Saturday, September 13, 2008

Berbagi tulisan, berbagi Aspire One


Alhamdulillah, akhirnya Bunda punya laptop baru yang bukan property kantor, seperti laptop Bunda sebelumnya. Judulnya Acer Aspire One, laptop 8,9 inch yang imut, kecil mungil dan pas banget di tas Guy Laroche favorite Bunda. Siapa yang ikut jatuh cinta sama laptop cute ini? Aim for sure. Dia merayu “Bun yang ini buat Aim ajah, nanti Bunda beli lagi …yang Aspire two.” Aiiiih..Aim bisa ajah deeh..

Supaya Aim nggak jealeous, selagi Bunda membackup dan mengambil data dari desktop dimeja kerja, Aim boleh pake laptop Bunda..and you know what? Dia menulis!!

Kalo Abang selalu mati.angin.dot.com kalo dapat tugas mengarang cerita dipelajaran bahasa Indonesia, surprisingly Aim menulis di laptop Bunda pengalamanya pergi ke taman mini berapa waktu silam. Kaya apa sih? Yuk kita baca bareng, ini Bunda copy paste apa adanya lho, berserta segala kesalahan tulis dan pilihan bahasa kanak kanaknya. Tanpa direvisi. Tanpa dikoreksi.



Pergi ke tmii


Hari sabtu aim iqbal ayah bunda pergi sarapan berencana pergi ke tmii
Dan kemudian kita ke musium listerik dan iptex dan keong emas
Didalam musium iptek ada sepeda berjalan di kabel. Adakotpi pesawat asli sebagiandi potong.
Didepan musium iptex ada roda pesawat garuda indonesia air.rem dan rodanya rem besi tingi roda sampai 1 meter .satu batang ada 4 roda.di dalam musium lilisterik ada sepeda listerik.
Rumah bertenaga nuklir.pembangkit listerik dan lain-lainnya di keong emas menonton tentang ikan sarden .layar sangat lebar .gambar sangat bagus.suara sangat bagus…..






Terselip bangga dihati, Aim berminat untuk berlatih menulis, sebab mostly anak laki laki tidak berminat untuk itu. Bunda sendiri menulis sejak kecil, dan cerpen pertama Bunda yang berjudul “Rahasia sebuah persahabatan” dimuat dimajalah Kawanku saat bunda masih kelas lima SD! Aih, senangnya saat mengingat betapa bangga orangtua Bunda ketika itu.

“Jadi ? cita cita Aim apa? Jadi penulis? Kayak Andrea Hirata yang nulis Laskar Pelangi?” tanya Bunda.”Ngga kok..Aim pengin jadi walikota..” kata Aim lempeng seperti yang pernah dibilang ke Ayah sebelumnya.

Bunda tersenyum “ok, kalo gitu diterusin nulis pidatonya ya pak walikota “ canda Bunda “Eh? Bun..bukannya yang nulis Laskar Pelangi itu Giring ?” tanya Aim sok serius. You know Giring adalah vokalis band Nidji yang berambut ikal keriting..

Bunda tertegun “Kata siapa?” salah atuh..Heran euy? Dari mana informasi seperti itu? “iya!! soalnya sama sama keriting” kata Aim dengan tampang menggoda Bunda, supaya ketawa.

hi..hi..Aim..itu mah cumi !!…Cuma mirip!!

Coba liat, mentang2 Aim yang pake..wallpapernya pun diganti dengan hasil gambar Aim yang dibikin di notebook Bunda..waduh? ini pemaksaan Identitas yeuuhh..

well, Bunda bangga pada Aim, smoga Aim bisa menemukan bakat dan talenta dalam diri Aim.. kemudian berkesempatan mengasahnya sejak dini. Untuk itu, dengan senang hati Bunda rela berbagi Aspire-One dengan Aim agar Aim juga bisa berbagi pengalaman melalui tulisan. Asal jangan sampe jatuh kebanting dan belepotan coklat ato ice cream ya sayang…

“A piece of cake” versi Abang

“Bunda, Aim pengin ikut Crayon English club kaya waktu kelas satu kemaren”. Crayon English club adalah eskul hari sabtu di SD Harapan Ibu yang dikelola beberapa mahasiswa sastra Inggris. Bukan kursus bahasa English actually tapi lebih seperti club bermain, dengan pengantar bahasa Inggris. Mereka menggambar, membuat prakarya, menanam bunga, berekreasi bersama sambil bercakap cakap dalam bahasa Inggris. Bagus ajah sih.... Cuman... apa nggak bosen? Apa nggak pengin ikut eskul lain? Masih ada pramuka, karate, berenang, drumband, futsal, science, and many more..

“Aim, kalo emang seneng, kenapa Englishmu nggak pernah bunyi? Why don’t you try talking in English with me? hey Aim? do you understand what I’m talking about ? tanya Bunda serius..

Aim menjawab pendek dan lugu “No”…disambung dengan “tuuuuuh kan bunyi, Bun” katanya dengan tampang jahil...Bunda terbahak..Ah, Aim emang Ayah banged!! pinter ngeles.

Berikutnya Aim minta beliin buku kamus sederhana, dan sesekali Bunda mengobrol dengannya in English. Supaya kupingnya terlatih, dan vocabularynya bertambah. Yang basic-basic ajah sih, soal colour, anggota badan, nama binatang, dan benda benda dikehidupan kami se hari hari. Kalo dia bingung dia buka kamus, ato biar cepet, tanya Abang yang suka mondar mandir kalo kami lagi ngobrol, asyik ya?? berasa punya kamus berjalan...

“Abang, kalo adiknnya ada kata yang ngga tau artinya, dikasih tau ya” pesan Bunda”Buka aja Alfalinknya buat bantu Abang” well, Bunda memang membekali Abang ke sekolah membawa kamus elektronik.

yeah..a piece of cake” kata Abang dengan kalem.
“Apa itu artinya? a piece of cake?” tanya aim bingung.
Dengan nyeleneh Abang menjawab asal” kenyang…” dan kami bertiga terbahak bersama he..he.. dasar Abang gembul!! yang dipikir makanan mulu sih.”Hayo abang, be serious, please..what is that mean? Explain to him” kata Bunda, a little bit curious,eh? Abang tuh ngerti nggak sih idiom begitu?

“Itu maksudnya, gampang …mudah..sepele…dik Aim “ kata Abang gemes.
Alhamdulillah, Bunda senang, Abang mau membantu Aim belajar bahasa English, diluar yang ditentukan oleh kurikulum sekolah. Hari gene..di era globalisasi begini English is a must, bisa menolong memperluas wawasan dan membantu mempelajari ilmu lain dijenjang yang lebih tinggi. Well, mudahan semangat belajar mereka terus terjaga dan semua ilmu yang mereka pelajari bisa bermanfaat kelak dikemudia hari..Amin

Tuesday, September 09, 2008

Cepatlah Besar, Matahariku

Hari itu hari sabtu, ditahun 2001. SD Harapan Ibu –pondok pinang, tempat abang bersekolah dikelas satu masih menjalankan ketentuan masuk sekolah di hari sabtu. Abang yang sehari harinya diantar jemput supir pribadi, sabtu itu dijemput Ayah dan Bunda, yang saat itu masih naik pug hijau 405.

Apadaya lampu merah perapatan pondok pinang-pondok indah-bintaro-ciputat raya mati. Macet total. Antrian pengular panjang. Bunyi klakson memenuhi udara siang di selatan kota Jakarta. Beberapa Ibu mulai turun dari mobil dengan berpayung, menghindari panas terik matahari. Mobil kami masih nyangkut di depan pondok pinang center sekitar 500 meter dari gerbang sekolah. Dengan semangat yang sama seperti Ibu-ibu lain, Bunda turun sambil berpayung. Menyelinap diantara deretan mobil yang mengantri dan dengan peluh yang mengucur deras, tibalah Bunda di halaman depan sekolah Abang.

Satu pemandangan yang membuat Bunda bergegas, Abang menangis. Abang Sulung Bunda yang saat itu berumur 6 tahun memeluk erat tas sekolahnya sambil menangis keras di depan sekolah. Ketakutan, karena sekolah sudah bubar tapi belum juga dijemput-satu hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Duh? Nak..maafkan Bunda dan Ayah sayang..Abang yang kecil mungil memeluk Bunda sambil terus terisak

Itu cerita lama. Abang kini sudah menjelma jadi cowo yang sudah berani pergi sendiri dengan teman temannya “pake mobil bunda aja, minta anter supir” kata Bunda saat Abang telp ke kantor, pamit pergi nonton 21 di cinere mall “Nggak muat ah Bun, Teman Abang banyak, naik angkot aja”

Ya sudah, mereka pergi naik angkot. Pulangnya, karena mengejar magrib udah dirumah, mereka naik taxi dan Iqbal pulang membawa cerita…

“Supir taxi kita tadi kasihan lho Bun, dia belum pulang dua hari soalnya setoranya belum cukup”

“trus? Apalagi katanya” tanya Bunda. Terselip syukur dihati, Abang bisa punya interaksi dengan kehidupan nyata, yang tak selalu indah.

“Dia cerita katanya pernah ikut kontes KDI, tapi gagal soalnya nggak punya uang buat nyuap jurinya. Padahal suaranya bagus, tadi dia nyanyi dangdut buat kita hi..hi... Katanya yang menang KDI harus punya uang buat nyogok jurinya”

“Nah? Betul kan? Pada kenyataannya uang berkuasa” Kata Bunda sinis-seperti biasa.
“ Makanya kamu sekolah yang rajin, supaya nanti bisa cari uang dengan bener”. Uhm, ujungnya pesan sponsor deeh

“Eh? Salah dong Bun!!" tukas Abang cepat. “Bukannya kebenaran yang berkuasa?”

Kata-katanya menghujam tajam. Membuat Ayah otomatis mendelik kepada Bunda. Memarahi Bunda dalam diam, sebelum berucap mendukung. “Abang betul, Kebenaran yang berkuasa” Lalu dengan suara rendah Ayah berbisik pada Bunda, “Jangan pengaruhi Idealisme yang sudah dia punya. Kita harus bersyukur dia mengerti itu diusia muda”. Bunda cuma nyengir.

So? Hari ini Abang Iqbal berumur tigabelastahun. Selamat Ulang Tahun Abang, Smoga Abang kelak berhasil dalam segala cita-cita, dan bisa berpegang teguh pada idealisme yang Abang miliki. Smoga Allah selalu memberikan kesehatan, rahmat dan perlindungan pada Abang kami tercinta. Happy Birthday, Bang..We always love you..always proud of you..

well, Jadi inget sebaris lagu dari Iwan Fals..
cepatlah besar matahariku
tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
doa kami di nadimu

Monday, September 08, 2008

Aim dan Afgan


Dipenghujung Minggu Lalu, kacamata Aim patah gagangnya. Mungkin getas ajah, maklum anak anak, bisa jadi setiap hati dibengkak bengkokin. Untuk mengechek apakah kacamata Aim masih akurat ukuranya, kami pergi ke dokter mata di RSPI.

Saat diperiksa oleh suster test membaca A-B-C dengan alat penentu ukuran kacamata sih dia antusias. ketawa tawa. Tapi begitu ketemu tante dokter mata yang bertugas saat itu, semuanya berubah!! Dokter mata yang masih mudah itu insist untuk melihat ada apa dibalik kelopak mata Aim, tapi Aim menolak keras. Sakit katanya. Dia menangis. Bunda cuma bisa kasihan tapi gimana lagi? Anak anak memang tidak bisa dipaksa.

Akhirnya kami keluar, tanpa diperiksa dengan tuntas. Selagi Bunda membereskan administrasi di ruang tunggu, Aim mengambil lembar evaluasi dokter, dan Bunda cuma nyengir saat Aim memilih “kurang” dan mengabaikan pilihan “baik dan “baik sekali” untuk pertanyaan tentang pelayanan dokter. Form tadi langsung dilipat dan dimasukan ke kotak saran pelayanan yang tersedia.“Duh Aim? Tante dokter tadi bisa ngga naik gaji dong kalo Aim tulis begitu” kata Bunda disambut tawa getir para suter.”Biarin!!” kata Aim ketus. Hih? Rupanya dia jengkel atas pemaksaan tante dokter barusan.

Senin ini, kacamatanya selesai, setelah menjemput Abang, kami meluncur ke Blok M Plaza. Saat memilih kacamata sabtu lalu, Aim ke optik bersama Ayah. Makanya saat diambil, Bunda surprise dengan kacamata baru Aim “ Kok jadi kayak Afgan, Aim?”

Mendengar komentar Bunda itu Aim spontan menyanyi ditempat “ Terimakasih Cinta, untuk segalanya…” duileh? Afgan bangeeed. Bunda bersama tiga petugas optik tertawa akan tingkah Aim. Sedang Abang yang teler kecapekan sekolah sambil berpuasa, cuma nyengir melihat gaya Adiknya yang flamboyant.Hih Aim.. ampun deeeh.