Tiga tahun lalu, Mbak Isti minta pulang kampung.
Dia conflik dengan Nia pembatu kami. Mbak Isti adalah babby sitter Aim sejak aim berumur 1.5 tahun sampai saat itu umurnya 2.5 tahun. Bunda yang tidak tau persis duduk persoalannya, setuju saja. Bagaimanapun bunda tidak pernah menahan pembatu atau babysitter yang ingin resign. Itu hak mereka. Berharap mereka mendapat kesempatan yang lebih baik.
Aim begitu dekat dengan Mbak Isti. Makanya pagi itu dia menangis meraung-raung saat menyadari mbak istinya tidak ada. Dia sudah berangkat pagi buta. Maklum saat itu menjelang lebaran, angkutan ke pekalongan selalu penuh.
Bunda menyesal Isti pergi terlalu dini.Seharusnya Isti pamit supaya Aim tidak terus mencari, Bunda takut Aim jadi sakit karena rindu nantinya. Sudah banyak cerita seperti itu bukan ?
"Coba Aim diajak ke pangkalan bis..paling nggak supaya bisa dadah. Bis nya jalan jam 7 kok" saat itu masih 6.15
"Emang Bunda tau dimana ?"tanya ayah sambil berusaha mengendalikan Aim yang terus meronta.
"Pondok Labu. Dekat pangkalan angkot. Busnya namanya Dewi Sri, berangkat jam 7. Buruan yah….” Kataku takut tertinggal.
Ayah dan Aim yang belum mandi langsung bergegas.
Dan cerita ayah sepulang dari sana membuatku sedih. Aim terus menjerit memanggil mbak Isti. Mbak Isti sudah duduk dalam bis yang penuh sesak. Dia berkaca-kaca. seisi bis kelas ekonomi itu heran "anaknya nangis tuh, kok nggak diajak aja??" tanya sebelah Mbak Isti.
"Itu anak majikan saya. Saya baby sitternya"
Duh ? Isti memang sudah jadi Second Mom buat Aim.
Tiga bulan kemudian, Bunda memecat Nia dan Muti-baby sitter Aim yang baru – karena keduanya kong kalingkong membohongi Bunda. Bunda begitu marah. Bunda memecat keduanya sekaligus!! Bunda akhirnya mencari pembantu baru dan memanggil Isti kembali ke Jakarta. Dengan senang hati Isti bersedia. Dia memang sayang Aim juga. Tiga tahun berlalu tanpa terasa.
Bulan lalu Mbak Isti minta pulang kampung (lagi)
"Saya mau nikah Agustus ini , Bun. Toh Aim sudah besar.sudah mandiri. Kelihatanya saya tidak terlalu diperlukan lagi disini.
Aku tercekat."Hm, dulu kan katanya Isti mau tunggu sampai Ayah Bunda pulang haji akhir tahun ini ? “tanyaku berusaha menahan.
Well, Bunda sudah terlalu nyaman dengan Isti. Dia bukan cuma seorang baby sitter. Dia tangan kanan Bunda di rumah. Jika Bunda pergi keluar kota Bunda percaya penuh Isti bisa menghandle anak-anak.
“Iya, Maaf Bun. Tapi Bapak calon suami saya sudah sakit-sakitan. Minta dipercepat”
Aku Maklum. Ini akan jadi perkawinan Isti yang kedua. Dia janda muda. memang lebih baik jika dia cepat menikah lagi.Aku menyetujuinya. Tapi Bagaimana dengan Aim ?
Bunda langsung sounding waktu mengantar Aim ke sekolah.
Aim Marah !!
"Mama Isti nggak boleh kawin !" begitu teriaknya. Dia memang suka memanggil isti Mama. Walau Isti terlihat rikuh -Hei ? apa kata tetangga??-Tapi aku cuma tertawa.
Tiba juga hari H saat Isti harus pamit. Bunda minta Isti menunggu Aim bangun tidur. Aim memegangi tangan Isti erat-erat "Ini tangannya di lem, jadi Mbak Isti nggak boleh kawin" begitu dia bilang. Duh ? aku jadi takut peristiwa dulu terulang lagi.
Untungnya Aim sekarang sudah besar. Dia lebih mengerti. Dia memeluk Mbak Istinya. Merengek sebentar “jangan kawin…nggak boleh kawin” tapi akhirnya dia mau juga dadah. Tak ada air mata. Tak ada raungan kemarahan. Justru Isti yang terlihat berkaca-kaca.
Bunda sangat berterimakasih pada seorang janda muda bernama Istiqomah, yang penah menjadi second mom buat Aim dan Iqbal.
Monday, July 31, 2006
Wednesday, July 26, 2006
Asal Usul Nama
Menjelang kelahiran anak pertama Ayah Bunda bingung memilih nama. Kami sepakat, untuk punya pola nama antara si sulung dan adik-adiknya. Misalnya spt nama Bunda bersaudara yang menurut ABCD, atau seperti sepupu yang dimulai dari eko, dwi, tri, dst. Atau malah nama depan yang sama. Sepeti anak tetangga. Nama putrinya semua diawali dengan Dewi, dan nama putranya diawali dengan Ahmad. Atau cukup Huruf depan yang sama?? bingung juga ya ??
Tapi nggak papa bingung diawal, karena toh nanti jika si sulung punya adik, polanya sudah jadi. Tinggal ngikutin. Akhirnya Bunda membaca, seorang negarawan Amerika menamai anak-anaknya dengan inisial yang sama. Wah boleh juga tuh. kami setuju anak-anak kami akan mempunya inisial nama yang sama. Ayah memilih Huruf M. Bunda memilih I dan R adalah nama keluarga Ayah. Terpilihlah inisial M-I –R.
Jadilah nama sulung kami. Maulana Iqbal Ruswandi dan adiknya Mustafa Ibrahim Ruswandi, yang lebih ngetop dengan panggilan Aim.
Aku panjang lebar menceritakan proses pencarian nama itu kepada bossku. Seorang GM yang hebat, karena dia adalah ibu dari 3 anak. Laki-laki semua. Bungsunya lebih tua dari sulungku. Saat itu kami sedang ngobrol, ketika break makan siang bareng.
Ibu GM mengeryitkan dahi. Dia bertanya “ Kamu tau nama anak-anakku ?“
Aku menyebut nama mereka. Semua diawali huruf A.
Tentu saja aku kenal.. Mereka suka mampir ke kantor kok
“Kamu tahu nama panjang mereka” tanyanya lagi.
Nah ini dia. Aku mulai berpikir keras. Menginggat-ingat.
Mereka semua mempunya nama depan diawali huruf A. dengan nama tengah berawalah H- seperti nama papa mereka. dan terakhir memakai nama keluarga B.
mereka bertiga punya inisal sama A-H-B.
Kok ? Aku tertegun
Boss ku tersenyum menyadari aku telah menemukan jawabnya.
Hah? Ternyata bossku lebih dulu menerapkan pola itu. Tentu saja dengan pilihan yang huruf yang berbeda. Kok bisa sama ??
Ih, jadi malu.
Tapi nggak papa bingung diawal, karena toh nanti jika si sulung punya adik, polanya sudah jadi. Tinggal ngikutin. Akhirnya Bunda membaca, seorang negarawan Amerika menamai anak-anaknya dengan inisial yang sama. Wah boleh juga tuh. kami setuju anak-anak kami akan mempunya inisial nama yang sama. Ayah memilih Huruf M. Bunda memilih I dan R adalah nama keluarga Ayah. Terpilihlah inisial M-I –R.
Jadilah nama sulung kami. Maulana Iqbal Ruswandi dan adiknya Mustafa Ibrahim Ruswandi, yang lebih ngetop dengan panggilan Aim.
Aku panjang lebar menceritakan proses pencarian nama itu kepada bossku. Seorang GM yang hebat, karena dia adalah ibu dari 3 anak. Laki-laki semua. Bungsunya lebih tua dari sulungku. Saat itu kami sedang ngobrol, ketika break makan siang bareng.
Ibu GM mengeryitkan dahi. Dia bertanya “ Kamu tau nama anak-anakku ?“
Aku menyebut nama mereka. Semua diawali huruf A.
Tentu saja aku kenal.. Mereka suka mampir ke kantor kok
“Kamu tahu nama panjang mereka” tanyanya lagi.
Nah ini dia. Aku mulai berpikir keras. Menginggat-ingat.
Mereka semua mempunya nama depan diawali huruf A. dengan nama tengah berawalah H- seperti nama papa mereka. dan terakhir memakai nama keluarga B.
mereka bertiga punya inisal sama A-H-B.
Kok ? Aku tertegun
Boss ku tersenyum menyadari aku telah menemukan jawabnya.
Hah? Ternyata bossku lebih dulu menerapkan pola itu. Tentu saja dengan pilihan yang huruf yang berbeda. Kok bisa sama ??
Ih, jadi malu.
Monday, July 24, 2006
Untuk Idu Ebi - Tentang Iqbal & Disleksia
“untuk idu ebi“ kata itu tertulis diatas bon belanjaan bahan bangunan. Tulisan dari tukang yang sedang mengecat rumah kami. Walau heran, Tapi aku mengerti yang dimaksud adalah untuk ibu edi, untukku. Awalnya kupikir hal itu karena tukang tersebut tidak berpendidikan cukup tinggi. Tamat SD pun mungkin tidak.
Tapi kejadian itu teringat kembali saat aku mengenal istilah disleksia, menurut informasi yang kubaca, disleksia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar spesifik. Disebut juga kesulitan membaca.Salah satu ciri yang Khas. Kesulitan membedakan huruf. Selalu tertukar antara d dan b, p dan q. hah ? aku jadi ingat si tukang cat dengan idu ebi –nya.
Hal yang membuatku cemas. Ketika Iqbal duduk di TK-B, semester akhir –dan mulai belajar membaca dan menulis- untuk persiapan masuk SD. Aku melihat sesuatu yang aneh. Dia suka tertukar-tukar mengenali huruf. Aku mencari informasi lebih lanjut tentang disleksia. Definisi, penyebab, ciri-ciri, dan ternyata banyak tokoh terkenal mengalami disleksia, sebut saja Aktor Tom Cruise, Winston Churchill,Agatha Christie. Lee Kuan Yew, Whoopi Goldberg, dan konon juga Presiden AS George W. Bush.
Aku masih juga ragu. Perlukan aku meminta bantuan profesional ??
"Jangan ditunda, Bin.. Penangan dini sangat diperlukan untuk kasus tumbuh kembang anak. Sebelum terlambat. Sebelum kamu menyesal."Begitu saran seorang teman yang pekerjaannya banyak berhubungan dengan tumbuh kembang anak.
Akhirnya aku membawa Iqbal konsultasi ke psikiater di Klinik Tumbuh Kembang di kebayoran.
Disana kami melihat banyak anak menjalani terapi berbicara, membaca, autis, dan lain-lain. Aku benar-benar miris.Adakah yang salah dengan Iqbal-ku ??
Kami beberapa kali datang. Iqbal menjalani berbagai test. Tidak hanya yang berhubungan dengan membaca dan huruf, tetapi juga bentuk , warna, pola. Dia juga menjalani serangkaian interview sederhana. Mereka bekerja sangatprofessional. No wonder tagihan yang diberikan kepadaku juga mahal sekali- Duh, bagaimana jika anak-anak yang bermasalah itu dari keluarga tidak mampu ??
Pada akhirnya hasil diagnosanya selesai. Psikiater itu – seorang dokter yang mengambil specialisasi psikology anak-mengundangku datang. Dia memahami kecemasanku akan disleksia. Menurutnya hasil test Iqbal semua baik. Tidak ada masalah. Memang Iqbal masih bingung dengan masalah huruf, tapi tidak berarti dia disleksia. Diagnosa disleksia hanya bisa ditegakkan, jika si anak sudah bisa membaca dan menulis tetapi mengalami kesulitan. Saat itu Iqbal memang belum bisa membaca dan menulis. Dia masih dalam proses belajar. Jadi belum dapat disimpulkan Iqbal disleksia atau tidak. Sejauh ini sih tidak ada masalah.
“Coba saja Ibu monitor, jika sampai kelas 1 menjelang naik kelas 2, dimana seharusnya anak sudah dapat membaca dan menulis dengan baik dan benar, tapi punya bermasalah, Ibu bisa kembali berkonsultasi.” Aku lega. Paling tidak untuk saat itu, karena aku masih tetap harus memonitor perkembangannya.
Syukur Alhamdulillah di kelas 1 Iqbal sudah bisa membaca dan menulis dengan baik.Tanpa masalah Nilainya pelajarannya baik. Dia rangking 3 dikelas. Well, bagaimanapun konsultasi di klinik Tumbuh Kembang itu adalah pengalaman berharga, untuk Iqbal dan untuk idu ebi, eh…ibu edi.
Tapi kejadian itu teringat kembali saat aku mengenal istilah disleksia, menurut informasi yang kubaca, disleksia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar spesifik. Disebut juga kesulitan membaca.Salah satu ciri yang Khas. Kesulitan membedakan huruf. Selalu tertukar antara d dan b, p dan q. hah ? aku jadi ingat si tukang cat dengan idu ebi –nya.
Hal yang membuatku cemas. Ketika Iqbal duduk di TK-B, semester akhir –dan mulai belajar membaca dan menulis- untuk persiapan masuk SD. Aku melihat sesuatu yang aneh. Dia suka tertukar-tukar mengenali huruf. Aku mencari informasi lebih lanjut tentang disleksia. Definisi, penyebab, ciri-ciri, dan ternyata banyak tokoh terkenal mengalami disleksia, sebut saja Aktor Tom Cruise, Winston Churchill,Agatha Christie. Lee Kuan Yew, Whoopi Goldberg, dan konon juga Presiden AS George W. Bush.
Aku masih juga ragu. Perlukan aku meminta bantuan profesional ??
"Jangan ditunda, Bin.. Penangan dini sangat diperlukan untuk kasus tumbuh kembang anak. Sebelum terlambat. Sebelum kamu menyesal."Begitu saran seorang teman yang pekerjaannya banyak berhubungan dengan tumbuh kembang anak.
Akhirnya aku membawa Iqbal konsultasi ke psikiater di Klinik Tumbuh Kembang di kebayoran.
Disana kami melihat banyak anak menjalani terapi berbicara, membaca, autis, dan lain-lain. Aku benar-benar miris.Adakah yang salah dengan Iqbal-ku ??
Kami beberapa kali datang. Iqbal menjalani berbagai test. Tidak hanya yang berhubungan dengan membaca dan huruf, tetapi juga bentuk , warna, pola. Dia juga menjalani serangkaian interview sederhana. Mereka bekerja sangatprofessional. No wonder tagihan yang diberikan kepadaku juga mahal sekali- Duh, bagaimana jika anak-anak yang bermasalah itu dari keluarga tidak mampu ??
Pada akhirnya hasil diagnosanya selesai. Psikiater itu – seorang dokter yang mengambil specialisasi psikology anak-mengundangku datang. Dia memahami kecemasanku akan disleksia. Menurutnya hasil test Iqbal semua baik. Tidak ada masalah. Memang Iqbal masih bingung dengan masalah huruf, tapi tidak berarti dia disleksia. Diagnosa disleksia hanya bisa ditegakkan, jika si anak sudah bisa membaca dan menulis tetapi mengalami kesulitan. Saat itu Iqbal memang belum bisa membaca dan menulis. Dia masih dalam proses belajar. Jadi belum dapat disimpulkan Iqbal disleksia atau tidak. Sejauh ini sih tidak ada masalah.
“Coba saja Ibu monitor, jika sampai kelas 1 menjelang naik kelas 2, dimana seharusnya anak sudah dapat membaca dan menulis dengan baik dan benar, tapi punya bermasalah, Ibu bisa kembali berkonsultasi.” Aku lega. Paling tidak untuk saat itu, karena aku masih tetap harus memonitor perkembangannya.
Syukur Alhamdulillah di kelas 1 Iqbal sudah bisa membaca dan menulis dengan baik.Tanpa masalah Nilainya pelajarannya baik. Dia rangking 3 dikelas. Well, bagaimanapun konsultasi di klinik Tumbuh Kembang itu adalah pengalaman berharga, untuk Iqbal dan untuk idu ebi, eh…ibu edi.
Sunday, July 23, 2006
Aim dan Playstation
Aim minta beli playstation. Dia begitu persistent untuk itu.
Aim merayu Ayah. Memohon pada Bunda.
Tapi kami bilang “tidak”
Dia tak kurang akal, dia minta tolong pada Mbak Isti- baby sitternya
“Mbak, bilangin Ayah sama Bunda dong. Aim pengin nih punya playstation”
Mbak Isti cuma ketawa geli.
Kami akhirnya bertanya “Aim, kenapa sih pengin punya playstation”
“Habis..temen-temem sudah punya. Fadli, Dion, Alif, Nanda.... Tinggal Aim sendiri nih yang belum punya."
Bunda bertukar pandang dengan Ayah.
Sejak Iqbal masih kecil. Kami sudah putuskan untuk tidak membeli playstation. Kami melihat mainan itu tidak banyak berguna. Mending beli lego, bionicle, atau menambah koleksi kereta api mereka.
Jika mereka mau nge-game. Bisa nge-game di komputer Bunda. Mereka toh juga punya gameboy yang bisa dibawa kemana saja. Bunda dan Ayah tetap bersikukuh, untuk tidak membeli plastation.
Iqbal memang menurut. Tapi Aim tidak. Dia tetap insist minta beli plastation. Dia memang lebih demanding dibanding Abangnya.
Ah, Aim emang anak gaul.
Jika temannya punya sesuatu, dia belum puas jika tidak memilikinya.
Bunda tetap berteguh hati untuk tidak menyetujui.
Tapi Ayah mulai goyah "Gue nggak tau sampai kapan nih mampu bertahan, untuk tidak menurutinya"
Susah juga, soalnya Ayah memang selalu kompak sama Aim.
Aim merayu Ayah. Memohon pada Bunda.
Tapi kami bilang “tidak”
Dia tak kurang akal, dia minta tolong pada Mbak Isti- baby sitternya
“Mbak, bilangin Ayah sama Bunda dong. Aim pengin nih punya playstation”
Mbak Isti cuma ketawa geli.
Kami akhirnya bertanya “Aim, kenapa sih pengin punya playstation”
“Habis..temen-temem sudah punya. Fadli, Dion, Alif, Nanda.... Tinggal Aim sendiri nih yang belum punya."
Bunda bertukar pandang dengan Ayah.
Sejak Iqbal masih kecil. Kami sudah putuskan untuk tidak membeli playstation. Kami melihat mainan itu tidak banyak berguna. Mending beli lego, bionicle, atau menambah koleksi kereta api mereka.
Jika mereka mau nge-game. Bisa nge-game di komputer Bunda. Mereka toh juga punya gameboy yang bisa dibawa kemana saja. Bunda dan Ayah tetap bersikukuh, untuk tidak membeli plastation.
Iqbal memang menurut. Tapi Aim tidak. Dia tetap insist minta beli plastation. Dia memang lebih demanding dibanding Abangnya.
Ah, Aim emang anak gaul.
Jika temannya punya sesuatu, dia belum puas jika tidak memilikinya.
Bunda tetap berteguh hati untuk tidak menyetujui.
Tapi Ayah mulai goyah "Gue nggak tau sampai kapan nih mampu bertahan, untuk tidak menurutinya"
Susah juga, soalnya Ayah memang selalu kompak sama Aim.
Saturday, July 22, 2006
Abang dan Kidal
Iqbal Kidal. Pak Hardiyanto - Guru kelas 5 menyadarinya.
“Tulisan tangan Iqbal jelek, Bu. Susah dibaca. Apa mungkin karena dia kidal ? Apakah pernah dicoba menulis dengan tangan kanan ?” tanyanya saat aku mengambil rapor di sekolah.
“Pake kanan lebih jelek lagi pak “Jawab Bunda. Tangan kirinya memang berfungsi lebih baik.
“Ya kalo gitu coba dilatih lagi nulisnya. Sayang kan Bu kalo nilai dia jelek cuman gara-gara jawabnya nggak kebaca atau salah diartikan.”pinta pak Guru
“Terimakasih Pak. Akan saya perhatikan” kata Bunda berjanji
Well, Bunda ingat saat kecil Dian –adik bungsu Bunda-juga kidal. Makan dan menggambar pakai tangan kiri. Tapi kami punya Kakek yang tegas. Kakek yang berpendapatkan bahwa kanan lebih baik dari kiri. Belia menegur Dian untuk mengganti dengan tangan kanan. Selalu begitu. Dian terlalu takut untuk menolak.Karena teguran Mbah Kung yang intens. Dian tidak lagi kidal.
Sekarang jaman sudah berubah. Banyak artikel tentang anak kidal sudah kubaca. Adalah tidak bijaksana untuk memaksakan anak yang yang kidal untuk berubah preference, untuk memakai tangan kanannya. Apapun jenis pemaksaan, tidak akan baik untuk perkembangan kejiwaan anak-anak itu. Karenanya Bunda tidak pernah menegur Iqbal. Menerima kondisi dan pilihan dia apa adanya.
Kadang saat kami makan bersama di restoran. Kayaknya banyak orang risi meliha Iqbal makan dengan tangan kiri. Tapi Bunda nggak malu. Nggak perduli. So What gitu lho ?
“Tulisan tangan Iqbal jelek, Bu. Susah dibaca. Apa mungkin karena dia kidal ? Apakah pernah dicoba menulis dengan tangan kanan ?” tanyanya saat aku mengambil rapor di sekolah.
“Pake kanan lebih jelek lagi pak “Jawab Bunda. Tangan kirinya memang berfungsi lebih baik.
“Ya kalo gitu coba dilatih lagi nulisnya. Sayang kan Bu kalo nilai dia jelek cuman gara-gara jawabnya nggak kebaca atau salah diartikan.”pinta pak Guru
“Terimakasih Pak. Akan saya perhatikan” kata Bunda berjanji
Well, Bunda ingat saat kecil Dian –adik bungsu Bunda-juga kidal. Makan dan menggambar pakai tangan kiri. Tapi kami punya Kakek yang tegas. Kakek yang berpendapatkan bahwa kanan lebih baik dari kiri. Belia menegur Dian untuk mengganti dengan tangan kanan. Selalu begitu. Dian terlalu takut untuk menolak.Karena teguran Mbah Kung yang intens. Dian tidak lagi kidal.
Sekarang jaman sudah berubah. Banyak artikel tentang anak kidal sudah kubaca. Adalah tidak bijaksana untuk memaksakan anak yang yang kidal untuk berubah preference, untuk memakai tangan kanannya. Apapun jenis pemaksaan, tidak akan baik untuk perkembangan kejiwaan anak-anak itu. Karenanya Bunda tidak pernah menegur Iqbal. Menerima kondisi dan pilihan dia apa adanya.
Kadang saat kami makan bersama di restoran. Kayaknya banyak orang risi meliha Iqbal makan dengan tangan kiri. Tapi Bunda nggak malu. Nggak perduli. So What gitu lho ?
Thursday, July 20, 2006
Cover Boy Masa Depan
Siapa bilang cowo nggak bisa gaya?!
Semuanya mungkin dengan adanya Photobox.
Beginilah gaya cover boy masa depan :-)
Wednesday, July 19, 2006
Hari Pertama Sekolah
"Bubin, presentasi hari senin tetap on schedule kan ?" assisten Bunda bertanya di satu hari jumat.
Bunda mengangguk tanpa memalingkan muka dari layar computer. Bunda harus segera menyelesaikan bahan presentasi ini.
“Oke, soalnya team Revlon menundanya sampai rabu”
“kenapa ? “tanya Bunda acuh tak acuh.
“Ibu BM Revlon cuti. Dia mau nganter anaknya. Hari pertama masuk sekolah."
What ?? Bunda terkejut! Jika Ibu BM Revlon berencana nganter anaknya di hari pertama sekolah. Bukankah Bunda juga punya kewajiban yang sama ? Sayangnya meeting kami tidak bisa lagi ditunda. Semua sudah confirm. Bunda sudah menyangupi untuk presentasi. Bunda benar-benar menyesali kecerobohan akan jadwal sekolah Iqbal.
Itu terjadi tiga tahun yang lalu,saat Iqbal naik kelas 3.
Tahun ini, Bunda tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini. Bunda mengantar Aim, dihari pertama dia sekolah di TK-B. Seperti Bunda duga parkir penuh. Banyak orang tua mengantar, terutama anak-anak yang baru masuk TK-A. Banyak tangis dan airmata. Mereka belum mau ditinggal. Beberapa bahkan memegang Ibu atau babby sitternya erat-erat.
Seorang Ibu membawa kamera . Seorang Bapak menenteng Handycam. Ah, mereka ingin mendokumentasikan momen hari pertama sang anak bersekolah. Bunda tersenyum. Ini memang moment bersejarah yang berharga.
Aim langsung membaur dengan teman-teman sekelasnya yang baru. Kelas B-4. Cuma ada 4-5 anak baru. Mereka terlihat berbeda karena belum memakai seragam seperti halnya anak-anak lama kayak Aim. Bunda stand by sampai hari pertama sekolah berakhir. Maklum mobil antar jemput belum mulai beroperasi.
Sampai dirumah Iqbal protes “Bun, kok temen-teman Iqbal di kelas unggulan perempuan semua ?”
Bunda terkejut!! “maksudnya?!”
“Iya, cowoknya cuma 11, ceweknya 15” kata Iqbal bersunggut sunggut.
“Lha..yang dulu pengin masuk kelas unggulan siapa ? sekarang maunya gimana ?"
“ya nggak pa pa sih. Tapi nggak seru aja, cowoknya sedikit!!”
Aku jadi penasaran. Kayak apa sih kelas Iqbal sekarang ??
Hari kedua Bunda pergi ke sekolah Abang. Seperti sudah Bunda duga parkir penuh. Banyak orang tua mengantar, terutama anak-anak yang baru masuk. Walau tak ada tangis dan airmata. Masih banyak orangtua dan babysitter menunggu. Wajah imut-imut innocent berbaris rapi di depan kelas-kelas satu. Aih, lucunya. Mereka pasti cemas masuk ke SD.
Bunda menuju kelas Iqbal di lantai 3 bagian belakang. Seluruh kelas 6A – 6E dipusatkan disana, dengan ruang kelas yang lebih besar, ventilasi udara yang lebih baik. Suasana yang lebih tenang. Iqbal terdaftar di kelas unggulan 6D dengan nomor absen 18 dari total 26 anak.
Bunda mengintip dari jendela. Mereka sedang belajar. Bagus aja. Memang lebih banyak perempuan. Tapi baik-baik saja kok. Bunda berharap Iqbal segera betah.
Bunda turun dan mengurus banyak hal. Membeli buku paket, memastikan mobil antar -jemput. Membayar ini itu dan lain-lain.
Bunda membayangkan para Ibu yang sibuk di kantor, pasti mereka tidak bisa memberikan perhatian lebih akan hari-hari pertama sekolah seperti Bunda sekarang.
Bunda tahu, karena Bunda pernah menjalaninya.
Bunda mengangguk tanpa memalingkan muka dari layar computer. Bunda harus segera menyelesaikan bahan presentasi ini.
“Oke, soalnya team Revlon menundanya sampai rabu”
“kenapa ? “tanya Bunda acuh tak acuh.
“Ibu BM Revlon cuti. Dia mau nganter anaknya. Hari pertama masuk sekolah."
What ?? Bunda terkejut! Jika Ibu BM Revlon berencana nganter anaknya di hari pertama sekolah. Bukankah Bunda juga punya kewajiban yang sama ? Sayangnya meeting kami tidak bisa lagi ditunda. Semua sudah confirm. Bunda sudah menyangupi untuk presentasi. Bunda benar-benar menyesali kecerobohan akan jadwal sekolah Iqbal.
Itu terjadi tiga tahun yang lalu,saat Iqbal naik kelas 3.
Tahun ini, Bunda tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini. Bunda mengantar Aim, dihari pertama dia sekolah di TK-B. Seperti Bunda duga parkir penuh. Banyak orang tua mengantar, terutama anak-anak yang baru masuk TK-A. Banyak tangis dan airmata. Mereka belum mau ditinggal. Beberapa bahkan memegang Ibu atau babby sitternya erat-erat.
Seorang Ibu membawa kamera . Seorang Bapak menenteng Handycam. Ah, mereka ingin mendokumentasikan momen hari pertama sang anak bersekolah. Bunda tersenyum. Ini memang moment bersejarah yang berharga.
Aim langsung membaur dengan teman-teman sekelasnya yang baru. Kelas B-4. Cuma ada 4-5 anak baru. Mereka terlihat berbeda karena belum memakai seragam seperti halnya anak-anak lama kayak Aim. Bunda stand by sampai hari pertama sekolah berakhir. Maklum mobil antar jemput belum mulai beroperasi.
Sampai dirumah Iqbal protes “Bun, kok temen-teman Iqbal di kelas unggulan perempuan semua ?”
Bunda terkejut!! “maksudnya?!”
“Iya, cowoknya cuma 11, ceweknya 15” kata Iqbal bersunggut sunggut.
“Lha..yang dulu pengin masuk kelas unggulan siapa ? sekarang maunya gimana ?"
“ya nggak pa pa sih. Tapi nggak seru aja, cowoknya sedikit!!”
Aku jadi penasaran. Kayak apa sih kelas Iqbal sekarang ??
Hari kedua Bunda pergi ke sekolah Abang. Seperti sudah Bunda duga parkir penuh. Banyak orang tua mengantar, terutama anak-anak yang baru masuk. Walau tak ada tangis dan airmata. Masih banyak orangtua dan babysitter menunggu. Wajah imut-imut innocent berbaris rapi di depan kelas-kelas satu. Aih, lucunya. Mereka pasti cemas masuk ke SD.
Bunda menuju kelas Iqbal di lantai 3 bagian belakang. Seluruh kelas 6A – 6E dipusatkan disana, dengan ruang kelas yang lebih besar, ventilasi udara yang lebih baik. Suasana yang lebih tenang. Iqbal terdaftar di kelas unggulan 6D dengan nomor absen 18 dari total 26 anak.
Bunda mengintip dari jendela. Mereka sedang belajar. Bagus aja. Memang lebih banyak perempuan. Tapi baik-baik saja kok. Bunda berharap Iqbal segera betah.
Bunda turun dan mengurus banyak hal. Membeli buku paket, memastikan mobil antar -jemput. Membayar ini itu dan lain-lain.
Bunda membayangkan para Ibu yang sibuk di kantor, pasti mereka tidak bisa memberikan perhatian lebih akan hari-hari pertama sekolah seperti Bunda sekarang.
Bunda tahu, karena Bunda pernah menjalaninya.
Tuesday, July 18, 2006
Kelas Unggulan-Sebuah Pilihan
“Iqbal pengin ikut kelas ini, Bun” kata Iqbal sambil memberikan proposal dari sekolah. Soal kelas unggulan 6D
Bunda membaca hati-hati. Keliatanya kelas 6D unggulan ini berbeda konsep. Pada prinsipnya Iqbal diundang masuk kelas unggulan. Tapi sebelum diputuskan masuk, orang tua diminta datang untuk parent interview. Wah kalo ada undangan interview gini sih pasti menyangkut biaya. Bagaimana kesanggupan dan komitmen orang tua akan extra biaya yang akan dibutuhkan.
Proposalnya sih terlihat menarik. More active learing. Bilingual. Extra teacher. Extra waktu belajar. Outbound activity. No wonder Iqbal pengin.Dan lagi tempat terbatas. Hanya untuk 25 orang. Tapi Bunda menahan nafas saat membaca biayanya. Ups, mahal betul?!!
Bunda bertanya kanan kiri. Sesama orang tua kelas 5C, Banyak komentar didapat.
“Ah, itukan karena pihak sekolah dikomplain ortu yang anaknya di kelas regular. Mereka concern akan persaingan di kelas regular tidak nyata karena para juara sudah berkumpul jadi satu di kelas unggulan. Kelas anak kita”
“Sekolah pengin lebih meratakan kesempatan untuk masuk kelas unggulan. Supaya nggak jadi kelas exclusive para bintang. Tapi lalu apa istimewanya di kelas ungulan?”
“Proposalnya memang bagus. Tapi apa sekolah sudah siap mengimplementasikannya ?”
“Mahal banget !! Kita butuh biaya besar tahun depan untuk memasukan mereka ke SMP"
“Apa iya manfaatnya sebanding dengan harganya?”
“Jangan-jangan ini program komersil dari pihak sekolah”
Aduh!! Bunda jadi bingung. Kok tidak ada tanggapan yang positif dari sesama ortu murid kelas unggulan kini ? "Lets wait and see.." kata seorang teman.
Bunda akhirnya datang ke parent interview session. Sambil antri menunggu Bunda ngobrol dengan orangtua anak dari kelas regular. Mereka justru sangat antusias. Wah, kok justru sambutannyanya positif ya ??
“Berapa anak diundang pak ?” Tanya Bunda kepada wakil kepala sekolah
“60 bu. Murid kelas unggulan sekarang plus ranking 1-10 kelas regular. Tapi kapasitas kelas ini hanya 25 bu. Jadi kami harus seleksi yang benar2 mantap memilih kelas unggulan.”
Well, rank 1-10 sih not Bad pikir Bunda. Pihak sekolah tidak asal menerima murid kelas unggulan berdasarkan kemampuan financial orangtua.
Bunda segera mengambil keputusan. Menyangupi semua persyaratan untuk masuk kelas unggulan. Soalnya tempat terbatas. Yang berminat banyak kok, tidak ada waktu lagi untuk keraguan.
Diluar semua alasan dan concern kami. Iqbal sendiri yang menginginkan masuk kelas unggulan. Bunda tidak ingin dia kecewa dan jadi demotivate belajar. Lagipula ini bukan permintaan yang terlalu muluk – dengan kepandaiannya dan kemampuan financial kami- insya Allah-masih terjangkau.
Saat hari penerimaan raport Bunda menerima surat konfirmasi Iqbal diterima di kelas unggulan. Alhamdullilah. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan rezeki yang berlimpah untuk keluarga kami. Agar anak-anak kami bisa bersekolah dengan maksimal.
“Diterima nih, Bang!! Abang senang ?!” tanyaku
Iqbal mengangguk antusias.
“Tapi janji lebih rajin belajar ya ? udah kelas 6 lho” pintaku
Iqbal Tersenyum Lebar.
Ah, Tiada kebahagian terbesar dibanding dapat memberikan yang terbaik. untuk anak-anak tercinta.
Bunda membaca hati-hati. Keliatanya kelas 6D unggulan ini berbeda konsep. Pada prinsipnya Iqbal diundang masuk kelas unggulan. Tapi sebelum diputuskan masuk, orang tua diminta datang untuk parent interview. Wah kalo ada undangan interview gini sih pasti menyangkut biaya. Bagaimana kesanggupan dan komitmen orang tua akan extra biaya yang akan dibutuhkan.
Proposalnya sih terlihat menarik. More active learing. Bilingual. Extra teacher. Extra waktu belajar. Outbound activity. No wonder Iqbal pengin.Dan lagi tempat terbatas. Hanya untuk 25 orang. Tapi Bunda menahan nafas saat membaca biayanya. Ups, mahal betul?!!
Bunda bertanya kanan kiri. Sesama orang tua kelas 5C, Banyak komentar didapat.
“Ah, itukan karena pihak sekolah dikomplain ortu yang anaknya di kelas regular. Mereka concern akan persaingan di kelas regular tidak nyata karena para juara sudah berkumpul jadi satu di kelas unggulan. Kelas anak kita”
“Sekolah pengin lebih meratakan kesempatan untuk masuk kelas unggulan. Supaya nggak jadi kelas exclusive para bintang. Tapi lalu apa istimewanya di kelas ungulan?”
“Proposalnya memang bagus. Tapi apa sekolah sudah siap mengimplementasikannya ?”
“Mahal banget !! Kita butuh biaya besar tahun depan untuk memasukan mereka ke SMP"
“Apa iya manfaatnya sebanding dengan harganya?”
“Jangan-jangan ini program komersil dari pihak sekolah”
Aduh!! Bunda jadi bingung. Kok tidak ada tanggapan yang positif dari sesama ortu murid kelas unggulan kini ? "Lets wait and see.." kata seorang teman.
Bunda akhirnya datang ke parent interview session. Sambil antri menunggu Bunda ngobrol dengan orangtua anak dari kelas regular. Mereka justru sangat antusias. Wah, kok justru sambutannyanya positif ya ??
“Berapa anak diundang pak ?” Tanya Bunda kepada wakil kepala sekolah
“60 bu. Murid kelas unggulan sekarang plus ranking 1-10 kelas regular. Tapi kapasitas kelas ini hanya 25 bu. Jadi kami harus seleksi yang benar2 mantap memilih kelas unggulan.”
Well, rank 1-10 sih not Bad pikir Bunda. Pihak sekolah tidak asal menerima murid kelas unggulan berdasarkan kemampuan financial orangtua.
Bunda segera mengambil keputusan. Menyangupi semua persyaratan untuk masuk kelas unggulan. Soalnya tempat terbatas. Yang berminat banyak kok, tidak ada waktu lagi untuk keraguan.
Diluar semua alasan dan concern kami. Iqbal sendiri yang menginginkan masuk kelas unggulan. Bunda tidak ingin dia kecewa dan jadi demotivate belajar. Lagipula ini bukan permintaan yang terlalu muluk – dengan kepandaiannya dan kemampuan financial kami- insya Allah-masih terjangkau.
Saat hari penerimaan raport Bunda menerima surat konfirmasi Iqbal diterima di kelas unggulan. Alhamdullilah. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan rezeki yang berlimpah untuk keluarga kami. Agar anak-anak kami bisa bersekolah dengan maksimal.
“Diterima nih, Bang!! Abang senang ?!” tanyaku
Iqbal mengangguk antusias.
“Tapi janji lebih rajin belajar ya ? udah kelas 6 lho” pintaku
Iqbal Tersenyum Lebar.
Ah, Tiada kebahagian terbesar dibanding dapat memberikan yang terbaik. untuk anak-anak tercinta.
Monday, July 17, 2006
Belanja sama Aim
Abang selalu kompak dengan Bunda. Aim dengan Ayah. Tapi hal ini tidak berlaku untuk urusan belanja. Belanja di supermarket sama Ayah identik dengan terbirit-birit. Bersama Abang pastinya nggak nyaman, sebab Abang mendorong troly dengan tampang cemberut masam kayak cuka tumpah-dan tak henti bertanya “Banyak banget belanjanya?” Yeah, namanya juga belanja bulanan. Pasti daftarnya panjang.
Berbeda dengan Ayah dan Abang, Aim sangat menikmati acara belanja bulanan di Hypermarket favorite kami, Carrefour Lebak Bulus. Dengan lincah dia membantu mendorong troly menyusuri lorong-lorong product display dengan beragam pilihan.
Aim selalu antusias diajak berbelanja!!
Bunda takjub menyadari betapa banyak Brand yang dia kenal
"Bunda beli rinso yang merknya Surf aja, lebih putih lho"
"Bunda beli silverqueen aja…ada hadiahnya lho…"
"Bunda, Aim beli permen kaki ya…"
"Bunda Aim maunya nugget so Good, ada hadiah soccer bean nya".
"Bunda, Aim maunya sabun kodomo !!"
Dia menolak saat Bunda membelikannya sabun Pigeon :-)
Well, Aim sudah kenal Brand. Brand yang sering dia liat di teve.
Aim membantu memilih jeruk. Ikutan menimbang klengkeng. Excited liat ikan hidup di bagian fresh food. Dengan riang gembira Aim menemani Bunda berbelanja.
Sebagai hadiah Bunda menawarinya makan siang “mau KFC apa Popeye ?"
“Popeye aja deh, lebih enak!!”
Duh Aim emang hebat!! Kecil-kecil sudah kenal Brand.
Berbeda dengan Ayah dan Abang, Aim sangat menikmati acara belanja bulanan di Hypermarket favorite kami, Carrefour Lebak Bulus. Dengan lincah dia membantu mendorong troly menyusuri lorong-lorong product display dengan beragam pilihan.
Aim selalu antusias diajak berbelanja!!
Bunda takjub menyadari betapa banyak Brand yang dia kenal
"Bunda beli rinso yang merknya Surf aja, lebih putih lho"
"Bunda beli silverqueen aja…ada hadiahnya lho…"
"Bunda, Aim beli permen kaki ya…"
"Bunda Aim maunya nugget so Good, ada hadiah soccer bean nya".
"Bunda, Aim maunya sabun kodomo !!"
Dia menolak saat Bunda membelikannya sabun Pigeon :-)
Well, Aim sudah kenal Brand. Brand yang sering dia liat di teve.
Aim membantu memilih jeruk. Ikutan menimbang klengkeng. Excited liat ikan hidup di bagian fresh food. Dengan riang gembira Aim menemani Bunda berbelanja.
Sebagai hadiah Bunda menawarinya makan siang “mau KFC apa Popeye ?"
“Popeye aja deh, lebih enak!!”
Duh Aim emang hebat!! Kecil-kecil sudah kenal Brand.
Saturday, July 15, 2006
Abang dan Cewe
Salah seorang teman Iqbal akan pindah untuk mentetap ke Amerika. Seorang Cewe bongsor.Teman-temannya memeluk dan mengucapkan slamat jalan saat hari terakhir mereka bersekolah di kelas 5C.
“kirim-kirim email ya “begitu kata Tasya. Kebetulan Bunda menguping saat menjemput Iqbal. Bunda tersenyum. Wah hebat betul. Masih SD udah email-emailan.
Saat dimobil kutanya Iqbal. "Kamu nggak sedih Debra pindah??"
“ngaklah!! Cewe ini” katanya acuh.
Bunda nyengir.
Ternyata dia belum tertarik untuk bersahabat dengan cewe.
Satu hari nanti Bunda yakin saat itu akan tiba.
“kirim-kirim email ya “begitu kata Tasya. Kebetulan Bunda menguping saat menjemput Iqbal. Bunda tersenyum. Wah hebat betul. Masih SD udah email-emailan.
Saat dimobil kutanya Iqbal. "Kamu nggak sedih Debra pindah??"
“ngaklah!! Cewe ini” katanya acuh.
Bunda nyengir.
Ternyata dia belum tertarik untuk bersahabat dengan cewe.
Satu hari nanti Bunda yakin saat itu akan tiba.
Thursday, July 13, 2006
Aim Hilang!!
Time zone adalah favorite anak-anak. Timezone di Citos adalah yang terdekat. Musim liburan gini ramenya poll!! Beragam game dan ketangkasan ada disana. Diperuntukan untuk anak-anak dengan rentang usia yang lebar. Dari balita hingga remaja.
Aim dan Iqbal yang terpaut usia 6 tahun, punya interest yang berbeda. Karenanya mereka split. Iqbal prefer simulasi kebut-kebutan mobil sama Ayah. Aim lebih senang ngider sama Bunda. Coba beragam mainan berbonus tiket.
Setelah capek kami ketempat Ayah dan Abang. Bunda menitipkan Aim ke Ayah karena mau ke toilet. Timezone memang super bising, no wonder Ayah nggak dengar.
Saat Bunda kembali, Bunda terkejut. Aim hilang !!
Kami panik!! Ayah dan Iqbal segera menyusuri bagian depan Timezone sedang Bunda bagian belakang. Bunda sudah hampir menangis.
Duh ? Aim dimana ??
Untung Bunda menemuka Aim lagi tenang-tenang liat anak-anak sebayanya ngegame. Tidak nangis. Tidak panik. Biasa aja.
Bunda segera berlutut memeluknya.
Justru bunda yang gemetar “Kok Aim pergi nggak bilang Ayah ?" sesalku.
“Habis Aim bosen ngeliatin Abang main” jawabnya innocent.
Ayah bersyukur banget Aim segera ketemu tanpa harus dibantu satpam.
Beginilah suka duka punya anak dengan rentang usia yang jauh.
