Iqbal Kidal. Pak Hardiyanto - Guru kelas 5 menyadarinya.
“Tulisan tangan Iqbal jelek, Bu. Susah dibaca. Apa mungkin karena dia kidal ? Apakah pernah dicoba menulis dengan tangan kanan ?” tanyanya saat aku mengambil rapor di sekolah.
“Pake kanan lebih jelek lagi pak “Jawab Bunda. Tangan kirinya memang berfungsi lebih baik.
“Ya kalo gitu coba dilatih lagi nulisnya. Sayang kan Bu kalo nilai dia jelek cuman gara-gara jawabnya nggak kebaca atau salah diartikan.”pinta pak Guru
“Terimakasih Pak. Akan saya perhatikan” kata Bunda berjanji
Well, Bunda ingat saat kecil Dian –adik bungsu Bunda-juga kidal. Makan dan menggambar pakai tangan kiri. Tapi kami punya Kakek yang tegas. Kakek yang berpendapatkan bahwa kanan lebih baik dari kiri. Belia menegur Dian untuk mengganti dengan tangan kanan. Selalu begitu. Dian terlalu takut untuk menolak.Karena teguran Mbah Kung yang intens. Dian tidak lagi kidal.
Sekarang jaman sudah berubah. Banyak artikel tentang anak kidal sudah kubaca. Adalah tidak bijaksana untuk memaksakan anak yang yang kidal untuk berubah preference, untuk memakai tangan kanannya. Apapun jenis pemaksaan, tidak akan baik untuk perkembangan kejiwaan anak-anak itu. Karenanya Bunda tidak pernah menegur Iqbal. Menerima kondisi dan pilihan dia apa adanya.
Kadang saat kami makan bersama di restoran. Kayaknya banyak orang risi meliha Iqbal makan dengan tangan kiri. Tapi Bunda nggak malu. Nggak perduli. So What gitu lho ?
No comments:
Post a Comment