Tuesday, August 21, 2007

Matahari Hatiku..

Tahun ajaran baru sudah dimulai juli lalu

Smoothkah? Tidak Juga. Awal sekolah, pagi hari selalu diwarnai dengan debat “siapa diantar duluan ?”. Matahari pagi seakan menularkan semangat anak anak pergi sekolah.

Abang yang lebih antusias sekolah ngga pengin telat, disatu sisi sekolah Aim lebih jauh dan berlawanan arah dengan sekolah Abang. Abang ke Ciputat. Sedang Aim ke pondok pinang. Bunda Pusing!! Sepertinya perkara selepe, tapi Bunda tak ingin salah satu merasa di'anak tiri'-kan.

Awalnya kami prioritaskan Abang. Jadinya Bunda dengan tebal muka beberapa kali mengantar Aim yang telat ke kelas Belum lagi Aim bete habis kalo jalan padat merayap. Kadang kita sampai turun sebelum sampai sekolah dan jalan kaki,soalnya mobil ngga bisa tembus kemacetan. Piuh! Lama lama Aim ngambek, untung ngak sampe mogok sekolah..

Satu pagi – jam enam dari rumah- dicoba rute baru Aim diantar duluan. Dengan cemberut Abang patuh kata Bunda. Alhamdulillah nggak telat. Cuman Bunda aja mondar mandir kayak setrikaan soalnya kantor Bunda sebetulnya deket banget sama sekolah Aim. Tapi kalo Bunda di drop setelah Aim…waaah bisa bisa Abang ngamuk karena telat.

Berkali kali uji coba begitu, keduanya ngga telat. Namun emang Aim terpaksa datang pagi banget sedang Abang selalu pas pasan. How about Bunda? At the end ternyata paling enak dengan kondisi ini. Anak anak cukup berangkat sendiri sama supir. Antar Aim lalu Abang trus pulang lagi karena sekolah Abang memang lebih dekat ke rumah

Jadi Bunda sekarang nggak perlu buru buru pergi pagi. Setengah delapan dari rumah juga masih bisa nyampe kantor tanpa telat Uhm Thanks Kids. Belajar yang rajin ya, sayang...Love and proud of you both!! You’re the sunshine of my life

…Matahari hatiku…
Membuat cerah…Hari hari sedihku..

Monday, August 20, 2007

Satu Panggung Merah Putih

Hari sudah menjelang Isya saat Ayah dan Bunda sampai rumah. Ayah pulang golf dan Bunda baru kelar urusan kantor. Padahal ini weekend. Satu sabtu di bulan Agustus.

Sejak dijalan anak anak sudah menephon. Mereka sibuk bersiap untuk tampil di acara tujuhbelasan Komplek kami. Rumah sudah kosong saat kami tiba, makanya kami segera menyusul ke lokasi acara.

Kompleks kami adalah kompleks pensiunan yang sudah 30 tahun berdiri. No wonder semangat untuk merayakan tujuhbelasan begitu kurang. Sakit dan kelelahan hari tua membuat mojoritas tetangga kami memilih istirahat dirumah. Jikapun kali ini ada perayaan, seperti tahun tahun belakangan dimotori oleh para remaja yan merupakan cucu cucu penghuni komplek ini. Dengan budget yang terbatas, sebuah pangung berbendera merah putih di gelar depan aula, di lapangan basket komplek kami.

Untung Ayah Bunda sempat menyaksikan saat Abang dan Aim tampil. Dengan seragam paduan suara yang seadanya, pokoknya atasan merah dan rok/celana putih mereka menyanyi di panggung. Cukup surprise juga melihat Abang dan teman2nya dibarisan belakang Bersama teman teman sebayanya yang sudah SMP.Sedang Aim menyanyi dibarisan depan bareng gang mainnya yang sering lebih banyak becanda daripada seriusnya.

" Emang dimana mereka latihan?" tanya Bunda pada perempuan sebaya disebelahku-yang juga teman main Bunda saat kecil

"Kan dirumah lu. Pokoknya kalo kita liat carport dua mobil itu kosong, langsung deh dipake latihan"

Bunda bengong. Ah? Masa sih? ih, sungguh terlalu deh Bunda nggak tau!! Maaf anak anak, kesibukan dikantor emang telah menengelamkan Bunda

Kembali soal pertunjukan pangung merah putih kali ini. Mereka cukup kompak menyanyi "Hari Merdeka", "Sabang sampai merauke" dan terakhir "aku anak Indonesia". Aim terlihat sangat antusias-maklum doi kan banci tampil, sedang abangnya lebih cool. Uhm, satu panggung merah putih telah memberikan kesempatan mereka menyanyi bersama.Mengumandangkan kebanggaan jadi anak Indonesia.

Merdeka !!

Saturday, August 11, 2007

Aim sang Entrepreneur cilik

Aim dan Abang. Emang beda!!

Abang nggak pernah demanding sedang Aim menuntut banyak. Beli ini. Beli itu. Kesini. Kesitu. Seakan Ayah Bunda punya pohon uang yang ngga ada habisnya. Namun there is a good thing about Aim. Dia mau usaha cari uang sendiri. How’s that??

