Monday, May 22, 2006

Jago Matematika

“Piala apa nih Bang ?’ tanyaku sambil melihat piala baru dirumah. Saat itu Aku baru saja pulang dari kantor .Ini adalah Piala ketiga milik Iqbal.
"Cerdas cermat matematika “ sahutnya acuh.
“Kapan lombanya?”
“kemaren”
“Bagus juga”kataku enteng sambil berlalu ke kamar.
Kunjungan retail seharian tadi benar-benar membuatku capek!

Beberapa minggu berlalu. Aku duduk dikantin sekolah Iqbal. Barusan bayar SPP. Aku akan beranjak ke kantor saat seorang Ibu menyapa
“Mama Iqbal ? “ tanyanya
Aku mengangguk “Bunda Iqbal” Kataku tersenyum.mengoreksi.
“Ah ya….Iqbal itu hebat ya, Mbak”
Aku bengong. Ibu ini ngomong tentang apa sih ?
“Maksudnya ?” tanyaku kikuk
“Mbak nggak tau ?” Dia terlihat heran.
Aku mengeleng . Terselip rasa bersalah.

Ibu tadi lalu bercerita. Beberapa Minggu lalu pak guru kelas 6A marah. Beliau menulis soal di papan tulis. Sudah lima-enam anak dipanggil kedepan dan tidak satupun yang bisa mengerjakan. Pak guru jengkel, sebab mereka sedang mereview pelajaran kelas IV. Mengapa sudah kelas VI tapi tidak bisa mengerjakannya ?
Pak guru tersebut lalu menyuruh sang ketua kelas dengan perintah specific : pergi ke kelas IVD. Jemput seorang anak yang kemarin juara lomba cerdas cermat matematika. Namanya : IQBAL.

Aku menatap tak percaya. Ibu tersebut melanjutkan.
Iqbal mengerjakan soal di papan tulis dengan benar.
Didepan murid-murid kelas VI.. Pak guru kelas VI memujinya. kejadian ini dibicarakan dari mulut ke mulut.
Sejak itu. Dia jadi popular.
Aku tertegun! Kuucapkan terimakasih.
Ibu itu membalas dengan senyum tulus.


Malam harinya kuklarifikasi cerita itu
Iqbal cuman mengangguk acuh
"Kok Iqbal bisa?"
"Itu kan emang pelajaran kelas IV, Bun"
"Lha emang Iqbal nggak grogi ? didepan anak kelas VI gitu ? "
"Ya grogi sih. Tapi untung bener ya Bun"
Kupeluk Iqbal. Maafkan Bunda Nak.
Kalo saja aku punya banyak waktu,
Tentu Bunda tau lebih awal tentang kejadian istimewa ini.

Bunda benar-benar bangga pada Iqbal.


Epilog

Iqbal memang jago matematika. Tapi dia kartu mati di bahasa Indonesia. Seringkali dia mengeluh jika ada tugas meringkas cerita. Apalagi jika tugas mengarang bebas. Dia benar-benar mati angin.
Tidak pernah ada ide untuk mulai menulis sesuatu.

Sampai suatu saat bunda membelikannya diary,
"Buat apa ?" Tanya Iqbal
"Ya buat nulis"
"Nulis apa ?" tanyanya lagi
"Nulis apa aja. Misalnya hal-hal Yang lucu dan berkesan disekolah. Gampang kan ?" Kataku memotivasi.

Sejauh ini hanya satu moment yang ditulis, Cuma beberapa baris. bunyinya
Ada kejadian lucu di sekolah,
Si Rifkia pergi ke WC, dari WC resletingnya lupa ditutup.
Si Andri ngasih tau. sekelas ketawa semua.
Aku tersenyum membacanya.

Tak ada lagi cerita berikutnya
Saat kutanya "kenapa ?”
Dia hanya menjawab “ Malas !! kayak cewe aja nulis diary"
Dasar anak-anak!!

No comments: