Berbeda dengan Abang yang susah sekali menyebut apa cita-citanya. Aim justru punya banyak cita cita. Hanya saja cita citanya itu berubah terus. Tergantung mood kayaknya, dari mulai anak band, pilot, presenter sampe dokter.
Satu hari, karena mengejar meeting pagi, Ayah mengantar Aim ke sekolah-bersama supir. Dijalan Ayah iseng bertanya ,” Aim kalo udah gede mau jadi apa?”
“Walikota, politikus” kata Aim enteng.
Ayah mengamati serius. Jadi walikota umumnya memang harus berangkat dari politikus. Dari mana Aim tau?” Emang Aim tau politikus?”
“enggak..Aim denger aja..”
Berikutnya Ayah menjelaskan panjang lebar tentang apa itu politikus. Orang orang yang memiliki ambisi tertentu sehingga harus berpolitik ini itu..bla..bla..bla..pokoknya topik yang serius banget deh.Aim cuma menangapi pendek, “ tapi kenapa ada TIKUS-nya?”
Waduh?? Ayah tersadar, dirinya tidak sedang berdiskusi dengan teman temannya dikala hangout.. Aim masih terlalu kecil untuk memahami dengan baik konsep politikus. Sebab ternyata yang dia ingat cuma kata “tikus”-nya.
Ayah cuma bisa nyengir. Ayah sudah susah payah menjelaskan melebihi apa yang Aim mampu cerna, ternyata Aim Cuma pengin tau satu hal sederhana, soal tikus dikata politikus. Ah, Aim..jalan masih panjang buat banyak belajar, sayang…Ayah Bunda dukung kalo Aim mau jadi walikota..politikus, apapun..asal jangan jadi tikus..he..he.
No comments:
Post a Comment