"Iqbal permata hati Bunda", begitu Bunda bilang kemarin sebelum tidur. Aim mendengar,dengan enteng dia bilang"kalo Aim permata hati Ayah". Hm, Bunda jadi ingat sebuah lamunan berikut
RSPI. Dua puluh tahun dari sekarang. 2026. Bunda terbaring di sebuah kamar VIP. Dying.Kemarin Bunda pingsan dirumah dan ayah segera membawaku keRSPI. Selain infus, begitu banyak peralatan kedokteran canggih menempel ditubuhku,untuk memonitor kondisiku.
Sebuah sosok menerobos masuk.Jangkung dan sawo matang.Matanya. hidungnya.Ah. setelah dewasa memang Iqbal begitu mirip oom Bram.
Dia memelukku yang terbaring sakit.Berkaca kaca. Bunda jadi teringat kata katanya saat dia kecil "Bunda jagan mati. Nggak boleh mati". Hm,Bunda sudah lama sakit, Nak. Mungkin kini saatnya Bunda pergi...
Iqbalku yang sudah dewasa berusaha tabah. Dia baru saja datang dari Singapore. Disanalah dia bekerja sebagai designer pesawat terbang. Dari airport dia langsung ke RSPI. Iqbal tanya"Ayah kemana?"
"Ketemu dokter" bisikku lirih sambil memandangi permata hatiku yang sudah dewasa itu lekat lekat.
"Aim mana ?" tanyanya heran..Aim tinggal di Jakarta,tapi dia tidak hadir disini. Aim tidak ada dikamar ini. Aku mengeleng lemah" Dia sibuk.Ayah udah kasih kabar sejak kemarin bunda masuk UGD".
Iqbal marah.Itu terlihat dari raut mukanya. Dia segera menelphon aim. Anehnya, aku bisa mendengar percakapan mereka
"Aim kamu keterlaluan.Bunda sakit keras kok kamu belum kesini?!"
"Aku di Surabaya Bang. Banyak masalah. klienku rewel. artisnya banyak tingkah"
Well,kalo Iqbal bekerja di perusahaan besar international. Aim merintis jadi entrepreneur bersama teman temannya..Ayah memodalinya usaha event organizer yang banyak menghandle product launch. promosi. artis performance.Kegiatan Branding dan dunia hiburan yang diminatinya sejak kecil.
Iqbal makin marah.dia mengomel panjang."Aim.kamu kebangetan!! masa kamu lupa saat kita kecil Bunda selalu merawat kalo kita sakit. Bunda nggak tidur semalaman kalo kita deman.Menunggu dirumahsakit.Menyusui.Menyuapi.Mengendong.Memeluk sepanjang malam..kamu keterlaluan!!" Iqbal berseru jengkel lewat telp.
Bisa kudengar Aim tertawa mengejek. "Abang justru yang lupa.semua yang Abang sebut adalah tentang Bunda dan Abang. Aku ingat kok. yang mengendongku mbak Mini. yang menyuapiku mbak Watiek.yang menemaniku inhalasi saat sakit mbak Isti.semua mbak Isti. mbak Isti. mbak Isti!!..Bunda cuma sibuk dikantor!"
Hatiku mencelos. Ugh!! .Aim benar. saat Iqbal kecil Bunda memang full time mother. Bunda merawat dan mengasuh Iqbal kecilku tanpa baby sitter.
Berbeda dengan masa balita Aim. Aku memberinya ASI, tapi tidak sampai 2 tahun seperti Abang.Aku memeluknya, tapi tidak sesering Abang. Aku menyuapinya, tapi tidak setelaten Abang. Aku mengendongnya, tapi tidak seintens abang. Lebih banyak Mini,Watiek dan Isti yang melakukan tugas sebagai ibu buat Aim. Bunda terlalu sibuk dikantor!!
Dan kelak, RSPI tahun2026.Menjadi saksi terlambatnya kesadaranku. Betapa memang dedikasi dan prioritasku untuk Abang lebih baik dibandingkan untuk Aim. Menunjukkan hasil yang pantas. Iqbal memberikan prioritas saat aku dying,sedang Aim tidak. Gubrak!! Betapa mengerikan bayangan itu. Buru buru kutepis pergi lamunan tentang masa depan itu.
Back to kini 2006..saat Aim berumur 5.5 tahun. Bunda berusaha mengambil hatinya "Besok sekolah antar bunda ya"
"Nggak!! Aim maunya antar Ayah aja" jawabnya acuh. Walau kecewa karena ditolak.Bunda memeluknya.Bunda mencium pipinya.Ah, Aim. Beri bunda kesempatan.Nak. Bunda tidak ingin bayangan RSPI tahun 2026 jadi kenyataan...
No comments:
Post a Comment