Mereka punya minat dan berbeda. Jadi Ayah dan Bunda harus selalu siap berbagi team.
Hilangnya Aim di Timezone adalah pelajaran berharga buat kami.
Aim dan Iqbal yang terpaut usia 6 tahun, punya interest yang berbeda. Karenanya mereka split. Iqbal prefer simulasi kebut-kebutan mobil sama Ayah. Aim lebih senang ngider sama Bunda. Coba beragam mainan berbonus tiket.
Setelah capek kami ketempat Ayah dan Abang. Bunda menitipkan Aim ke Ayah karena mau ke toilet. Timezone memang super bising, no wonder Ayah nggak dengar.
Saat Bunda kembali, Bunda terkejut. Aim hilang !!
Kami panik!! Ayah dan Iqbal segera menyusuri bagian depan Timezone sedang Bunda bagian belakang. Bunda sudah hampir menangis.
Duh ? Aim dimana ??
Untung Bunda menemuka Aim lagi tenang-tenang liat anak-anak sebayanya ngegame. Tidak nangis. Tidak panik. Biasa aja.
Bunda segera berlutut memeluknya.
Justru bunda yang gemetar “Kok Aim pergi nggak bilang Ayah ?" sesalku.
“Habis Aim bosen ngeliatin Abang main” jawabnya innocent.
Ayah bersyukur banget Aim segera ketemu tanpa harus dibantu satpam.
Beginilah suka duka punya anak dengan rentang usia yang jauh.
Mereka punya minat dan berbeda. Jadi Ayah dan Bunda harus selalu siap berbagi team.
Hilangnya Aim di Timezone adalah pelajaran berharga buat kami.
Wednesday, July 12, 2006
Tentang Khitan-Abang disunat.
Liburan identik juga dengan musim Khitanan.
Anak-anak menyebutnya Sunat
Iqbal sudah sunat 10 tahun lalu. Saat usianya 1 tahun. Ada kelainan di organ sekresi urinenya itu. Dokter anak RSPI yang pertamakali mengusulkan.
Bunda berusaha menawar “Bagaimana jika ditunda?”
Dokter Hari tersenyum maklum “Saya kirim ke dokter Bedah ya ? minta second opinion”
Lalu dia menulis surat pengantar.
Kami pindah ke dokter bedah. Dokter bedah RSPI itu sudah sangat senior. Setelah memeriksa Iqbal, mengamati hasil lab dan data pendukung lain. Dia sangat merekomendasikan Iqbal untuk sunat. “Jangan ditunda. Kelainan ini sudah menimbulkan infeksi. Jika infeksi sampai ke ginjal, lebih repot lagi” begitu pak dokter bilang.
Seperti yang kami duga. Respon menentang justru dari Orang tuakami. Terlebih Iqbal adalah cucu pertama dari keluarga besar Ayah. "Kasihan nian, masih terlalu kecik".
Tapi kami tidak berani menunda. Kami segera membooking kamar operasi di RSPI. Ya, khitan buat anak diusia dibawah 3 tahun memang harus bius total. Mungkin sunat adalah operasi kecil. Prosedur Anestesi totalnya yang membuat kami cemas
Kami berenam – Ayah Bunda dan semua Kakek Nenek Iqbal - menunggu di luar kamar operasi. Tegang. Mengapa begitu lama ? Mamah sudah menangis. Takut ada apa-apa
Bunda langsung bertanya saat seorang petugas yang keluar dari kamar operasi.
“Mengapa begitu lama ?’
Mereka bilang sedang memprioritaskan seorang anak yan sedang biru, setelah menjalani operasi, entah operasi apa.
Keterangan itu justru membuat kami tidak tenang.
Cuma Sejam. Tapi terasa begitu lama. Akhirnya Iqbalku -bayi yang mungil- di dorong keluar. Masih belum sadar.
“Sudah bisa dibawa pulang .Bu” kata suster.
Bunda terbelalak "Dia belum sadar !! Pastikan dia sadar dan baik-baik saja" kata Bunda galak.
Suster melakukan beberapa prosedur. Tak lama Iqbal sadar, dia menangis keras.
Alhamdulillah, Bunda segera mengendong dan menyusuinya. Saat itu dia memang masih minum ASI.
Epilog
"Kalo Abang sekarang harus sunat. Berani ?" tanyaku pada Iqbal.
Kami baru saja pulang menengok anak tetangga-temen mainnya- yang disunat.
Dia menggeleng ”ngeri”
"Berarti Abang senang dong nggak perlu sunat. Kan udah waktu bayi."
“Nggak seneng juga. Soalnya kata temen-teman kalo sunat dapat duit banyak dari amplop” kata Iqbal innocent.
Bunda terbahak. Dasar anak-anak.
Aim lain lagi .Kalo ditawarin sunat dia ketakutan.
"Kenapa ? "
“soalnya sunatnya pake golok kan Bun ? jeder gitu !!"
Kami terbahak. Ah Aim, lucu banget !!
Anak-anak menyebutnya Sunat
Iqbal sudah sunat 10 tahun lalu. Saat usianya 1 tahun. Ada kelainan di organ sekresi urinenya itu. Dokter anak RSPI yang pertamakali mengusulkan.
Bunda berusaha menawar “Bagaimana jika ditunda?”
Dokter Hari tersenyum maklum “Saya kirim ke dokter Bedah ya ? minta second opinion”
Lalu dia menulis surat pengantar.
Kami pindah ke dokter bedah. Dokter bedah RSPI itu sudah sangat senior. Setelah memeriksa Iqbal, mengamati hasil lab dan data pendukung lain. Dia sangat merekomendasikan Iqbal untuk sunat. “Jangan ditunda. Kelainan ini sudah menimbulkan infeksi. Jika infeksi sampai ke ginjal, lebih repot lagi” begitu pak dokter bilang.
Seperti yang kami duga. Respon menentang justru dari Orang tuakami. Terlebih Iqbal adalah cucu pertama dari keluarga besar Ayah. "Kasihan nian, masih terlalu kecik".
Tapi kami tidak berani menunda. Kami segera membooking kamar operasi di RSPI. Ya, khitan buat anak diusia dibawah 3 tahun memang harus bius total. Mungkin sunat adalah operasi kecil. Prosedur Anestesi totalnya yang membuat kami cemas
Kami berenam – Ayah Bunda dan semua Kakek Nenek Iqbal - menunggu di luar kamar operasi. Tegang. Mengapa begitu lama ? Mamah sudah menangis. Takut ada apa-apa
Bunda langsung bertanya saat seorang petugas yang keluar dari kamar operasi.
“Mengapa begitu lama ?’
Mereka bilang sedang memprioritaskan seorang anak yan sedang biru, setelah menjalani operasi, entah operasi apa.
Keterangan itu justru membuat kami tidak tenang.
Cuma Sejam. Tapi terasa begitu lama. Akhirnya Iqbalku -bayi yang mungil- di dorong keluar. Masih belum sadar.
“Sudah bisa dibawa pulang .Bu” kata suster.
Bunda terbelalak "Dia belum sadar !! Pastikan dia sadar dan baik-baik saja" kata Bunda galak.
Suster melakukan beberapa prosedur. Tak lama Iqbal sadar, dia menangis keras.
Alhamdulillah, Bunda segera mengendong dan menyusuinya. Saat itu dia memang masih minum ASI.
Epilog
"Kalo Abang sekarang harus sunat. Berani ?" tanyaku pada Iqbal.
Kami baru saja pulang menengok anak tetangga-temen mainnya- yang disunat.
Dia menggeleng ”ngeri”
"Berarti Abang senang dong nggak perlu sunat. Kan udah waktu bayi."
“Nggak seneng juga. Soalnya kata temen-teman kalo sunat dapat duit banyak dari amplop” kata Iqbal innocent.
Bunda terbahak. Dasar anak-anak.
Aim lain lagi .Kalo ditawarin sunat dia ketakutan.
"Kenapa ? "
“soalnya sunatnya pake golok kan Bun ? jeder gitu !!"
Kami terbahak. Ah Aim, lucu banget !!
Saturday, July 08, 2006
Missing U
Libur sekolah. Aim pergi ke Palembang sama Ayah. Menghadiri resepsi perkawinan sepupu Ayah. Bunda tidak ikut karena sibuk Ujian. Iqbal prefer dirumah sama Bunda.
Jadilah Aim pergi sama Ayah.
Baru semalam. Tapi Bunda merasa rumah kok hening banget.
Bunda sih terbiasa Ayah pergi for Business Travelling
Tapi Aim? Ih, baru kali ini dia meninggalkan Bunda. Biasanya sih Bunda yang ninggalin Aim ke luarkota.
Aim baru pergi semalam. Tapi Bunda sudah merasa rumah jadi sepi tanpa hadirnya.
Tidak terdengar teriakan yang lantang “Mbak Isti !! minta susu!!
Tidak terdengar pertengkarannya dengan Iqbal “Abang nakal !! Huh Abang nakal!!
