Tuesday, January 30, 2007

Selamat Hari Ibu, Bunda

Tangal 22 Desember. Subuh di Masjidil Haram, Ayah berkaca kaca menunjukan SMS dari Iqbal. "Ayah, bilang sama Bunda..Selamat Hari Ibu". Air mataku menetes. Haru.

Ayah meng-sms Ibunya. Mertuaku itu mereply "kita lagi di Giant. Beli spidol. Buat tugas sekolah Aim. Bikin kartu ucapan - Selamat Hari Ibu" Duh ? Aku benar benar terharu. Ternyata bukan cuma kami yang sering memikirkan mereka. Ternyata walau masih kecil -mereka juga ingat dan memikirkan kami.

Saat Bunda sudah pulang ke jakarta, Bunda tanya pada Iqbal.
"Waktu ngirim ucapan selamat hari Ibu kemarin, disuruh bu guru di sekolah ya ?"
"Nggak"
"disuruh Uti ?" tanyaku lagi
"Nggak"
"Trus ?"
"Ya Abang sendiri lah..."
Air mata Bunda menetes lagi

Hiks..hiks.. Maafkan Bunda underestimated atas ketulusan Abang , nak. Surprise aja. Iqbal yang acuh tak acuh. Iqbal yang irit ngomong. Ternyata masih ingat untuk mengucapkan "Selamat hari Ibu. Bunda"

Uhm, Terimakasih Sayang...

Monday, January 29, 2007

Begitu Banyak Doa. Begitu Banyak Cinta

Semua orang tua punya harapan akan anaknya. Bukan cuma usaha , doapun diperlukan untuk mewujudkan harapan itu. So, selama ditanah suci Bunda pun banyak banyak berdoa buat Abang dan Aim

Bunda bukan cuma panjatkan doa jangka pendek seperti semoga tahun ini mereka bisa lulus dengan baik dan berikutnya mendapat sekolah yang juga baik. Uhm, tahun ini emang saatnya Aim tamat TK dan Abang tamat SD. Tahun ini-insya Allah- Aim akan masuk SD dan Abang masuk SMP.

Namun Bunda juga panjatkan doa doa jangka panjang. Bunda pintakan kesehatan jangka panjang... kemudahan menerima ilmu disekolah.. kepatuhan pada orangtua.. kesholehan dan ketaatan pada Allah...

Juga Bunda mohonkan agar merka jadi anak yang mulia. Bukan hanya dimata Allah namun juga Mulia diantara teman tema mereka..Bunda banyak meminta.. Bunda banyak memohon... Bunda banyak menangis sayang...

Si masjid Nabawi, di masjidil Haram, di depan Kabah, di Arafah, disaat saat Bunda merasa Allah begitu dekat..Bunda berdoa buat kalian sayang.... apapun harapan Bunda.. .seluruh impian Bunda akan kalian... telah Bunda bisikkan di baitullah.

Tetes demi tetes airmata mengalir deras saat Bunda bersyukur pada Allah atas semua kebaikan yang kini melekat pada Abang dan Aim. Atas semua kepandaian, bakat dan talenta yang kini mereka miliki. Atas kasih dan sayang yang kini mereka bagi bersama kami.

Tetes demi tetes airmata mengalir deras saat Bunda berdoa untuk Abang dan Aim. Semoga Allah memberikan kesempatan kami untuk bisa pergi umrah bersama mereka. Agar kami bisa sama sama berdoa di depan kabah. Agar kami bisa mengajarkan kedekatan kepada Allah sedini mungkin.

Semoga Allah berkenan mendengar, menerima dan mengabulkan semua doa doa Bunda selama ditanah suci, untuk Abang dan Aim tercinta.. Amin ya Rabbal-alamin..

Begitu banyak doa. Begitu banyak cinta. Buat mereka berdua.

Sunday, January 28, 2007

Mustafa-Sebuah Nama Hebat

"My husband name is Mustafa..." katanya.
"My 2nd son name also Mustafa ..." kataku mengingat nama lengkap Aim, Mustafa Ibrahim.
"My Father name is also Mustafa " kata perempuan Turkey sebayaku, saat kami ngobrol di Masjidil Haram.
"Why Mustafa name is so popular in turkey ?" tanyaku heran.

Shalihah, nama perempuan itu, lalu bercerita tentang betapa bangsa Turki sangat meng-idolakan pemimpin dan presiden pertama mereka yaitu Gazi Mustafa Kemal Pasha yang juga dikenal sebagai Mustafa Kemal Ataturk atau Mustafa Kemal Sang Bapak dari Turki.

