Hari itu jadwalnya Iqbal naik jemputan pulang sekolah. Makanya Bunda heran kok sore itu dia menelphon. Apakah dia minta dijemput ? Apakah jemputannya mogok ? Apakah supir jemputannya sakit ? Bunda menyimak baik-baik
"Bun, mau pegi kuliah ya ?"
"Iya..bentar lagi...Abang sampe mungkin Bunda dah jalan"
"Kenapa ? apa harus dibeli " Ugh!! Moga-moga bukan hal yang mendesak dan susah didapat buat tugas sekolahnya.
"Kelas Iqbal mau kunjungan ke Kantor Pos minggu depan. Dari sekarang suruh bikin surat buat di pos-in dari sana."
"Trus disuruh beli amplop dan perangko ?" tebakku.
"Bukan. Itu sih bisa ntar. masih minggu depan. Tapi Iqbal nggak bisa nulis surat. Nanti Bunda ajarin ya ?" katanya penuh harap.
Gubrak!! Bunda tertawa.
Seumur dia-kelas 6- Bunda sudah banyak punya sahabat pena. Nulis surat itu perlu diajarain ya ? bukannya nulis surat adalah sesuatu yang personnal ? tiap pribadi, tiap orang punya gaya menulis surat yang berbeda. Di jaman sms dan email sudah begitu membanjir. Menulis surat sudah nyaris terlupakan. No wonder, seperti yang Iqbal bilang, dia nggak bisa nulis surat. Kalo nulis sms sih jago :-)
"Iya nanti Bunda ajarin, tapi Bunda nggak mau bikinin lho!!" Ugh!! Bunda teringat beberapa Pe-eR meringkas bacaan, mengarang sajak dan membuat cerita yang selalu butuh campur tanganku. Iqbal blas nggak punya sense buat menulis!!
Makanya kalo ada tugas begituan, dia selalu ingat Bunda. Thanks buat Bu Guru yang masih mengangap ketrampilan menulis surat itu penting :-D
No comments:
Post a Comment