yang mendalam. Kehilangan rahim adalah hal yang berat buat perempuan. Apalagi untuk seorang gadis seperti dirinya. Hilang sudah harapan untuk hamil dan punya anak. Selama-lamanya !!
Aku berusaha membayangkan jika aku dalam posisinya. Betapa hancur hatiku!!

Air mataku bergulir. Teringat Iqbal dan adiknya. Bisa Hamil dan Punya Anak adalah kebahagian terbesar dalam hidupku. Allah begitu murah hati memberiku 2 anak yang lucu dan sehat. Jadi ? kenapa aku masih saja mengeluh soal berisik ? susah tidur ? aku jauh lebih beruntung dibanding pasien disebelah tirai. Aku menyesal. Aku benar-benar kurang bersyukur. Menjelang pagi aku kembali terlelap.

Matahari sudah tinggi. Kecupan Ayah membuatku terbangun.
“ Bener-bener susah tidur ya ? siang amat bangunnya ?” bisiknya.
Seperti biasa, setiap pagi, Ayah hanya mampir sebentar.
Aku meringis menahan sakit.
“ Ada pasien VIP keluar siang ini. Habis makan siang Bunda bisa pindah. Ayah sudah booking sama suster jaga pagi ini”
Aku mengeleng.
“Kenapa ?” ayah heran
“Aku hanya kurang bersyukur.” bisikku
Ayah menatapku tak mengerti. Apakah bunda masih menginggau?
“lha trus gimana soal kamar VIP itu ? susah dapatnya lho. Disini VIP selalu penuh” desaknya
“cancel aja” kataku pendek
"ya sudah kalo itu yang bunda mau.... Aku buru-buru nih, ada meeting pagi ….”
Ayah menciumku sekali lagi sebelum bergegas kekantor.

Pagi itu, aku memulai hari baruku dengan lebih banyak bersyukur.