Tidak terdengar pintanya yang manja “Bunda, kita kapan ke Pondok Indah Mall nya ?”
Tidak terdengar suaranya sing along bersama Barney di DVD
Mainan tidak bertebaran. Buku gambar tidak berserakan.
Mbak Leha jadi nganggur. Apa yang mau diberesin ?
Karena jagoan cilik itu lagi pergi ke Palembang.
Saat Bunda men-sms Ayah menanyakan Aim. Ayah justru mengoda.
“Lho piye tho ? katanya mau nyekolahin Aim ke Sing ? Baru pergi sehari udah dikangenin”
"Aim..Aim.." Temannya memanggil dari balik pagar. Mereka mau main sama Aim. Mbak Isti menyahuti
"Aim ke palembang. Hari senin baru pulang… "
Anak itu berlalu -bersama pengasuhnya -dengan kecewa.
Ah. Aim…Disaat Abang sudah bisa anteng.Duduk manis depan teve, main gameboy atau baca BOLA. Kamulah sumber keceriaan dirumah ini. Rumah Sepi tanpa kelucuan Aim.
Jangan Nakal di Palembang ya Sayang…… Bunda kangen !!
Jadilah Aim pergi sama Ayah.
Baru semalam. Tapi Bunda merasa rumah kok hening banget.
Bunda sih terbiasa Ayah pergi for Business Travelling
Tapi Aim? Ih, baru kali ini dia meninggalkan Bunda. Biasanya sih Bunda yang ninggalin Aim ke luarkota.
Aim baru pergi semalam. Tapi Bunda sudah merasa rumah jadi sepi tanpa hadirnya.
Tidak terdengar teriakan yang lantang “Mbak Isti !! minta susu!!
Tidak terdengar pertengkarannya dengan Iqbal “Abang nakal !! Huh Abang nakal!!
Tidak terdengar pintanya yang manja “Bunda, kita kapan ke Pondok Indah Mall nya ?”
Tidak terdengar suaranya sing along bersama Barney di DVD
Mainan tidak bertebaran. Buku gambar tidak berserakan.
Mbak Leha jadi nganggur. Apa yang mau diberesin ?
Karena jagoan cilik itu lagi pergi ke Palembang.
Saat Bunda men-sms Ayah menanyakan Aim. Ayah justru mengoda.
“Lho piye tho ? katanya mau nyekolahin Aim ke Sing ? Baru pergi sehari udah dikangenin”
"Aim..Aim.." Temannya memanggil dari balik pagar. Mereka mau main sama Aim. Mbak Isti menyahuti
"Aim ke palembang. Hari senin baru pulang… "
Anak itu berlalu -bersama pengasuhnya -dengan kecewa.
Ah. Aim…Disaat Abang sudah bisa anteng.Duduk manis depan teve, main gameboy atau baca BOLA. Kamulah sumber keceriaan dirumah ini. Rumah Sepi tanpa kelucuan Aim.
Jangan Nakal di Palembang ya Sayang…… Bunda kangen !!
Friday, July 07, 2006
Si Item
Pernah Iqbal digoda sepupunya. Cewe ABG bermata sipit berkulit putih, khas palembang
“Iqbal, kamu kok imut sih ?” kata Zahra.
“Masa ?” Pasti iseng nih, pikir Iqbal
“Iya..Item mutlak” sahut Zahra sambil terbahak
Kami semua tertawa mendengar istilah baru ABG itu.
Kemarin Bunda malas parkir. Pelan-pelan karimun Bunda menelusuri halaman sekolah Iqbal yang dipenuhi anak-anak. Sekolah baru saja bubar. Nah itu dia !! Iqbal sedang berjalan ke gerbang bersama teman-teman sekelasnya. Cowo dan cewe.
Bunda mengklakson dan melambai. Iqbal lari dan segera masuk mobil . Jalan depan sekolah macet. Mobil kami ikut merayap. Teman-teman Iqbal yang sedang menuju tempat parkir, lewat dekat mobil kami sambil meledek. Berseru-seru "Item Eh..si Item!!”
Iqbal cuman nyengir dan ketawa-tawa. Dia melambai-lambai.
“ Siapa yang dimaksud si Item?” tanyaku.
“Abang” kata Iqbal “ temen-temen emang biasa ledek-ledekan gitu Bun!!"
“Emang kamu paling item di kelas ?”
“Ya sih “ katanya jujur. Skin tone Iqbal memang gelap. Sawo matang yang gelap
Aku jadi inget masa kecilku. Aku juga dipanggil si item sama temen-temen
"Cuek aja lah Bang…mereka pasti cuman becanda"
“Abang juga tahu, Bun. Lagian emang Iqbal Item kok” sahut Iqbal percaya diri
Well, Bunda senang Iqbal punya self esteem.
“Iqbal, kamu kok imut sih ?” kata Zahra.
“Masa ?” Pasti iseng nih, pikir Iqbal
“Iya..Item mutlak” sahut Zahra sambil terbahak
Kami semua tertawa mendengar istilah baru ABG itu.
Kemarin Bunda malas parkir. Pelan-pelan karimun Bunda menelusuri halaman sekolah Iqbal yang dipenuhi anak-anak. Sekolah baru saja bubar. Nah itu dia !! Iqbal sedang berjalan ke gerbang bersama teman-teman sekelasnya. Cowo dan cewe.
Bunda mengklakson dan melambai. Iqbal lari dan segera masuk mobil . Jalan depan sekolah macet. Mobil kami ikut merayap. Teman-teman Iqbal yang sedang menuju tempat parkir, lewat dekat mobil kami sambil meledek. Berseru-seru "Item Eh..si Item!!”
Iqbal cuman nyengir dan ketawa-tawa. Dia melambai-lambai.
“ Siapa yang dimaksud si Item?” tanyaku.
“Abang” kata Iqbal “ temen-temen emang biasa ledek-ledekan gitu Bun!!"
“Emang kamu paling item di kelas ?”
“Ya sih “ katanya jujur. Skin tone Iqbal memang gelap. Sawo matang yang gelap
Aku jadi inget masa kecilku. Aku juga dipanggil si item sama temen-temen
"Cuek aja lah Bang…mereka pasti cuman becanda"
“Abang juga tahu, Bun. Lagian emang Iqbal Item kok” sahut Iqbal percaya diri
Well, Bunda senang Iqbal punya self esteem.
Tuesday, July 04, 2006
Holiday is Back, Superman Return
Libur sekolah selalu identik dengan penuhnya tempat-tempat wisata. Anak-anak yang berlarian di mall,dan antrian panjang di bioskop. Anak-anak dan ABG. Persis kayak rombongan piknik sekolah.
Minggu sore jam lima Bunda sudah antri.Anak-anak masih dirumah. Jika sudah pasti dapat tiket baru mereka dijemput. Menghindari mereka bosan menunggu di mall. Studio 1 jam 7 habis. Wah terpaksa yang studio2 jam 8 nih. Sampai depan loket Bunda terkejut.
“tinggal 2 Bu" kata petugas sambil menunjuk dua kusi paling depan di layar computer.
What ?! Bunda butuh lebih dari 2 ticket karena Abang mau mengajak temannya.“Beli yang besok aja deh. Nomat kan ?? “
Akhirnya Bunda mendapat 5 tiket superman untuk hari senin, jam 4.
Hari senin jam 3.30 kami sudah sampai 21 PIM, di kaca tiket box tertulis studio satu untuk jam 1,3 dan 5 sudah sold out , demikian juga studio 2 untuk jam 2 dan jam 4 habis. Padahal masih panjang antrian. Pasti untuk jam tayang malam. Maklum Nomat. Semua orang pengin nonton hemat. Wah, hebat betul ya Superman ??
Sepanjang film Abang yang duduk disebelah Bunda banyak bertanya kritis, mengapa Superman tidak terbakar saat melintasi atmosfer bumi?? Well, namanya juga film anak-anak. Semua umur. Ini hiburan semata.
Sebetulnya kalo dipikir lagi Superman adalah film yang tanggung. Terlalu lambat untuk anak-anak yang mengharapkan banyak action, mereka tidak perduli dengan complicated love story antara superman dengan ms. Lois Lane yang menyita hampir separo film. Sedang buat orang dewasa,nonton superman kayak makan kerupuk.Enteng.Tidak berkesan Soalnya kita semua sadar film ini pasti digarap dengan animasi computer yang cangih. Nonton Superman cuman mengembalikan kenangan akan masa kanak-kanak.
Sayang banget jagoan berkostum tight itu ternyata cuma hebat di promosi...Soal filmnya sih... STD banget !! Nggak sebanding sama usaha cari tiketnya :-)
Minggu sore jam lima Bunda sudah antri.Anak-anak masih dirumah. Jika sudah pasti dapat tiket baru mereka dijemput. Menghindari mereka bosan menunggu di mall. Studio 1 jam 7 habis. Wah terpaksa yang studio2 jam 8 nih. Sampai depan loket Bunda terkejut.
