Friday, October 24, 2008

Kebersamaan Dalam Sepotong Kue Gosong

Dirumah ada microwave oven. Sehari hari lebih banyak buat manas manasin doing. Pizza. Donat.Ayam goreng. Kok kayaknya sayang betul? Makanya waktu oven itu masih baru dibeli ayah, Bunda pernah bikin cake coklat. Masya Allah!! Gosong!! Mungkin krn selama ini Bunda terbiasa pake oven listrik jadi rada ndeso waktu pake microwave oven itu

Kejadian itu bikin trauma. Males lah . Toh kami terbiasa beli kue dan cake di holland bakery cirendeu. Namun Setalah dua mingu berkutat didapur sebagai dapmak Mbak pulang kampung, Bunda merasa ada yang kurang ada yang hilang saat Bunda kudu lengser sukarela secara Mbak Mbak asiisten Bunda sudah kembali in charge di dapur sepulang mudik. Apakah itu? Oh? Ya. Kebersamaan memasak dengan Aim.

Makanya Bunda kembali mengajak Aim berbelanja ke Giant-Point square. Kita bikin kue Bolu yuk!! Dan hal ini disambut dengan antusias oleh Aim..Hore!! Secara Bunda belum sembuh juga malas ribet urusan masak. Bunda beli aja tepung kue pondan. Semua yang ada di rak hypermarket. You name it. Rasa pandan. Blackforres dan Tiramisu. Wuih?? Gaya betul ya??

Pertama dibuat rasa pandan. Bunda dan Aim bergotong royong, terbata bata mengikuti instruksi yang ada di belakang dus adonan. Belajar dari pengalaman dulu, yang ini cuma dibakar 15 menit.eh? ternyata udah mateng dan bisa ngembang. Waah senang deh. Cetakannya besar, jadi kuenya banyak betul? Aim sepotong.Bunda sepotong cukup. Langsung neg duluan. Secara rasanya standart banged. Untungnya Abang dan teman temannya yang datang bermain jadi penyelamat. Seloyang segera ludes dibagi. Ah boys, you save my life…

Ngga kapok dengan pondan rasa pandan, next weeknya kita bikin yang rasa blackforest. Bunda terbiasa beli blackforrest yang mahal pisan dan nggak yakin bahwa adonan ini bakal seenak itu, tanpa campur tangan sihir, magic dan dukun…tapi yaaa..lets try…
Saat di pangang sukses mateng. Walau hasil pangangan lapis pertama lebih bantat dari yang kedua. Setelah dihias dengan whipecream, look nice. Sampe Aim bilang “ Bunda kalo bisa bikin kue gini, mending kita buka bisnis kue yuk”


Hah? Bunda ampe tersedak –nyaris pingsan ndengernya. Ini mah masih jauh banget, Aim. Idih?? Aim emang overestimate ma Bunda. Bisa sih bisa mateng, tapi the problem is ..enak ngga? Bunda dan Aim nyengir makan kue itu. Yup-pastinya tida seenak blackforrest yang biasa kita beli. Ngga berasa mak Nyuss gitu lho. Pada akhirnya, lagi lagi teman teman abang jadi penyelamat. Mereka sih nggak mikir mak Nyuss ato nggak. Yang penting ini makanan, sikat Bleh!!

Berhubung udah terlanjur dibeli. Kotak terakhir yang rasa tiramisu dibuat weekend kemaren. Karena merasa kebanyakan pake cetakan besar, kali ini bunda pake cetakan kecil. Tanpa perhitungan timing oven yang tepat, jadinya panggang pertama gosong deh, untung pangangan kedua bisa selamet walau adonan sempet luber mengotori oven secara cetakannya lebih kecil.
Aim antusias banget saat menghias.




Uhm, look Beautifully Yummy. Tapi begitu kue itu potong dan dibagi, Hiiih..rasanya ajaib betul?!! kebanyakan ngasih kopinya kali ya? Bunda yang nggak biasa ngopi, ampe pusing habis makannya.

What is Moral of ste story? Kalo Bunda bikin kue, jangan percaya dari penampakannya. Cobain deh, dijamin surprise bahwa rasanya tak secantik penampilannya. Weeeiks, tapi itu nggak penting kale, yang penting Bunda sama Aim bisa having fun, bikin kue bareng.

Kebersamaan menyenangkan yang harus dibayar dengan kejadian kue gosong, bantat dan nggak enak!! Namun Bunda ngga menyesal dengan semua kehebohan itu, sebab kebersamaan ini langka dan nggak akan lama. Coba aja liat nanti kalo Aim sudah remaja ABG, pasti dia prefer menikamti Blackforrest dan Tiramisu sambil hangout sama temen temennya di citos. Secara Aim anak gaul, ganteng dan seneng tebar pesona gitu lho.

Bunda cuma berusaha mensukuri kebersamaan yang ada, selagi masih bisa. Yang berwujud seloyang blackforrest bantat. dan sepotongg tiramisu gosong...

Saat Bunda Memasak..