Berawal tahun 2005 saat Bunda mulai jualan fried chicken di kantin SMP Alix, sebelah stand Bunda jualan pop ice. Laris Manis. Saat itu Aim yang masih duduk di TK kecil tertarik. “Kita jual pop ice juga yuk Bun…”

“Dimana ?“ tanya Bunda, sebab sudah ada kesepakatan dalam kantin tersebut tidak boleh menjual product yang sama.“di rumah lah”jawab Aim cepat.

Bunda setuju. Bunda lalu membeli pop ice aneka rasa. Sedotan besar. Gelas plastik. Blender dikeluarkan dari dapur. Meja kecil dikeluarkan dari gudang.



Dicarport, ditengah antara parkir mobil ayah dan mobil bunda Aim mengelar dagangannya. Blender. Gantungan sachet popice aneka rasa, sedotan besar. Gelas plastic Didisplay di atas meja kecil. Bunda dan Aim yang menata. Cukupkah? Belum.. sebuah signage yang ditempel di pagar melengkapi project Aim kali itu.

Siapa target marketnya Aim? Temen temen Abang lah!! Ternyata betul, jualan Aim mendapat sambutan positif. Temen temen Abang yang kecapekan habis main bola, antri membeli. Emang Aim udah bisa bikin pop ice? Ya nggak lah!! Mbak Isti dikaryakan.

Dengan senyum senyum geli Mbak Isti membantu anak asuhnya melayani pembeli. Aim yang berpromosi sedang Mbak Isti dibagian produksi, merangkap kasir, merangkap bagian keuangan. Bunda geli. Duh Aim? Keuntungan jual pop kan tidak sebesar gaji Mbak Isti.

Bunda cuma mengawasi kegiatan Aim dibantu Isti dari dalam rumah. Senyum senyum geli dengan banyak komentar yang didengar. Seorang nenek tetangga mengantar tiga cucunya beli pop ice. Beliau menggoda “Wah Aim, Jualan pop ice buat beli mobil ya?” sambil melirik mobil ayah yang “cling”. Aim bilang “Iya dong”. Dalam kamar Bunda ketawa sampe sakit perut. Duh Aim? Jual pop ice mana bisa beli mobil.

Anyway kegiatan Aim jualan pop ice ini membuat bangga Ayah dan Bunda. Setelah dua bulan berjalan, akhirnya berhenti. Yang beli sudah jenuh. Yang jual sudah Bosan. Ya sudahlah. Mbak Isti menutup dan membereskan project Aim itu.

Kini-tahun 2007, Aim sudah kelas satu SD. Musim Panas datang, disambut dengan musim layangan. Aim melihat peluang bisnis baru. Dia merayu Ayah membeli layangan dan benang dalam partai besar di grosir dekat rumah Uti condet. Ayah membeli 50 layangan dan 5 gulung benang sebagai awal.

Ditempat yang sama. Meja yang sama. Aim mengelar dagangan yang berbeda. Kalo dulu Bunda bantu menata, kali ini Aim kerjakan seniri. Dua buah box bekas indomie diletakan diatas meja. Satu berisi layangan. Satu berisi gulungan benang. Sebagai “pemanis“Aim menaruh beberapa mainannya dimeja itu. Boneka. Mobil2an. Tak lupa sebuah celengan bergembok disiapkan. Buat tempat uang katanya.

Aim lalu ketak ketik di computer nulis pake word AIM JUAL LAYANGAN. Diprint hitam putih. Namun dia belum puas. Aim lalu merayu Bunda.”Bunda, bikinin pengumuman Aim jual layangan dong. Yang bagus ya”.

Bunda dan Aim lalu duduk depan computer. Ketak ketik di power point sambil ketawa tawa memilih gambar. Akhirnya jadi sebuah signage tentang Aim jual layangan.

Siapa target marketnya kali ini? Teman –temen Abang dan temen temen Aim. Laris manis. Abang yang tadinya nggak perduli, bantu bantu Aim menjual Layangan. Maklum sekarang kan sudah tidak ada Mbak Isti yang mengasuh Aim. Berita Aim jual layangan segera tersebar, pembeli bukan saja anak anak dalam Komplek, tapi juga dari luar Komplek.

Dalam dua hari weekend stock layangan menipis cepat. Senin siang Aim menelphon Ayah dengan panik “ Ayah, layangannya habis tapi masih ada yang mau beli. Gimana nih? Ayah beli lagi dong!!”

Bunda tertawa geli. Duh Aim..keuntungan jual layangan nggak sebandng sama bensin Ayah ke condet buat beli layangan. Tapi Ayah tak ingin Ayah kehilangan semangat. Ayah membeli lagi 100 layangan buat project Aim jual layangan.

“Assalamualaikum…”
“Walaikum salam…cari siapa?”
“Mau beli layangan tante…”
“Aim!! ada yang beli layangan tuh..”
Aim segera ngacir kecarport. Jual layangan.

Ah Aim, Ayah dan Bunda bangga pada Aim sang Entrepreneur cilik yang diusia dini mau belajar cari uang sendiri, walau dengan berjualan layangan.

“Aim uang hasil jual layangannya mana ?” tanya Bunda
“Buat beli teh botol di warung Bun..Aim kan cape” kata Aim santai
Bunda memeluk Aim. Ah, Aim emang pinter banget!!