"Bang, kalo Bunda dah di tanah Suci, kamu minta ditelp ... berapa kali seminggu..."
"Delapan!!" kaya Iqbal innocent
What ?! Delapan kali kan artinya tiap hari plus bonus ada yang sehari dua kali. Ah, Iqbal ada ada aja. "Telp nggak mungkin tiap hari. SMS aja..kalo SMS boleh sering sering ya..." Well, takutnya udah janji telp tapi kami tak bisa menepati kan nanti dia sedih.
Begitulah, Kalo Ayah lebih sering meng-SMS Ibunya alias mertuaku yang menunggu anak -anak dirumah untuk mengechek kabar. Aku lebih sering meng-SMS Iqbal.
"Ada kabar apa Bang ? Adik Sehat ? bla..bla..bla" Well, aku memang punya kebiasaan nulis sms panjang panjang. Space yang ada dimaksimalkan. Iqbal cuma menjawab pendek "Sehat"
"Gimana pesantren kilatnya Bang, enak ? bla..bla..bla" begitu sms ku yang lain
Iqbal cuma menjawab pendek "Enak"
"Jangan Lupa minta Uti ambil Raport ya...bla..bla..bla" kali lain aku mengirim sms begitu
Lagi lagi Iqbal cuma menjawab "Ya"
Duh, Abang?! Irit kata banget sih ? Akhirnya kutegur dia lewat SMS
"Kalo kirim SMS jangan satu kata terus, bilang ada kabar apa... Satu kata atau satu kalimat toh biayanya sama..bla..bla.." Aku membatin, bagaimana pun SMS Saudi-Jakarta tidaklah murah, masak nggak cuma ngirim satu kata?? Iqbal ku tersayang itu cuma merespon "Ya"
Uhm, sutralah.... satu kata juga cukup berharga buatku. Paling tidak aku tahu dia dan adiknya baik baik saja. Dia memang lebih senang ditelp.
"Gimana disana Bun ?
"makannya enak nggak ?"
"kebab itu kayak apa sih ?"
"Udah liat Onta belum ? "
Well, dia memang lebih "bunyi" ditelp.
Uhm sutralah. SMS satu kata dari Abang, sudah cukup menghiburku. Paling tidak aku tahu dia dan adiknya baik baik saja
No comments:
Post a Comment