Sungguh Mati. Tidak pernah terbayangkan Bunda akan posting foto masakan di blog bunda ini. Seindonesia raya tau. Bunda is a terrible cooker. Dari pada meracuni keluarga dengan makanan gosong dan merusak pertemanan dengan menyuguhkan makanan ngga enak. Lebih aman untuk menyerahkan urusan masak memasak pada simbak yang memang capable, atau makan diluar rumah.

Hal itu memungkinkan disaat normal. Namun dalam setahun ada minggu minggu dimana mau tak mau suka tak suka, kewajiban menyeret bunda ke dapur untuk memasak. Minggu –minggu itu adalah pre dan pasaca lebaran, dimana pembantu mudik dan banyak restoran tutup. Fenomena pulang kampong republik kita tercinta.

Soal Bunda yang turun ke dapur untuk memasak, Abang dan Aim berbeda mengapresiasikannya. Abang lebih berminat pada hasil akhir-for sure.
“Abang…sapo tahu yang tadi disini mana?”
“disimpen..”
“heh? Disimpan diaman?”
“dalam perut abang”
Bunda terbahak. Abang gembul emang doyan makan. Apapun disikat. Sedang Aim lebih berminat pada proses masak memasak. Menemani berbelanja di hypermart. Membantu memecah telur. Mondar mandir kulkas dapur untuk mengambilkan ini itu. Walau dia sendiri susah banget makan masakan Bunda dan lebih prefer chicken nugget, pok pok, sosis dan lauk siap saji lainnya
“Aim? Nuggetnya emang enak ?” tanya Bunda curious, kok nggak bosen makan nugget
“Soalnya kalo Bunda yang ngoreng enak siih” katanya separo ngeles, separo nge-gombalin Bunda.
Oh Aim? That’s so sweet. Yaa Gitu deeh, banyak lagi komentar Aim yang manis dan lucu, menghapus rasa bĂȘte Bunda karena harus berkutat di dapur. I don’t enjoy cooking actually, but there is so much fun with him..beside me…


Selama dua minggu tanpa mbak, berikut sharing dokumentasi masakan Bunda. Ayam serta tempe goreng dan soup jagung. Bayem-sapo tahu dan empal daging. Yang lain boro boro sempat difoto, keburu habis disikat, sebab kadang masaknya lama, makannya sebentar doang. Foto foto ini juga sebagai bukti supaya Tante Susi di Jambi percaya, bahwa Bunda tidak Cuma sekedar masak ceplok telur he..he..
Sebagai kompensasi Bunda memasak mostly- buat abang. No wonder, sering kali terdengar Bunda berseru kecapekan “Abang, give you hand please..cuci piring!!

Lebaran 2008




NSN-Family Day @dufan






Aim & Ayah Nonton Bareng F1





Saturday, September 13, 2008

Berbagi tulisan, berbagi Aspire One


Alhamdulillah, akhirnya Bunda punya laptop baru yang bukan property kantor, seperti laptop Bunda sebelumnya. Judulnya Acer Aspire One, laptop 8,9 inch yang imut, kecil mungil dan pas banget di tas Guy Laroche favorite Bunda. Siapa yang ikut jatuh cinta sama laptop cute ini? Aim for sure. Dia merayu “Bun yang ini buat Aim ajah, nanti Bunda beli lagi …yang Aspire two.” Aiiiih..Aim bisa ajah deeh..

Supaya Aim nggak jealeous, selagi Bunda membackup dan mengambil data dari desktop dimeja kerja, Aim boleh pake laptop Bunda..and you know what? Dia menulis!!

Kalo Abang selalu mati.angin.dot.com kalo dapat tugas mengarang cerita dipelajaran bahasa Indonesia, surprisingly Aim menulis di laptop Bunda pengalamanya pergi ke taman mini berapa waktu silam. Kaya apa sih? Yuk kita baca bareng, ini Bunda copy paste apa adanya lho, berserta segala kesalahan tulis dan pilihan bahasa kanak kanaknya. Tanpa direvisi. Tanpa dikoreksi.



Pergi ke tmii


Hari sabtu aim iqbal ayah bunda pergi sarapan berencana pergi ke tmii
Dan kemudian kita ke musium listerik dan iptex dan keong emas
Didalam musium iptek ada sepeda berjalan di kabel. Adakotpi pesawat asli sebagiandi potong.
Didepan musium iptex ada roda pesawat garuda indonesia air.rem dan rodanya rem besi tingi roda sampai 1 meter .satu batang ada 4 roda.di dalam musium lilisterik ada sepeda listerik.
Rumah bertenaga nuklir.pembangkit listerik dan lain-lainnya di keong emas menonton tentang ikan sarden .layar sangat lebar .gambar sangat bagus.suara sangat bagus…..






Terselip bangga dihati, Aim berminat untuk berlatih menulis, sebab mostly anak laki laki tidak berminat untuk itu. Bunda sendiri menulis sejak kecil, dan cerpen pertama Bunda yang berjudul “Rahasia sebuah persahabatan” dimuat dimajalah Kawanku saat bunda masih kelas lima SD! Aih, senangnya saat mengingat betapa bangga orangtua Bunda ketika itu.

