Monday, August 11, 2008

Aim dan Asma

Anak sakit.Adalah hal yang paling nggak enak. Gelisah susah tidur. Batuk sepanjang malam. Demam. Rewel. Ngga mau makan. Apalagi kalo sampe ada telp dari ayah di RSPI begini "Bun, pagi ini kita dateng udah urutan 18, mo jam berapa masuknya? Bunda aja yang bawa ke dokter ntar sore. Ayah musti buru buru ke kantor"

Terbayang Aim-kecil mungil-kesayangan Ayah. Pucat menunggu antrian dokter. Bunda segera mengiyakan, sambil berpesan, Aim pulang aja dulu, nanti sore jemput Bunda sama sopir, sekalian ke dokter.

Sorenya, Bunda dan Aim ke RSPI, "udah dapat No 18, tapi antrian pagi, apa sekarang musti ngantri lagi? " tanya Bunda sedikit cemas Praktek GP sore di RSPI. panjang juga euy. "Tungu dua pasien lagi, ya Bu. Nanti saya sisipkan." Bunda berbisik " terimakasih" well, mungkin tante suster kasih liat Aim yang udah kecapekan batuk terus.


Sesuai janji Suster, setelah menunggu dua pasien, AIm dipanggil masuk ruang dokter, diiringi tatap heran pasien lain, ih? kayaknya kita duluan deh. Yeaah, sori deh bu. Kita udah antri dari praktek pagi.

Bu dokter memasang stetoskop di dada Aim yang kurus. "Duh Nak, kok paru parunya berisik betul?". Aim didiagnosa Asma. Bukan kejutan. Sejak Bayi memang dokter nya bilang begitu. Masa Bayi Aim banyak dihabiskan diruang Nebulizer, untuk membantu memperlancar pernafasannya. Soal Aim yang Asma bukan kejutan lagi bagi Bunda. Mengingat Bude Ary dan segudang sepupu Bunda dari pihak Bapak mengidap penyakit genetis yang sama ini. Seorang sepupu sampai meninggal, dan banyak juga yang akut -dan bolak balik masuk RS- seperti Bude Ary.

Dokter meresepkan obat semprot dimulut untuk dipakai saat sesak nafas. Bunda cukup familiar, karena Bude Ary juga pemakai setia obat semacam itu, tapi Aim protes "Kok obatnya kayak buat opa opa?"

Bunda tertawa. Ah, Aim...emang asma identik dengan opa opa? Ngga banget lagee..Kakak kandung Bunda dan banyak sepupu kami divonis mengidap asma sejak usia belia, sama seperti Aim kini.

Sabar sayang, ya. Rupanya Aim tidak hanya mewarisi kuping caplang, wajah oval, jari lentik, bibir tipis, mata belo, dan bulu mata panjang Bunda, tapi juga sesuatu yang tak kasat mata, kelainan genetis yang resesif buat Bunda namun muncul buat Aim. Berkebalikan dengan Mbak Ary yang asma akut, namun -alhadulillah-punya empat anak tanpa asma.

Smoga Allah, selalu menjaga kesehatan Aim, dan melindungi Aim agar dapat menikmati hidup penuh syukur, walau mengidap penyakit Asma, seperti yang telah dijalani oleh Bude Ary dan banyak sepupu Bunda yang lain. Amin.