Hari senin itu peugeot kami penuh sesak melaju di Tol TB simatupang menuju asramhaji pondok gede. Seoarang supir. Ayah Bunda . Abang Aim. Uti dan Kung Jambi. Bagasi mobil penuh dengan 2 koper besar dan 2 travel bag kecil berlogo garuda indonesa.
Jam 6.30 kami saudah tiba di halaman parkir pondok gede. Beberapa tahun terakhir Asrama Haji pondok gede menerapkan aturan yang ketat. Pengantar hanya boleh sampai dihalaman parkir. Koper besar segera di turunkan dan dibawa supir kami ke loket penerimaan koper oleh Garuda. Disana sudah siap petugas angkut dengan trolley nya yang besar. Dua Koper besar masuk duluan dengan mulus.
Walau semalam hujan airmata sudah membanjir saat kami berpamitan dirumah. Kali ini Ayah Bunda tetap tidak kuasa menahan tangis. Duh ? berpisah dengan anak anak..Why so hard ??
Iqbal menangis tersedu sedu. Dengan seragam putih putih dan sepatu hitam sekolahnya dia menangis memeluk bunda. Aim yang ikut mengantar walau belum mandi lebih cool – mungkin belum terlalu mudeng bahwa kami akan pergi lama. Aim mencium Ayah dan Bunda lekat lekat. Berkali-kali. Duh Aim? Duh Abang ?? Why so hard ??.
Menit demi menit berlalu Tidak mungkin berlama-lama bertangisan di halaman parkir. Banyak mobil yang baru datang dan akan parkir. Ayah Bunda segera menjinjing travel bag masing masing, dan berjalan masuk halaman asrama. Bunda tidak berani menengok kebelakang. Bunda berasa berat meninggalkan mereka.
Bayangan Iqbal yang menangis tersedu sedu. Dengan seragam putih putih dan sepatu hitam sekolahnya. Sering terlintas di benak Bunda. Di madinah. Di Mekah dan di Arafah. Hati hati ya Bang…baik baik ya Aim….We love you….we love you so much…
1 comment:
Well written article.
Post a Comment