“Jadi ? cita cita Aim apa? Jadi penulis? Kayak Andrea Hirata yang nulis Laskar Pelangi?” tanya Bunda.”Ngga kok..Aim pengin jadi walikota..” kata Aim lempeng seperti yang pernah dibilang ke Ayah sebelumnya.

Bunda tersenyum “ok, kalo gitu diterusin nulis pidatonya ya pak walikota “ canda Bunda “Eh? Bun..bukannya yang nulis Laskar Pelangi itu Giring ?” tanya Aim sok serius. You know Giring adalah vokalis band Nidji yang berambut ikal keriting..

Bunda tertegun “Kata siapa?” salah atuh..Heran euy? Dari mana informasi seperti itu? “iya!! soalnya sama sama keriting” kata Aim dengan tampang menggoda Bunda, supaya ketawa.

hi..hi..Aim..itu mah cumi !!…Cuma mirip!!

Coba liat, mentang2 Aim yang pake..wallpapernya pun diganti dengan hasil gambar Aim yang dibikin di notebook Bunda..waduh? ini pemaksaan Identitas yeuuhh..

well, Bunda bangga pada Aim, smoga Aim bisa menemukan bakat dan talenta dalam diri Aim.. kemudian berkesempatan mengasahnya sejak dini. Untuk itu, dengan senang hati Bunda rela berbagi Aspire-One dengan Aim agar Aim juga bisa berbagi pengalaman melalui tulisan. Asal jangan sampe jatuh kebanting dan belepotan coklat ato ice cream ya sayang…

“A piece of cake” versi Abang

“Bunda, Aim pengin ikut Crayon English club kaya waktu kelas satu kemaren”. Crayon English club adalah eskul hari sabtu di SD Harapan Ibu yang dikelola beberapa mahasiswa sastra Inggris. Bukan kursus bahasa English actually tapi lebih seperti club bermain, dengan pengantar bahasa Inggris. Mereka menggambar, membuat prakarya, menanam bunga, berekreasi bersama sambil bercakap cakap dalam bahasa Inggris. Bagus ajah sih.... Cuman... apa nggak bosen? Apa nggak pengin ikut eskul lain? Masih ada pramuka, karate, berenang, drumband, futsal, science, and many more..

“Aim, kalo emang seneng, kenapa Englishmu nggak pernah bunyi? Why don’t you try talking in English with me? hey Aim? do you understand what I’m talking about ? tanya Bunda serius..

Aim menjawab pendek dan lugu “No”…disambung dengan “tuuuuuh kan bunyi, Bun” katanya dengan tampang jahil...Bunda terbahak..Ah, Aim emang Ayah banged!! pinter ngeles.

Berikutnya Aim minta beliin buku kamus sederhana, dan sesekali Bunda mengobrol dengannya in English. Supaya kupingnya terlatih, dan vocabularynya bertambah. Yang basic-basic ajah sih, soal colour, anggota badan, nama binatang, dan benda benda dikehidupan kami se hari hari. Kalo dia bingung dia buka kamus, ato biar cepet, tanya Abang yang suka mondar mandir kalo kami lagi ngobrol, asyik ya?? berasa punya kamus berjalan...

“Abang, kalo adiknnya ada kata yang ngga tau artinya, dikasih tau ya” pesan Bunda”Buka aja Alfalinknya buat bantu Abang” well, Bunda memang membekali Abang ke sekolah membawa kamus elektronik.

yeah..a piece of cake” kata Abang dengan kalem.
“Apa itu artinya? a piece of cake?” tanya aim bingung.
Dengan nyeleneh Abang menjawab asal” kenyang…” dan kami bertiga terbahak bersama he..he.. dasar Abang gembul!! yang dipikir makanan mulu sih.”Hayo abang, be serious, please..what is that mean? Explain to him” kata Bunda, a little bit curious,eh? Abang tuh ngerti nggak sih idiom begitu?

“Itu maksudnya, gampang …mudah..sepele…dik Aim “ kata Abang gemes.
Alhamdulillah, Bunda senang, Abang mau membantu Aim belajar bahasa English, diluar yang ditentukan oleh kurikulum sekolah. Hari gene..di era globalisasi begini English is a must, bisa menolong memperluas wawasan dan membantu mempelajari ilmu lain dijenjang yang lebih tinggi. Well, mudahan semangat belajar mereka terus terjaga dan semua ilmu yang mereka pelajari bisa bermanfaat kelak dikemudia hari..Amin

Tuesday, September 09, 2008

Cepatlah Besar, Matahariku

Hari itu hari sabtu, ditahun 2001. SD Harapan Ibu –pondok pinang, tempat abang bersekolah dikelas satu masih menjalankan ketentuan masuk sekolah di hari sabtu. Abang yang sehari harinya diantar jemput supir pribadi, sabtu itu dijemput Ayah dan Bunda, yang saat itu masih naik pug hijau 405.

