Friday, August 11, 2006

Iqbal dan Punishment

“Jika kamu sayang sama anak. Sekali-sekali mereka harus dipukul “ begitu sebuah nasehat kuno peninggalan oma dan opa Belanda. Sekarang jaman sudah berubah. Banyak buku mengajarkan anak tidak boleh dikerasi, mereka harus selalu merasa aman dan nyaman dalam pelukan.

Ah, tapi itu kan teori. Bagaimanapun anak-anak bukan malaikat. Mereka tetap anak-anak yang membangkang, menuntut dan memaksakan kehendak. Merengek, mengamuk dan tak terkendali. Tanpa pukulan, bagaimana mendisplinkan mereka ?

Kalau Iqbal sudah begitu keterlaluan , Bunda memukulnya. Jika Aim kelewatan, tugas ayah menghukumnya karena Aim tidak takut blas sama Bunda. Aim bukan cuma dipukul di pantat. Dia juga dikurung di kamar mandi. Itu pun sulit membuatnya jera.

Mereka bertambah besar. Pukulan memang diperlukan. Tapi tidak bijaksana jika sampai umur tertentu. Hm, Bunda juga ingat Bapak berhenti memukul Bunda menjelang lulus SD. Bukan berarti Bunda tidak lagi bandel :-) Tapi Bapak tau bahwa memukul sudah tidak pada tempatnya. Dimarahi sih tetap berlanjut…

Iqbal sudah besar. Dia memang anak-baik-baik, tapi tetap saja suka bikin jengkel. Bunda jadi bingung. Bagaimana menghukumnya ? Bunda tidak ingin memukulnya lagi . Dia sudah besar.

Seorang teman sharing. Dia juga setuju konsep menghukum anak dengan pukulan. Tapi hanya sampai usia tertentu. 8-10 tahun, berbeda untuk kondisi anak yang berbeda. Setelah itu perlu dibuat hukuman lain. Menyapu dan mengepel lantai. Menyita mainan kesayangan. Melarang nonton teve. Mengurangi uang saku. Dan masih banyak lagi.

Well, aku setuju akan itu. Makanya semalam Bunda menyita gameboy Iqbal. Dia menangis, tapi Bunda bersikeras “Cukup!! Jangan main terus sepanjang hari. Sepanjang minggu. Abang harus belajar. Udah kelas 6!"

Besoknya Aim bertanya “Bunda, dimana gameboy?”
Bunda bilang disimpan. Dia protes keras “Masa Aim nggak boleh main juga. Aim kan nggak harus belajar ?”. Bunda terpaksa memberikan gameboy itu pada Aim. Duh ? gimana kalo Iqbal tau ? pasti dia ganti protes keras.

Jadi orang tua memang menyenangkan. Tapi sungguh, bukan hal yang mudah. Ini amanah yang tidak mudah :-)

No comments: