“Iqbal pengin ikut kelas ini, Bun” kata Iqbal sambil memberikan proposal dari sekolah. Soal kelas unggulan 6D
Bunda membaca hati-hati. Keliatanya kelas 6D unggulan ini berbeda konsep. Pada prinsipnya Iqbal diundang masuk kelas unggulan. Tapi sebelum diputuskan masuk, orang tua diminta datang untuk parent interview. Wah kalo ada undangan interview gini sih pasti menyangkut biaya. Bagaimana kesanggupan dan komitmen orang tua akan extra biaya yang akan dibutuhkan.
Proposalnya sih terlihat menarik. More active learing. Bilingual. Extra teacher. Extra waktu belajar. Outbound activity. No wonder Iqbal pengin.Dan lagi tempat terbatas. Hanya untuk 25 orang. Tapi Bunda menahan nafas saat membaca biayanya. Ups, mahal betul?!!
Bunda bertanya kanan kiri. Sesama orang tua kelas 5C, Banyak komentar didapat.
“Ah, itukan karena pihak sekolah dikomplain ortu yang anaknya di kelas regular. Mereka concern akan persaingan di kelas regular tidak nyata karena para juara sudah berkumpul jadi satu di kelas unggulan. Kelas anak kita”
“Sekolah pengin lebih meratakan kesempatan untuk masuk kelas unggulan. Supaya nggak jadi kelas exclusive para bintang. Tapi lalu apa istimewanya di kelas ungulan?”
“Proposalnya memang bagus. Tapi apa sekolah sudah siap mengimplementasikannya ?”
“Mahal banget !! Kita butuh biaya besar tahun depan untuk memasukan mereka ke SMP"
“Apa iya manfaatnya sebanding dengan harganya?”
“Jangan-jangan ini program komersil dari pihak sekolah”
Aduh!! Bunda jadi bingung. Kok tidak ada tanggapan yang positif dari sesama ortu murid kelas unggulan kini ? "Lets wait and see.." kata seorang teman.
Bunda akhirnya datang ke parent interview session. Sambil antri menunggu Bunda ngobrol dengan orangtua anak dari kelas regular. Mereka justru sangat antusias. Wah, kok justru sambutannyanya positif ya ??
“Berapa anak diundang pak ?” Tanya Bunda kepada wakil kepala sekolah
“60 bu. Murid kelas unggulan sekarang plus ranking 1-10 kelas regular. Tapi kapasitas kelas ini hanya 25 bu. Jadi kami harus seleksi yang benar2 mantap memilih kelas unggulan.”
Well, rank 1-10 sih not Bad pikir Bunda. Pihak sekolah tidak asal menerima murid kelas unggulan berdasarkan kemampuan financial orangtua.
Bunda segera mengambil keputusan. Menyangupi semua persyaratan untuk masuk kelas unggulan. Soalnya tempat terbatas. Yang berminat banyak kok, tidak ada waktu lagi untuk keraguan.
Diluar semua alasan dan concern kami. Iqbal sendiri yang menginginkan masuk kelas unggulan. Bunda tidak ingin dia kecewa dan jadi demotivate belajar. Lagipula ini bukan permintaan yang terlalu muluk – dengan kepandaiannya dan kemampuan financial kami- insya Allah-masih terjangkau.
Saat hari penerimaan raport Bunda menerima surat konfirmasi Iqbal diterima di kelas unggulan. Alhamdullilah. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan rezeki yang berlimpah untuk keluarga kami. Agar anak-anak kami bisa bersekolah dengan maksimal.
“Diterima nih, Bang!! Abang senang ?!” tanyaku
Iqbal mengangguk antusias.
“Tapi janji lebih rajin belajar ya ? udah kelas 6 lho” pintaku
Iqbal Tersenyum Lebar.
Ah, Tiada kebahagian terbesar dibanding dapat memberikan yang terbaik. untuk anak-anak tercinta.
No comments:
Post a Comment