Apadaya lampu merah perapatan pondok pinang-pondok indah-bintaro-ciputat raya mati. Macet total. Antrian pengular panjang. Bunyi klakson memenuhi udara siang di selatan kota Jakarta. Beberapa Ibu mulai turun dari mobil dengan berpayung, menghindari panas terik matahari. Mobil kami masih nyangkut di depan pondok pinang center sekitar 500 meter dari gerbang sekolah. Dengan semangat yang sama seperti Ibu-ibu lain, Bunda turun sambil berpayung. Menyelinap diantara deretan mobil yang mengantri dan dengan peluh yang mengucur deras, tibalah Bunda di halaman depan sekolah Abang.

Satu pemandangan yang membuat Bunda bergegas, Abang menangis. Abang Sulung Bunda yang saat itu berumur 6 tahun memeluk erat tas sekolahnya sambil menangis keras di depan sekolah. Ketakutan, karena sekolah sudah bubar tapi belum juga dijemput-satu hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Duh? Nak..maafkan Bunda dan Ayah sayang..Abang yang kecil mungil memeluk Bunda sambil terus terisak

Itu cerita lama. Abang kini sudah menjelma jadi cowo yang sudah berani pergi sendiri dengan teman temannya “pake mobil bunda aja, minta anter supir” kata Bunda saat Abang telp ke kantor, pamit pergi nonton 21 di cinere mall “Nggak muat ah Bun, Teman Abang banyak, naik angkot aja”

Ya sudah, mereka pergi naik angkot. Pulangnya, karena mengejar magrib udah dirumah, mereka naik taxi dan Iqbal pulang membawa cerita…

“Supir taxi kita tadi kasihan lho Bun, dia belum pulang dua hari soalnya setoranya belum cukup”

“trus? Apalagi katanya” tanya Bunda. Terselip syukur dihati, Abang bisa punya interaksi dengan kehidupan nyata, yang tak selalu indah.

“Dia cerita katanya pernah ikut kontes KDI, tapi gagal soalnya nggak punya uang buat nyuap jurinya. Padahal suaranya bagus, tadi dia nyanyi dangdut buat kita hi..hi... Katanya yang menang KDI harus punya uang buat nyogok jurinya”

“Nah? Betul kan? Pada kenyataannya uang berkuasa” Kata Bunda sinis-seperti biasa.
“ Makanya kamu sekolah yang rajin, supaya nanti bisa cari uang dengan bener”. Uhm, ujungnya pesan sponsor deeh

“Eh? Salah dong Bun!!" tukas Abang cepat. “Bukannya kebenaran yang berkuasa?”

Kata-katanya menghujam tajam. Membuat Ayah otomatis mendelik kepada Bunda. Memarahi Bunda dalam diam, sebelum berucap mendukung. “Abang betul, Kebenaran yang berkuasa” Lalu dengan suara rendah Ayah berbisik pada Bunda, “Jangan pengaruhi Idealisme yang sudah dia punya. Kita harus bersyukur dia mengerti itu diusia muda”. Bunda cuma nyengir.

So? Hari ini Abang Iqbal berumur tigabelastahun. Selamat Ulang Tahun Abang, Smoga Abang kelak berhasil dalam segala cita-cita, dan bisa berpegang teguh pada idealisme yang Abang miliki. Smoga Allah selalu memberikan kesehatan, rahmat dan perlindungan pada Abang kami tercinta. Happy Birthday, Bang..We always love you..always proud of you..

well, Jadi inget sebaris lagu dari Iwan Fals..
cepatlah besar matahariku
tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
doa kami di nadimu

Monday, September 08, 2008

Aim dan Afgan


Dipenghujung Minggu Lalu, kacamata Aim patah gagangnya. Mungkin getas ajah, maklum anak anak, bisa jadi setiap hati dibengkak bengkokin. Untuk mengechek apakah kacamata Aim masih akurat ukuranya, kami pergi ke dokter mata di RSPI.

Saat diperiksa oleh suster test membaca A-B-C dengan alat penentu ukuran kacamata sih dia antusias. ketawa tawa. Tapi begitu ketemu tante dokter mata yang bertugas saat itu, semuanya berubah!! Dokter mata yang masih mudah itu insist untuk melihat ada apa dibalik kelopak mata Aim, tapi Aim menolak keras. Sakit katanya. Dia menangis. Bunda cuma bisa kasihan tapi gimana lagi? Anak anak memang tidak bisa dipaksa.

Akhirnya kami keluar, tanpa diperiksa dengan tuntas. Selagi Bunda membereskan administrasi di ruang tunggu, Aim mengambil lembar evaluasi dokter, dan Bunda cuma nyengir saat Aim memilih “kurang” dan mengabaikan pilihan “baik dan “baik sekali” untuk pertanyaan tentang pelayanan dokter. Form tadi langsung dilipat dan dimasukan ke kotak saran pelayanan yang tersedia.“Duh Aim? Tante dokter tadi bisa ngga naik gaji dong kalo Aim tulis begitu” kata Bunda disambut tawa getir para suter.”Biarin!!” kata Aim ketus. Hih? Rupanya dia jengkel atas pemaksaan tante dokter barusan.

Senin ini, kacamatanya selesai, setelah menjemput Abang, kami meluncur ke Blok M Plaza. Saat memilih kacamata sabtu lalu, Aim ke optik bersama Ayah. Makanya saat diambil, Bunda surprise dengan kacamata baru Aim “ Kok jadi kayak Afgan, Aim?”