Oh ya..ya..rasanya nama itu pernah disebut dalam pelajaran sejarah saat Bunda SMP. Well, nama adalah sebuah doa. Dengan pengetahuan ini, Bunda berharap Aim bisa lebih bangga akan nama nya : Mustafa Ibrahim...itu nama yang hebat sayang...

Friday, January 26, 2007

SMS satu kata dari Abang

"Bang, kalo Bunda dah di tanah Suci, kamu minta ditelp ... berapa kali seminggu..."
"Delapan!!" kaya Iqbal innocent
What ?! Delapan kali kan artinya tiap hari plus bonus ada yang sehari dua kali. Ah, Iqbal ada ada aja. "Telp nggak mungkin tiap hari. SMS aja..kalo SMS boleh sering sering ya..." Well, takutnya udah janji telp tapi kami tak bisa menepati kan nanti dia sedih.

Begitulah, Kalo Ayah lebih sering meng-SMS Ibunya alias mertuaku yang menunggu anak -anak dirumah untuk mengechek kabar. Aku lebih sering meng-SMS Iqbal.

"Ada kabar apa Bang ? Adik Sehat ? bla..bla..bla" Well, aku memang punya kebiasaan nulis sms panjang panjang. Space yang ada dimaksimalkan. Iqbal cuma menjawab pendek "Sehat"

"Gimana pesantren kilatnya Bang, enak ? bla..bla..bla" begitu sms ku yang lain
Iqbal cuma menjawab pendek "Enak"

"Jangan Lupa minta Uti ambil Raport ya...bla..bla..bla" kali lain aku mengirim sms begitu
Lagi lagi Iqbal cuma menjawab "Ya"

Duh, Abang?! Irit kata banget sih ? Akhirnya kutegur dia lewat SMS
"Kalo kirim SMS jangan satu kata terus, bilang ada kabar apa... Satu kata atau satu kalimat toh biayanya sama..bla..bla.." Aku membatin, bagaimana pun SMS Saudi-Jakarta tidaklah murah, masak nggak cuma ngirim satu kata?? Iqbal ku tersayang itu cuma merespon "Ya"

Uhm, sutralah.... satu kata juga cukup berharga buatku. Paling tidak aku tahu dia dan adiknya baik baik saja. Dia memang lebih senang ditelp.
"Gimana disana Bun ?
"makannya enak nggak ?"
"kebab itu kayak apa sih ?"
"Udah liat Onta belum ? "
Well, dia memang lebih "bunyi" ditelp.

Uhm sutralah. SMS satu kata dari Abang, sudah cukup menghiburku. Paling tidak aku tahu dia dan adiknya baik baik saja

Monday, January 22, 2007

Berasa Dipeluk Aim

Dua hari sebelum keberangkatan ke tanah suci, Bunda diingatkan buat bawa selimut. Uhm, Bunda emang nggak bisa tidur tanpa selimut. Aim ikut Bunda beli selimut di Carrefour Lebakbulus. Bunda beli dua selimut tipis garis garis merah kuning ijo dengan dasar putih. satu buat Ayah, satu buat Bunda, eh ternyata Aim minta beli juga selimut yang sama persis.

Selimut baru masuk koper Bunda satu, masuk koper Ayah satu. Yang punya Aim langsung dibuka dan dipake bobo malam itu juga. Sambil nyelimutin Aim, Bunda berpesan
“Kalo Aim kangen Bunda dan Ayah, bobonya pake selimut ini ya…kan sama ma Ayah Bunda disana”
Dengan tangkas Aim bilang “ Iya..supaya mimpi dipeluk Bunda “
Duh Aim ? Bunda jadi terharu.

Selama di Mekkah Bunda selalu tidur berselimut tipis garis garis merah kuning ijo dengan dasar putih yang sama dengan selimut Aim.
Uhm, berasa dipeluk Aim..

Friday, January 19, 2007

Kids and the Holy Quran

Sepulang dari mengunjungi King Fahd Al Quran Printing-Madinah , saat di bis Ayah Bunda menyimak percakapan Pak Suaib dengan beberapa jamaah rombongan kami di kursi belakang.

“Saya barusan beli dua Alquran dua buat anak saya….masing masing satu” kata pak Suaib
“putranya udah pada pinter baca Al Quran ??“ tanya seorang Ibu.

“Anak saya yang besar udah SMP sih biasa aja..tapi yang kecil Masya Allah..gurunya ampe kagum. ..Bukannya mbangain ye ibu-ibu ...mentang mentang anak sendiri....tapi anak saya yang kedua itu bacaannya baguuuuus...bener.....padahal dia masih SD…saya aja terharu kalo denger die baca Al quran…saya bilang ame istri saya..... Insya Allah, Ma…ini si kecil adalah investasi kita di akhirat nanti…"

Ayah dan Bunda bertukar pandang. Ayah berbisik “Ayah jadi inget Iqbal”

Iqbal yang pandai baca Quran. Iqbal yang pernah dipujikan pak guru kelas 5 karena bacaan qurannya paling bagus sekelas. Iqbal yang sayang bunda…

Air mata Bunda menetes dari balik kacamata hitam.
Hiks..hiks..Bunda jadi kangen Iqbal!!

Sunday, January 14, 2007

Anak anak di Masjid Nabawi

Bunda sedang duduk seusai berdoa. Saat itu kami menunggu waktu sholat Isya datang. Tiba tiba seorang askar perempuan masijid Nabawi berpakaian hitam hitam dengan bergegas melangkahi bahu Bunda sambil mengendong seorang bayi. Bunda terkejut!! Masya Allah!! Ada apa sih ??

Semua mata perempuan disitu mengikuti kemana sang askar bergerak. Dia menuju seorang perempuan arab berabaya hitam yang berdiri menangis di tengah shaf perempuan ditemani askar perempuan yang lain. Oh ? Rupanya dia kehilangan bayinya ditengah begitu besarnya masjid nabawi, dan diantara puluhan ribu jamaah. Walau Bunda nggak tau persis gimana kejadiannya, Alhamdulillah bayi itu sudah berhasil diketemukan dan diserahkan kepada ibunya.

Membawa bayi dan anak anak ke masjid. Adalah hal yang biasa di masjid nabawi. No wonder di saaat sholat berlangsung kadang terdengar suara bayi menangis dan anak anak rewel merengek. Perempuan Ibunya itu tetap khusuk pada sholatnya. Mereka percaya, Allah menjaga anak anak itu.

Melihat anak anak di masjid nabawi, pernah membuat Bunda jadi ingat anak anak. Saat itu di shaf depan Bunda ada perempuan arab membawa dua anaknya. Kakak beradik laki kali semua. Kira kira 4 dan 6 tahun-sebaya Aim. Mereka bernyanyi nyanyi, bermain bersama, tertawa dan bercanda. Walau Bunda nggak ngerti mereka ngomong apa, Bunda merasa polah mereka lucu banget !! Duh ? Bunda jadi inget Aim.

Air mata Bunda menetes. Hiks..hiks…Bunda jadi kangen Aim!!

Thursday, January 11, 2007

Perpisahan – why so hard ??

Hari senin itu peugeot kami penuh sesak melaju di Tol TB simatupang menuju asramhaji pondok gede. Seoarang supir. Ayah Bunda . Abang Aim. Uti dan Kung Jambi. Bagasi mobil penuh dengan 2 koper besar dan 2 travel bag kecil berlogo garuda indonesa.

Jam 6.30 kami saudah tiba di halaman parkir pondok gede. Beberapa tahun terakhir Asrama Haji pondok gede menerapkan aturan yang ketat. Pengantar hanya boleh sampai dihalaman parkir. Koper besar segera di turunkan dan dibawa supir kami ke loket penerimaan koper oleh Garuda. Disana sudah siap petugas angkut dengan trolley nya yang besar. Dua Koper besar masuk duluan dengan mulus.

Walau semalam hujan airmata sudah membanjir saat kami berpamitan dirumah. Kali ini Ayah Bunda tetap tidak kuasa menahan tangis. Duh ? berpisah dengan anak anak..Why so hard ??

Iqbal menangis tersedu sedu. Dengan seragam putih putih dan sepatu hitam sekolahnya dia menangis memeluk bunda. Aim yang ikut mengantar walau belum mandi lebih cool – mungkin belum terlalu mudeng bahwa kami akan pergi lama. Aim mencium Ayah dan Bunda lekat lekat. Berkali-kali. Duh Aim? Duh Abang ?? Why so hard ??.

Menit demi menit berlalu Tidak mungkin berlama-lama bertangisan di halaman parkir. Banyak mobil yang baru datang dan akan parkir. Ayah Bunda segera menjinjing travel bag masing masing, dan berjalan masuk halaman asrama. Bunda tidak berani menengok kebelakang. Bunda berasa berat meninggalkan mereka.

Bayangan Iqbal yang menangis tersedu sedu. Dengan seragam putih putih dan sepatu hitam sekolahnya. Sering terlintas di benak Bunda. Di madinah. Di Mekah dan di Arafah. Hati hati ya Bang…baik baik ya Aim….We love you….we love you so much…