“tinggal 2 Bu" kata petugas sambil menunjuk dua kusi paling depan di layar computer.
What ?! Bunda butuh lebih dari 2 ticket karena Abang mau mengajak temannya.“Beli yang besok aja deh. Nomat kan ?? “
Akhirnya Bunda mendapat 5 tiket superman untuk hari senin, jam 4.
Hari senin jam 3.30 kami sudah sampai 21 PIM, di kaca tiket box tertulis studio satu untuk jam 1,3 dan 5 sudah sold out , demikian juga studio 2 untuk jam 2 dan jam 4 habis. Padahal masih panjang antrian. Pasti untuk jam tayang malam. Maklum Nomat. Semua orang pengin nonton hemat. Wah, hebat betul ya Superman ??
Sepanjang film Abang yang duduk disebelah Bunda banyak bertanya kritis, mengapa Superman tidak terbakar saat melintasi atmosfer bumi?? Well, namanya juga film anak-anak. Semua umur. Ini hiburan semata.
Sebetulnya kalo dipikir lagi Superman adalah film yang tanggung. Terlalu lambat untuk anak-anak yang mengharapkan banyak action, mereka tidak perduli dengan complicated love story antara superman dengan ms. Lois Lane yang menyita hampir separo film. Sedang buat orang dewasa,nonton superman kayak makan kerupuk.Enteng.Tidak berkesan Soalnya kita semua sadar film ini pasti digarap dengan animasi computer yang cangih. Nonton Superman cuman mengembalikan kenangan akan masa kanak-kanak.
Sayang banget jagoan berkostum tight itu ternyata cuma hebat di promosi...Soal filmnya sih... STD banget !! Nggak sebanding sama usaha cari tiketnya :-)
Sunday, July 02, 2006
Rapor dari Kelas Para Bintang
Kalo Real Madrid punya julukan Los Galacticos alias club para bintang, begitu juga dengan kelas Iqbal. Kelas 5C yang Istimewa. Kelas unggulan. Kelas para Bintang. Karena disanalah juara-jura dari kelas empat sebelumnya berkumpul.
“Secara umum nilai Iqbal stabil, Bu. Tapi karena teman-temannya prestasinya meningkat.–terutama yang perempuan-Iqbal secara rangking merosot tajam.”
Bunda mengangguk tanda maklum. Sejak dia sekelas bersama para bintang, Bunda memang tidak berharap banyak akan ranking. Dia bisa belajar bareng para bintang itu saja sudah membuatku senang.
Dibandingkan nilai rata-rata kelas. Dia hanya unggul di Matematika. Untuk IPA dan Agama beda-beda tipis. Sedang untuk Bahasa Indonesia, English, IPS, Al Quran, Olahraga Tertinggal lebih dari 0.5 point. Rupanya rata-rata delapan point satu bukan hal yang mengesankan untuk kelas unggulan itu. Memang setau Bunda, anak yang ranking satu punya rata-rata kelas nyaris 9. Wow? persaingan yang luarbiasa!!
Apapun hasilnya. Bunda tetap bangga pada Iqbal.
Bunda lanjut ngobrol dengan ibu-ibu lain
Mama Andri bilang “Wah Andri seneng banget nilai keseniannya bisa diatas rata-rata. Sebab dia selama ini kurang di kesenian dan olahraga.
Bunda menggoda " tapi kan nilai Matematika, IPA, IPS, dan yang lain jauh diatas rata-rata kan ? jadi bisa cover" Andri adalah bintang paling cemerlang. Dia kutu buku. Juara 1.
"Wah kalo anak gue kebalik. Malah bagus di kesenian, Olahraga, lumayan bisa cover Matematika dan IPA-nya" kata mama Indira.
"Iqbal Gimana ?" tanya mereka.
"Anak gue cuma unggul di matematika, sisanya dibawah rata-rata. Gue maklumlah ini kan kelas para bintang" kataku.
Kami tertawa Kami saling menyemangati. Kami sadar masing-masing anak punya kelebihan dan kekurangan. Masing-masing anak punya keistimewaan dan keunggulan tersendiri.Itulah sebabnya mereka bergabung di kelas ungulan 5C. Kelas Para Bintang.
“Secara umum nilai Iqbal stabil, Bu. Tapi karena teman-temannya prestasinya meningkat.–terutama yang perempuan-Iqbal secara rangking merosot tajam.”
Bunda mengangguk tanda maklum. Sejak dia sekelas bersama para bintang, Bunda memang tidak berharap banyak akan ranking. Dia bisa belajar bareng para bintang itu saja sudah membuatku senang.
Dibandingkan nilai rata-rata kelas. Dia hanya unggul di Matematika. Untuk IPA dan Agama beda-beda tipis. Sedang untuk Bahasa Indonesia, English, IPS, Al Quran, Olahraga Tertinggal lebih dari 0.5 point. Rupanya rata-rata delapan point satu bukan hal yang mengesankan untuk kelas unggulan itu. Memang setau Bunda, anak yang ranking satu punya rata-rata kelas nyaris 9. Wow? persaingan yang luarbiasa!!
Apapun hasilnya. Bunda tetap bangga pada Iqbal.
Bunda lanjut ngobrol dengan ibu-ibu lain
Mama Andri bilang “Wah Andri seneng banget nilai keseniannya bisa diatas rata-rata. Sebab dia selama ini kurang di kesenian dan olahraga.
Bunda menggoda " tapi kan nilai Matematika, IPA, IPS, dan yang lain jauh diatas rata-rata kan ? jadi bisa cover" Andri adalah bintang paling cemerlang. Dia kutu buku. Juara 1.
"Wah kalo anak gue kebalik. Malah bagus di kesenian, Olahraga, lumayan bisa cover Matematika dan IPA-nya" kata mama Indira.
"Iqbal Gimana ?" tanya mereka.
"Anak gue cuma unggul di matematika, sisanya dibawah rata-rata. Gue maklumlah ini kan kelas para bintang" kataku.
Kami tertawa Kami saling menyemangati. Kami sadar masing-masing anak punya kelebihan dan kekurangan. Masing-masing anak punya keistimewaan dan keunggulan tersendiri.Itulah sebabnya mereka bergabung di kelas ungulan 5C. Kelas Para Bintang.
Saturday, July 01, 2006
Good Luck Son!!
Rapor Aim dibagikan berasama dengan hasil karyanya selama bersekolah di Tk Adhyaksa. Mengambar, mengisi pola, merobek, mencap, membatik, dan lain-lain. Semua Bagus. Menurut apa yang tercantum di rapor Aim sudah bisa menyebutkan ciptaan Tuhan, mudah bergaul, bisa bercerita, menyusun puzzle, menari, dan mengambar bebas. Semuanya Bagus.
“Kalo lagi nggak mood Aim suka nggak mau nyelesaiin tugasnya, bu” begitu kata bu Guru "Kalo soal keberanian dan kemandirian sih, dia bagus. Diatas rata-rata temannya”
Bunda cuma tersenyum saat bu Guru bilang ada juga masa-masa Aim bertengkar dengan teman-temannya. Tapi bu Guru maklum kok. Namanya juga anak-anak.
Yang membuatku terharu adalah comment Ms. Andri-His English Teacher -yang tercantum di report curricular program Aim
Aim, you a nice boy. You get good score in this semester. I hope you will be better in the next class. Good luck Boy!!
"Tahun depan mohon lebih serius ya Bu, TKB kan persiapan masuk SD. Jangan sering telat dan bolos " Begitu pesan akhir bu Guru. Ih, Bunda jadi malu. Selama ini Bunda memang tidak pernah mendisiplinkan Aim untuk sekolah. Dia sekolah tergantung mood. No wonder sering telat dan Bolos.
Memenuhi pesan Ms. Andri, Bunda juga berharap Aim bisa lebih rajin di kelas berikutnya. Good Luck , son!!
“Kalo lagi nggak mood Aim suka nggak mau nyelesaiin tugasnya, bu” begitu kata bu Guru "Kalo soal keberanian dan kemandirian sih, dia bagus. Diatas rata-rata temannya”
Bunda cuma tersenyum saat bu Guru bilang ada juga masa-masa Aim bertengkar dengan teman-temannya. Tapi bu Guru maklum kok. Namanya juga anak-anak.
Yang membuatku terharu adalah comment Ms. Andri-His English Teacher -yang tercantum di report curricular program Aim
Aim, you a nice boy. You get good score in this semester. I hope you will be better in the next class. Good luck Boy!!
"Tahun depan mohon lebih serius ya Bu, TKB kan persiapan masuk SD. Jangan sering telat dan bolos " Begitu pesan akhir bu Guru. Ih, Bunda jadi malu. Selama ini Bunda memang tidak pernah mendisiplinkan Aim untuk sekolah. Dia sekolah tergantung mood. No wonder sering telat dan Bolos.
Memenuhi pesan Ms. Andri, Bunda juga berharap Aim bisa lebih rajin di kelas berikutnya. Good Luck , son!!
Subscribe to:
Posts (Atom)