Mendengar komentar Bunda itu Aim spontan menyanyi ditempat “ Terimakasih Cinta, untuk segalanya…” duileh? Afgan bangeeed. Bunda bersama tiga petugas optik tertawa akan tingkah Aim. Sedang Abang yang teler kecapekan sekolah sambil berpuasa, cuma nyengir melihat gaya Adiknya yang flamboyant.Hih Aim.. ampun deeeh.

Monday, August 11, 2008

Aim dan Asma

Anak sakit.Adalah hal yang paling nggak enak. Gelisah susah tidur. Batuk sepanjang malam. Demam. Rewel. Ngga mau makan. Apalagi kalo sampe ada telp dari ayah di RSPI begini "Bun, pagi ini kita dateng udah urutan 18, mo jam berapa masuknya? Bunda aja yang bawa ke dokter ntar sore. Ayah musti buru buru ke kantor"

Terbayang Aim-kecil mungil-kesayangan Ayah. Pucat menunggu antrian dokter. Bunda segera mengiyakan, sambil berpesan, Aim pulang aja dulu, nanti sore jemput Bunda sama sopir, sekalian ke dokter.

Sorenya, Bunda dan Aim ke RSPI, "udah dapat No 18, tapi antrian pagi, apa sekarang musti ngantri lagi? " tanya Bunda sedikit cemas Praktek GP sore di RSPI. panjang juga euy. "Tungu dua pasien lagi, ya Bu. Nanti saya sisipkan." Bunda berbisik " terimakasih" well, mungkin tante suster kasih liat Aim yang udah kecapekan batuk terus.


Sesuai janji Suster, setelah menunggu dua pasien, AIm dipanggil masuk ruang dokter, diiringi tatap heran pasien lain, ih? kayaknya kita duluan deh. Yeaah, sori deh bu. Kita udah antri dari praktek pagi.

Bu dokter memasang stetoskop di dada Aim yang kurus. "Duh Nak, kok paru parunya berisik betul?". Aim didiagnosa Asma. Bukan kejutan. Sejak Bayi memang dokter nya bilang begitu. Masa Bayi Aim banyak dihabiskan diruang Nebulizer, untuk membantu memperlancar pernafasannya. Soal Aim yang Asma bukan kejutan lagi bagi Bunda. Mengingat Bude Ary dan segudang sepupu Bunda dari pihak Bapak mengidap penyakit genetis yang sama ini. Seorang sepupu sampai meninggal, dan banyak juga yang akut -dan bolak balik masuk RS- seperti Bude Ary.

Dokter meresepkan obat semprot dimulut untuk dipakai saat sesak nafas. Bunda cukup familiar, karena Bude Ary juga pemakai setia obat semacam itu, tapi Aim protes "Kok obatnya kayak buat opa opa?"

Bunda tertawa. Ah, Aim...emang asma identik dengan opa opa? Ngga banget lagee..Kakak kandung Bunda dan banyak sepupu kami divonis mengidap asma sejak usia belia, sama seperti Aim kini.

Sabar sayang, ya. Rupanya Aim tidak hanya mewarisi kuping caplang, wajah oval, jari lentik, bibir tipis, mata belo, dan bulu mata panjang Bunda, tapi juga sesuatu yang tak kasat mata, kelainan genetis yang resesif buat Bunda namun muncul buat Aim. Berkebalikan dengan Mbak Ary yang asma akut, namun -alhadulillah-punya empat anak tanpa asma.

Smoga Allah, selalu menjaga kesehatan Aim, dan melindungi Aim agar dapat menikmati hidup penuh syukur, walau mengidap penyakit Asma, seperti yang telah dijalani oleh Bude Ary dan banyak sepupu Bunda yang lain. Amin.

Friday, July 11, 2008

Happy Birthday, Ayah!!

Happy Birthday, Ayah!! cup..cup..muach!!
Aim dan Raihan rebutan cium si Ayah.
Tante Nana dan Oom Hilman plus Sabrina jadi ikut ketawa





the complete team, seru dan ruame...
Bunda dengan dua adik,
Ayah juga dengan dua adik..
Plus Uti dan para keponakan




Abang, Oom Bram wanna be
Udah banyak miripnya.
Tinggal tunggu Abang berjengot. Hiiih..





Duo Orange
Tante Susi dan Oom Khalid, kompak selalu






Mom and Me
Uti dan Bunda
Mamah dan aku
Mirip? alhamdulillah punya Mamah cantik!
dasar Bunda narsis..



Sister with Sister in-law
Temen jalan, shopping,
curhat, ke salon.
Bersama dalam suka dan suka..weiiks!
Ajak ajak doong

Saturday, July 05, 2008

Liburan ke Jambi

Sebelum turun, Aim menyempatkan foto bersama Oom Pilot. Sayang Aim berkacamata, so? ngga papa ngga jadi pilot ya..
Yang penting tetep gaya euy...





Hobby nonton "Airplane Crash Investigation" di teve kabel, bikin Abang agak agak paranoid naik pesawat. Hih, Abang...kan justru jadi punya pengetahuan lebih soal pesawat. No more parno ya




"The Ruswandi" 5 dari 6 cucu laki laki Papah Ruswandi
Hebatnya, 6 cucu laki laki dari 3 anak laki laki
two kids, each!!





Kika-urut kecil
Hariz (Dhani) Ruswandi
Kaka (Herry) Ruswandi
Aim (Eddy) Ruswandi
Aritzi (Herry) Ruswandi
Iqbal (Eddy) Ruswandi



Bergaya di peninggalan bersejarah,
Candi Muaro Jambi







Depan kantor gubernur Jambi
Berfoto bersama relief sejarah propinsi
Sepucuk Jambi, Sembilan Lurah





Sarapan bubur depan alun-alun
enak dan murah!!








Satu nenek, lima cucu
Kewalahan? cung kediro!
Banyak cucung, badan saro
he..he..







The last one..
penyandang dana dan sponsor
acara liburan seru

Wednesday, June 18, 2008

Cium Pipiku, Please

Aim? Kenapa Aim udah lama nggak cium Bunda?”
“ Nggak mauuuu… you know” kata Aim dengan kenes. Bunda terbahak. Mendengar Aim menirukan gaya Bunda ber “ you know”. Pas banget!!

Aih..Aim emang anak Ayah. Untuk memanasi hati Bunda, Aim sengaja overacting dengan mencium pipi Ayah yang sedang makan. Cup. Membuat Bunda cemburu, Sialan!! Ayah dapat cium kok Bunda ngga??

Well, Jadi inget kedekatan Bunda dengan Abang. Dulu kami suka becanda gini.
“Iqbal, cium Bunda dong”
Cup, abang mencium sebelah pipi Bunda
“Iqbal, yang satu juga dong..kalo ngga ntar Bunda jalannya miring…pipi yang satu dah dicium, yang satu belum” kataku becanda sambil menelengkan kepala kesamping.

Abang biasanya lalu memeluk leherku, Mencium pipi Bunda yang satu lagi sambil bertanya dengan manis“ pake cium tikus ngga Bun?”
“Iya dong” kataku tertawa
Yang dimaksud cium tikus adalah cium sampai berbunyi ciup..ciup kayak tikus gitu lho. Hah! Sekarang dia sudah besar, sudah susah kalo diminta dan mau dicium. Malu lagi Bun, Abang kan
sudah besar…apalagi pake cium tikus. Bukan Abang banget deh..

Makanya satu satunya harapan Bunda adalah Aim.
“Cium pipi, Bunda Please..”
“Ogah ..you know…”
Duh Aim?
I love you..you know..

Sunday, June 15, 2008

Abang dan kartu EHB

Bulan Juni begini. Musim EHB anak sekolah. Aim dengan bangga bilang” Aim sudah punya kartu EHB” Sedang Abang menyulut kemarahan Ayah dengan membawa pulang surat pemberitahuan dari sekolah. Menunggak dua bulan.

What?? Dengan emosi ayah membuka computer. Mencari bukti transfer ke rekening sekolah Abang yang rutin di transfer setiap bulan. Ayah orang yang apik dan well organize. Ayah yang memanage cash flow. Mengatur balance sheet, dan semua urusan keuangan dirumah kami. Bunda tau beres. Makanya Ayah marah hebat saat membaca surat tagihan itu.

Untung bukti transfer melalui klick BCA itu belum didelete dan masih terasip dengan rapi di antara beratus file di komputer. No wonderlah- Ayah seorang yang well organize-remember? Segera di print semua bukti transfer itu dan diberikan segepok kepada Abang. “ Bilang sama sekolah ya..Ayah-ku marah !! ini semua dibayar tiap bulan..tanpa pernah terlambat.” Abang tak banyak bicara. Dia cuma mengangguk patuh, sebab kalo Ayah udah marah, ngeri euy…

Malamnya, Ayah kembali check masalah SPP Abang. Sudah beres? Alhamdulillah sudah. Memang pencatatan di tata usaha sekolah Abang aja yang kurang rapi. Begitu masalah SPP beres, Abang juga sudah punya kartu EHB.

“Makanya Bang, kayak bu Guru Aim dong, ngga pernah salah soal SPP” kata Aim meledek Abangnya
“Bukan salah bu Guru Aim atau pak Guru Abang lagi..yang salah tata usahanya” kata Abang membela pak gurunya.

Ayah tak juga habis pikir. Ayah selalu membayar uang sekolah anak anak melalui internet . Kenapa di sekolah Aim bisa smooth sedang di sekolah Abang timbul masalah? Well, ya tidak semua sekolah punya system administrasi yang rapi dan akurat, sebagai orang tua, kita juga harus bantu mengecheknya. Kita? Ayah aja kali..Bunda sih tau beres he..he..

Aim dan politikus

Berbeda dengan Abang yang susah sekali menyebut apa cita-citanya. Aim justru punya banyak cita cita. Hanya saja cita citanya itu berubah terus. Tergantung mood kayaknya, dari mulai anak band, pilot, presenter sampe dokter.

Satu hari, karena mengejar meeting pagi, Ayah mengantar Aim ke sekolah-bersama supir. Dijalan Ayah iseng bertanya ,” Aim kalo udah gede mau jadi apa?”
“Walikota, politikus” kata Aim enteng.
Ayah mengamati serius. Jadi walikota umumnya memang harus berangkat dari politikus. Dari mana Aim tau?” Emang Aim tau politikus?”

“enggak..Aim denger aja..”
Berikutnya Ayah menjelaskan panjang lebar tentang apa itu politikus. Orang orang yang memiliki ambisi tertentu sehingga harus berpolitik ini itu..bla..bla..bla..pokoknya topik yang serius banget deh.Aim cuma menangapi pendek, “ tapi kenapa ada TIKUS-nya?”

Waduh?? Ayah tersadar, dirinya tidak sedang berdiskusi dengan teman temannya dikala hangout.. Aim masih terlalu kecil untuk memahami dengan baik konsep politikus. Sebab ternyata yang dia ingat cuma kata “tikus”-nya.

Ayah cuma bisa nyengir. Ayah sudah susah payah menjelaskan melebihi apa yang Aim mampu cerna, ternyata Aim Cuma pengin tau satu hal sederhana, soal tikus dikata politikus. Ah, Aim..jalan masih panjang buat banyak belajar, sayang…Ayah Bunda dukung kalo Aim mau jadi walikota..politikus, apapun..asal jangan jadi tikus..he..he.

Sunday, June 01, 2008

Aim dan SMS Misterius

Satu jumat sepulang kantor, Aim memeluk Bunda erat erat dengan tampang cemas. Hey? What happened kid? “Bunda, kalo ada sms warna merah, atau telp dari nomer yang warnanya merah, jangan diangkat ya”

“Maksudnya”
Dengan bahasanya yang sederhana, dia mengulang cerita yang didapat dari Mbak Ria dan Leha, para pembantu kami, bahwa ada sms yang bisa mensantet dari jauh. Kalo sms itu dibalas atau telp itu diangkat, orang tersebut bisa mati. Yup, M-A-T-I…MATI

“Hah? Yang bener?” Tanya Bunda takjub sekaligus geli.
“Iya bener!! Di kampung temen Mbak udah ada kejadian gitu” katanya sungguh sungguh. Aku terbahak. Aim masih menatap Bunda dengan tampang serius

“Pokoknya jangan diangkat!! Aim nggak mau Ayah atau bunda mati” serunya nyaris menangis
“Emang kenapa kalo Ayah mati?” godaku
“Hiks..hiks..nanti siapa yang mau mbenerin sepeda Aim?!” katanya sambil mewek.

Bunda memeluk Aim sambil makin terbahak. Duh? Kasihan betul si Ayah, harapan Aim kok cuma sebatas mbenerin sepeda?
“Pokok jangan diangkat!! Nanti Bunda mati juga” Waah, makin emosi dia.
“Emang Aim sayang sama Bunda?” tanyaku penasaran
“Ya iyalaaaaah..masa ya iya dong” jawabnya nyeleneh.
Separo kesal karena Bunda seakan tidak menangapi serius atas concernnya terhadap cerita sms itu. Bunda terus tertawa dan terbahak. Ah Aim, kamu innocent banget!!

Belakangan Bunda mulai menyadari akan apa yang terjadi. Rupanya ada rumors yang ditiupkan untuk sebuah operator seluler GSM yang baru launch. Amazing. Begitu hebatnya World of Mouth tentang issue itu sehingga Koran sekaliber Kompas-pun merasa perlu membahasnya. Ini cuma persaingan bisnis biasa. Metodologi dukun klenik dan santet belumlah canggih dan bisa merambat melalui telp seluler.

“Aim sekarang nggak pernah pake Hp lagi? Tanya Bunda heran
“Aim takut. Aim cuma mau angkat telp dari nomer-nomer yang ada namanya aja” katanya malas.
“Oh? bagus itu. Memang harus begitu sayang…” kataku bersyukur, waaah, Aim emang pinter. Tiba tiba Hp Esia Aim berdering. Empat digit angka yang tak dikenal. Walau Aim menjerit histeris, namun Bunda bergegas mengangkatnya. Penasaran.

Suara perempuan yang telah direkam menyambutku. Mempromosikan fitur dan benefit dari operator GSM yang baru itu..bla..bla..bosen banget. Hah. No wonder semua operator lama irritate denga cara promosi operator baru itu. Susah susah punya pelanggan, operator baru itu tanpa malu tanpa ragu mengapproach mereka directly dengan menelphon nomer-nomer dari operator yang sudah exist. It’s a brilliant idea actually. Tapi kok rasanya nggak etis ya..berasa kayak ngerayu pacar orang…

Beberapa hari kemudian Bunda menyimak talkshow di radio dari operator telp yang baru launch itu. Luar biasa, betapa powerfullnya world of mouth pelanggan sehingga harus di counter dengan talkshow radio yang pastinya menghabiskan budget yang tidak sedikit.

Eh? Back to Aim dan HPnya. Gimana kelanjutannya?
”Kalo Aim nggak mau pake Hp lagi, Bunda pake aja ya…” pintaku. Lumayan kali. Tidak seperti Halo yang selalu setia dipakai Bunda, Esia kan murah meriah.
“Boleh. Aim jual ke Bunda..tujuh juta aja” katanya acuh tak acuh
Bunda kembali tertawa keras. duh Aim?? dengan tujuh juta, bisa dapat 20 handphone kayak punya Aim, dan kita bisa buka toko handphone kali…

Aih Aim, cuma kamu yang mampu bikin Bunda tertawa lepas. Thanks kid, its really help me release the stress..thanks so much.

Tuesday, February 12, 2008

Abang dan Aim Sholat Berjamaah

Sholat berjamaah dengan Ayah sebagai Imam dan Abang yang baca qomat sih biasa. Yang seru adalah kalo Abang jadi Imam dan Aim baca qomat. Hih..lucu banget.

Satu malam menjelang Isya, Ayah berseru pada Abang sebelum pergi ke Masjid ”Bang, ajak Bunda sama Aim sholat!!”. Abang segera wudhu disusul Bunda dan terakhir Aim. Kami langsung membentuk shaf sholat dikamar, Abang depan, Bunda paling belakang dan Aim ditengah.

”Aim, ayo qomat!!” perintah sang Abang.
Ugh!! gayanya itu lho.. otoriter kayak Ayah
”Uhhhmmm...Aim ngga bisa” rengek Aim
Bunda ketawa, memeluk Aim dari belakang. Lalu Bunda bisikan kalimat qomat yang diikuti Aim dengan lantang. Alhamdulillah, urusan Qomat beres. Abang segera bersiap memimpin sholat.

Udah sering Abang jadi Imam buat Bunda. Perasaan mengharu biru yang Bunda alami sudah tak sedalam kali pertama. Kali ini yang menarik justru polah si Aim. Dengan sarung kebesaran dan tingkahnya yang lucu nyeleneh, membuat sholat Bunda jadi susah konsen, susah nahan geli you know..

”Iiiih Aim, kamu kalo sholat sama temen temen disekolah ikutan geng pengacau ya ? sholatnya ngga serius? ” tanya Bunda.

”Aim kan masih kecil, Bun”
Hey? Pinter ngeles dia. Ah, sudahlah. Emang dia masih kecil. Abang mencium tangan Bunda. Aim mencium tangan Bunda, terakhir Aim mencium tangan Abangnya. Bunda amati mereka berdua dengan perasaan bangga. Yeah sudahlah..Aim memang masih kecil.

Aim dan Kidzania

Ada tiga hal yang selalu dan selalu diceritakan Aim tanpa pernah bosan kepada kawan dan teman temannya. Pertama liburan kami ke singapore hampir dua tahun lalu. Kedua acara operet Bobo ”Bobumba” di JHCC musim liburan lalu dan yang ketiga dan terupdate adalah wisatanya ke Kidzania.

Tempat hiburan baru yang terletak di Pasific Place- Senayan punya tagline ” mau jadi apa hari ini?” ini memiliki concept Edutainment dan pertamakali dikembangkan di Mexico. lho maksudnya piye?? Memang ini bukan tempat hiburan biasa tapi replika kota dimana anak anak bisa belajar tentang profesi orang dewasa. Selama dikidzania anak anak itu disapa dengan sebutan ”Bapak dan Ibu”

Disana ada wahana untuk mencoba jadi pilot dengan banyak cockpit yang disponsori AirAsia, Profesi dokter di Rumah sakit yang disponsori ”Pocari Sweat”, pemadam kebakaran, restorant, salon, bank, pabrik biskuit, polisi, dan banyak lagi yang masing masing disponsori oleh product yang terkait. Istilah marketingnya ”nge-branding”, maklum anak anak adalah future customer , right??

Aim pergi dengan rombongan sekolahnya. Berseragam batik dan jeans mereka berangkat naik bis dari sekolah tanpa orangtua, hanya didampingi Bapak dan Ibu guru. Paling lucu nyimak Aim cerita ”Disana bisa bikin SIM lho Bun, tapi umurnya harus 7 tahun...capek deeeeeh”.
Bunda terbahak, Aim emang masih enam tahun, pantesan emang capek deh!!

”Aim sama temen kan jadi pilot, dari layar keliatan rodanya udah keluar, eh..pas mau mendaratnya nggak bisa, gubrak deeh”
Bunda ketawa, ngebayangin gimana nasib penumpang pesawatnya Aim ya??
”Trus? Ngapain lagi?”
”Ngga banyak, habis semua tempat ngantri”
”Oh? Itu karena musim liburan kali”

”Aim sama temen temen ngeledekin orang yang ada di balik penjara, tiba tiba orang itu bisa keluar...trus Aim dikejar Bun...Aim jadi deg degan” Bunda kembali terbahak, membayangkan keisengan Aim di Kidzania. Ah, masih banyak lagi cerita Aim soal Kidzania, Abang ampe bosen ngedengernya..eh capek deh!!